One Last Time

an idea: you are a bulletproof girl. Amanda Beth is a common girl, like many common girls. She's being loved by everyone and being hate by some people, too. Amanda is a high school girl with even lower average skills. We have to admit not everyone's smart and not everyone have to be good. So, Amanda gets into a genk, so tho she's stupid, she is saved, not being in bully around the school. She's one of the bully. But, that's not her. Whenever her bad friends are leaving her alone, she's trying to be friend with the bullied ones. She's helping the victims like in ninja ways. As I told you before, she's being loved by everyone, too, right? Amanda is helping them with spreading good things about them rather than against her own friends when the bullying's around. She's doing that for win-win solution and seriously, no ones really feel bad about it. Everyone needs her, but inside of Amanda, she thinks herself as a coward. who thinks
Do you know why it's hard to say goodbye? Because we afraid if our memories might not be able to remember them, rightly. The fact is, goodbye means good. No matter how hard.
~Aurora Esterlia

Another World: The Whaledome

“I ALWAYS THOUGHT YOU’DE BE THE ONE TO SAVE ME. I WAS WRONG.        YOU’RE THE ONE THAT PUSHES ME OFF THE EDGE.”
     



     
Summer 2013, Patong Beach
Hiruk pikuk jalan raya di siang hari terdengar dari jendela yang setengah terbuka dari rumah susun sederhana milik Gwen. Gwen dengan hanya memakai kaus kutang, celana pendek, mengipaskan diri dengan lembaran Koran. Kakinya satu ia naikkan ke atas sisi kursi yang ia duduki, ia terduduk di depan meja memandang mesin ketiknya. 
Di sekitarnya begitu berantakan, seperti bungkusan mie instant bertumpukan, buku-buku berserakan, dan baju-baju kotor tidak tahu mana lagi yang layak dipakai. Ruangan itu, tepatnya kamar Gwen sendiri. Beberapa inci dari meja itu, langsung tempat tidur besi dengan kasur yang sudah tua, bahkan terlihat lebih tua dari umur Gwen.
Di dalam ruangan itu, hanya ada kipas angin. Gwen hanya memandang beberapa saat ke arah kipas angin itu dan ia menghela nafas, lalu kembali memandangi mesin ketiknya. Lalu, pintu kamar Gwen diketuk dari luar, 
“Gwen, ini aku, Ened.” Suara lelaki dari luar. Gwen hanya menggeram, begitu malas ia hanya untuk memperbolehkan seseorang itu masuk. Pintu terbuka, dan sesosok lelaki tinggi, berbadan tegap, begitu langsing, berpakaian kaus oblong yang menunjukkan otot-otot kencangnya, berambut keriting seleher, berwarna merah diwarnai. Ened tersenyum, menunjukkan kesenangannya melihat Gwen. 
“Apa yang sebenarnya kau lakukan?” Ened tertawa sambil berjalan menuju tempat tidur, ia terduduk di sampingnya, tempat paling terdekat dengan kursi Gwen. “Kau tidak cukup mendapatkan inspirasi?” Ened menyodorkan, minuman kaleng dari kresekan plastik yang ia bawa. Gwen mengambil dengan cepat dan membukanya tanpa berpikir panjang. Ia segera meminumnya.
“Bukankah hari ini begitu panas?” Gwen berbicara dengan suara yang begitu lelah, “Aku tidak bisa memikirkan apapun untuk tulisan baruku.” Gwen kemudian mengacakacakkan rambutnya yang sudah panjang, berikat kuda di belakang. “Aku mencoba memikirkan tentang non-fiksi apa lagi yang belum kutulis. Tapi segalanya sudah tertulis.”
“Kamarmu begitu berantakan.” Ucap Ened, “Kau mau kubantu rapikan?” Ened segera berdiri dan mulai memungut baju kotor. Ened hanya memandang dari jauh seakan ia sebenarnya kurang berekspresif.
“Panas sekali!” Gwen yang sudah kehabisan minuman, ia seperti melemaskan seluruh punggung dan bahunya pada sandaran kursi. Gwen benar-benar berbeda jauh dari Ened, ia agak bongsor, dan brewokan. Tapi, dengan ia memakai kaus kutang, ototototnya pun begitu terbentuk hingga tidak dapat dilupakan. Sayangnya, ia begitu jorok. Ia tidak dapat melakukan hal lain selain menulis dan menyeduh makanan atau minuman apapun. Hal paling rajin yang dapat ia lakukan adalah mengepang rambut panjangnya. “Kau tahu, Gwen?” Tiba-tiba Ened yang sambil berkeliling kamar berbicara, “Kita bisa saja langsung memulai penulisan kisah tentang diri kita sendiri.” Gwen menggelenggeleng, 
“Orang yang membaca akan membawa diriku, seorang pecinta non-fiksi, dipertanyakan karena membuat fiksi.” Ucap Gwen.
“Baiklah,” Ened mulai berpangku tangan sambil bersandar pada dinding di dekatnya, “Aku dapat membantumu. Kau tahu gerakan terorisme dan sindikat sedang banyak diperbincangkan.” 
“Hal yang menjijikkan.” Ucap Gwen.
“Apa menurut mu cara terbaik mencabut akar dari keberadaan hal itu?”
“Kau tak akan pernah bisa mencabutnya selama masih ada orang di sana senang melihat kematian atau pertumpahan darah. Akar? Ya, pengajarannya. Ajaran balas dendam.” Ened mendengar itu hanya terdiam, “Apa yang telah terjadi di pemerintahan sebelumnya, biarlah berlalu. Yang terutama adalah penerusnya. Terorisme dan sindikat tidak akan pernah memberikan perdamaian bagi masyarakat.”
“Kau bisa membedah hal itu.” Ened tersenyum. 
“Aku tidak mau memulai Perang Dunia III.” Jawab Gwen. 
“Kau tahu maksud ku, Gwen.” Tatapan Ened mulai serius, “Aku membicarakan tentang kisah kita. Bukankah itu keberadaan kita hingga saat ini? Menceritakan tentang keberadaan kita?”
Gwen dengan cepat berdiri berjalan menuju jendela dan segera mengangkat pintu jendela itu. Jendela itu terbuka lebar dan ia melihat jalan raya. “Negara tropis yang panas. Aku tidak pernah menyangka bisa seterik ini. Udara di luar bisa tidak bisa bernafas.” 
“Kau yang bilang, ingin sekali melihat laut, setiap hari, jika kau bisa mendapatkan kesempatan itu.” Ucap Ened. Gwen segera berbalik. “Apa gunanya, kebebasan kita saat ini tanpa ada mereka?” 
“Aku tidak pernah mengatakan aku tidak akan menulis, Ened. Aku… aku sudah lama melakukannya.” Ucap Gwen. Ened terdiam. “Ada di laci samping tempat tidur ku.” Ened memandang ke arah laci itu dan ia segera mendekati, membuka lacinya, dan mengambil sebuah lapisan kulit layaknya sampul buku, dan memiliki ikatan, mengunci apa yang ada di dalamnya. Ened membuka ikatan itu. Dan didalamnya, sebundel kertaskertas, cukup tebal, dan hampir setiap lembar penuh dengan kata-kata. 
“Kita akan menerbitkannya sekarang.” Ucap Ened dengan senang. “Gwen tersenyum. “Apa yang harus ditunggu lagi?” Ened berdiri sambil memeluk Gwen, “Terima kasih, kawan.”
“Aku hanya belum selesai.” Gwen terdengar ragu, “Maksudku, itu belum menceritakan tentang kita, Ened. Aku menuliskan tentang Shea.” 
“Aku mengerti.” Jawab Ened. “Aku akan mencoba membacanya.” Ened kemudian berjalan meninggalkan Gwen, “Kurasa aku harus pergi. Tugasku sebagai editor, menunggu.” 
“Ened?” Gwen memanggil. Ened hanya berbalik, “Tak bisakah kita menunggu beberapa hari lagi, kau tahu cerita itu belum selesai kutulis.” Ened hanya tersenyum. Ia terus melangkah ke depan pintu utama.
“Cobalah terus menulis. Ingatan datang kapan saja.” Ucap Ened. Gwen menghela nafas lalu pintu tertutup. Ia tahu maksud perkataan Ened, kalau Ened akan tetap menerbitkannya,meski buku itu belum selesai. Gwen melihat dari jendela. Menunggu melihat Ened keluar dari gedung dan berada di jalanan.
Ened keluar ke jalan, ia berjalan dengan membawa bundelan itu. Ketika beberapa saat, seorang wanita cantik melewatinya. Ened segera berhenti, dan terlihat berbalik badan. Ened kemudian bergerak berbalik arah dan mengejar wanita cantik itu. Mereka berkenalan. Lalu, berjalan bersama.
Gwen hanya tertawa. Ia kemudian kembali menatap ke mesin ketiknya itu. “Kurasa aku harus memulai melatih imajinasiku, ingatanku.” Ia berbicara sendiri. Ia melangkah ke tempat lain di dalam ruangan. Ruangan itu begitu berantakan. Ened sempat merapikan baju-baju kotornya, namun buku-buku tetap betebaran dimana-mana. Buku-buku karangannya sendiri, Gwenneth Throne. Tulisan-tulisan nya berbau politik, perkembangan perekonomian, permasalahan hak asasi manusia, budaya lokal, dan penelitian. Di dinding kamar, terpampang artikel-artikel mengenai dirinya menjadi sorotan media. 
Ia dikenal dengan pemuda jenius yang mampu memberikan pandangan-
pandangan baru di dunia modern ini. Gwenneth tertulis berasal dari perguruan tinggi  di atas gunung. Dari perguruan tinggi terpencil, ia mampu mengerti hampir seluruh penyelesaian dari permasalahan yang ada di dunia saat ini. Ia berumur 23 tahun saat itu. Sekarang, ia berumur 29 tahun.
Gwen mendekati kembali mesin ketiknya, kali ini ia sudah berpakaian rapi. Ia hanya menutup jendela, mematikan kipas angin, dan mengambil dompet di atas meja. Ia segera berangkat keluar. Ia berjalan di lorong yang kumuh dan menuju lift, yang ada di ujung lorong. 
Pintu lift terbuka sebelum ia sempat menekan tombol. Di dalam nya, seorang wanita berambut hitam legam, panjang ikal, dan berponi rata. Wajahnya berdandankan eyeshadow hitam dan bibir berlapis warna merah terang. Gwen terkejut, sama seperti wanita itu.
“Hai, Elena.” Gwen memulai perbincangan. Wanita itu tidak menjawab apa-apa. Gwen berbicara lagi, “Apa… apa kau ada keperluan di lantai ini?” Gwen mengenal Elena.
Elena Lou, berpakaian hitam, dengan gaya teraneh yang bisa Gwen simpulkan. Tapi, Elena tetap tidak menjawab, bahkan bergerak. Gwen pun akhirnya masuk ke dalam lift, ia hendak memencet tombol, dan ia melihat seluruh tombol lift dihidupkan. Gwen memandang Elena seakan tidak percaya, bersamaan dengan pintu lift itu tertutup.
Setiap lift itu sampai ke satu lantai, pintu lift itu terbuka, dan tidak ada yang masuk. Lalu, pintu lift tertutup lagi. Gwen sebenarnya ingin keluar saja, tapi itu akan sangat mengganjal baginya, karena pertama kali dirinya dan Ened pindah ke negeri tropis ini, dan memiliki rumah susun termurah yang ada, Elena adalah orang yang pertama kali ia sapa. Elena, mengingatkannya kepada Shea.
Seakan, ingatannya akan buku yang ia tulis kembali merema. Ia dan Elena sama sekali tidak berbincang, tidak berpandangan. Namun, pintu lift terus tertutup dan terbuka. Entah apa yang ada di dalam pikiran Elena. Dalam pikiran Gwen, ia berharap apa yang ia tuliskan adalah cukup sebagai awal. Gwen menutup matanya. Ia pindah ke negeri tropis ini karena ia ingin sekali hidup setiap hari melihat pantai. Bahkan, ia memilih rumah susun termurah tersebut karena ia mampu mendengar desiran ombak pantai dimana pun ia berada, termasuk di dalam lift. Suatu hal yang selama ini dalam ingatannya, seperti
tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Lift itu terus turun. Hingga, sampai di lantai bawah. Pintu terbuka, dan seseorang di sebelah Gwen, bukanlah Elena. Ia berpakaian putih, dengan rambut yang sama, panjang ikal, berponi rata, hanya saja warna rambutnya pink muda. Kali ini,
Gwen membuka matanya dan memandang seseorang itu. Gwen tersenyum, “Hai,
Shea.”








 Chapter I
The History

Kisah ini dimulai ketika terjadi Perang Dunia ke III. Perang Dunia III ketika seluruh dunia sudah memberlakukan free boarding, seluruh dunia selayaknya satu Negara semata. Dan tentunya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hingga kemudian perang itu terjadi, layaknya tidak ada tempat yang aman dimanapun itu. Tidak ada tanah hijau, air yang bersih, ataupun makhluk hidup. Semua berusaha mengalahkan lawan yang lain dan tidak ada yang memikirkan perdamaian. 
Di saat itu, orang-orang kaya berdatangan ke NASA dan meminta untuk membentuk kapal luar angkasa terbesar, untuk mereka meninggalkan bumi yang sudah tidak layak untuk tinggal lagi. Kapal luar angkasa itu benar berhasil dibuat dan dari semuanya, hanya ada satu  orang kaya yang ingin menyelamatkan orang-orang miskin. Orang itu meminta pihak Ahli Geologi dan Meteorologi membangun Dunia Bawah Tanah, suatu kubah bawah tanah yang sangat besar untuk dihidupi semua orang. Namun, perang yang terus terjadi menyebabkan pergerakan perginya orang-orang kaya ke NASA menjadi ketahuan, demikian pula dengan pembangunan Dunia Bawah Tanah. 
Mereka yang jahat, berusaha menghancurkan itu semua. Orang kaya yang ingin ke luar angkasa berusaha secepat mungkin meluncurkan kapal mereka dan orang kaya yang membangun Dunia Bawah Tanah itu, secepat mungkin menyelamatkan mereka yang ingin diselamatkan. Namun, tidak ada yang tahu kapan mesin bom waktu meledak, seseorang sejak awal merencanakan apa yang menurutnya terbaik untuk Perang Dunia ini dan ia pun meledakkan bom nuklir di seluruh wilayah dunia. Di saat itulah, seluruh kapal luar angkasa meluncur dan pintu menuju Dunia Bawah Tanah mulai ditutup.
 Kisah ini telah menjadi kisah 70 tahun lamanya bagi orang-orang Dunia Bawah Tanah untuk mengenang kemurahan hati seorang yang kaya yang mau membangun kubah terbesar yang pernah ada di seluruh dunia, yang disebut The Whaledome. Selama 70 tahun lamanya, The Whaledome hidup berdasarkan cahaya listrik, dan mereka mampu bertahan. Namun, 20 tahun terakhir, terdengar kegemparan bahwa mereka yang ada di dunia atas menyerang Dunia Bawah Tanah. Para Tetua The Whaledome menyebut diri mereka Old Voyage, menceritakan orang-orang yang berada di atas sana adalah mereka yang selamat dari bom nuklir dan termasuk di dalamnya mereka yang berasal dari kapal luar angkasa, mereka orang-orang kaya, yang menjadi sahabat dari sang orang kaya yang membangun The Whaledome, mereka ingin merebut keberadaan The Whaledome karena di atas sana, kehidupan setelah bom nuklir adalah tidak layak lagi. Dan mereka yang tinggal di kapal luar angkasa itu juga tidak mungkin bertahan lama di luar angkasa sehingga mereka kembali ke bumi dan mendapati bumi mereka tidak sama seperti yang dulu. Semua orang di atas sana berusaha merebut The Whaledome, Old Voyage memberikan mereka label sesuai dengan nama kapal luar angkasa itu, dalam buku harian Sang Orang Kaya, Another World.
 Semenjak Another World pertama kali menyerang The Whaledome, para tetua Old Voyage pun mempersiapkan para jiwa-jiwa muda, memulai mendapatkan wajib militer. Namun, kehidupan wajib militer ini, bagi Old Voyage tidaklah cukup, mereka membutuhkan para pemimpin muda. Oleh karena itu, Old Voyage mengangkat orangorang muda. Perang Dunia telah terjadi 70 tahun lalu dan para anak muda tidak bertumbuh untuk berperang, namun diajarkan untuk mencintai The Whaledome. Sayangnya, serangan Another World itu pun mengharuskan mereka untuk berlatih berperang. Yang pada akhirnya, Old Voyage harus membuat suatu pelatihan, yang disebut Rebellion
Rebellion mengisahkan dalam setahun terdapat dua belas bulan, dan setiap anak muda yang telah berumur 13 tahun harus memulai pelatihan nya untuk pada akhirnya mengumpulkan nilai mengikuti pertandingan Warriors, pada akhir tahun. Warriors seperti pertandingan adu ketangkasan untuk semua nilai pelatihan yang telah didapat, terlebih lagi untuk mereka yang mendaftar harus mendapatkan pasangannya karena pemenangnya akan menjadi pasangan yang akan mendapatkan anugerah berubah Ancient Enchants Gifts, didapatkan oleh para pendiri The Whaledome, teori sains dari menyatukan dua jiwa manusia akibat tegangan listrik, memberikan efek kemampuan melebih dari manusia biasa. Ancient Enchants Gifts ini hanya dimiliki oleh para tetua Old Voyage, mereka semua menyatukan jiwa-jiwa mereka dan mendapatkan kekuatan sama kuat satu sama lain namun mereka tahu mereka sendiri harus memiliki penerus, dan Warriors lah jawabannya.
 Rebellion telah berjalan selama 14 tahun sejak 20 tahun lalu. Selama penyelenggaraan, 28 orang telah terpilih dan memiliki kekuatan yang melebihi manusia biasa, sama dengan yang dimiliki Old Voyage, namun perbedaannya, para tetua Old Voyage memiliki semua kekuatan yang sempurna dari Ancient Enchants Gifts, sedangkan
Warriors hanya diberikan satu dari tujuh keajaiban Ancient Enchants Gifts. Ketika Warriors akan dianugerahkan Ancient Enchants Gifts, mereka akan diperlihatkan masingmasing kekuatan dan kelebihan-kekurangan yang dimilikinya. Salah satu keajaiban itu akan dimasukkan ke dalam kedua Warriors melalui penyatuan kedua jiwa Warriors, disebut binding. binding ditandai dengan warna rambut yang dipilih untuk dipakai keduanya selamanya. Warna rambut itu akan secara menyeluruh mengenai syaraf otak dan mempengaruhi anggota tubuh yang mendapat kepemilikan keajaiban apa yang dimiliki oleh Warriors tersebut.
a.            Bagi yang memiliki binding di jantung, dengan warna rambut merah, ia memiliki ketahanan badan tujuh kali lebih kuat dari manusia biasa.
b.            Bagi yang memiliki binding di balik telinga, dengan warna rambut hijau, ia memiliki kemampuan mendengar suara sejauh atau tembok manapun berlapis-lapis.
c.            Bagi yang memiliki binding di tangan, dengan warna rambut ungu, ia alih melaksanakan sesuatu dengan tangannya sangat cepat dan bijak.
d.            Bagi yang memiliki binding di dahi, dengan warna rambut white grey,  ia memiliki otak yang cerdas. 
e.            Bagi yang memiliki binding di kaki, dengan warna rambut biru, ia mampu berjalan seperti layaknya orang berlari secepat apapun. Bahkan mampu melebihi kecepatan pesawat.
f.             Bagi yang memiliki binding di punggung, dengan warna rambut emas,  ia mampu bertahan pada segala tusukan, tembakan, bahkan api sekalipun. Seluruh anggota tubuhnya mampu mengeluarkan kekuatan sekuat gunung batu.
g.            Bagi yang memiliki binding di mata, dengan warna rambut pink, ia akan mampu melihat sejauh manapun mereka inginkan, dan mereka dapat bermimpi. Terlebih lagi, efeknya sangat besar, mereka, para pasangannya dapat melihat apa visi yang masingmasing ingin perlihatkan.

Dari 14 tahun itu, telah terpilih 28 Warriors, namun terdapat sejarah kelam, pada putaran ke-6, disanalah Another World untuk kedua kalinya menyerang, dan ketika Warriors ikut berperang, salah satu Warrior yang baru saja memenangkan pertandingan gugur di medan perang. Semenjak itu, Warriors bersepakat menyembunyikan nama asli mereka, untuk menyembunyikan masa lalu mereka, termasuk sang Warrior yang telah gugur itu. Bahkan, semenjak itu juga, para anak muda yang mengikuti Rebellion mendaftar diri mereka dengan nama panggilan saja, itu menjadi gaya bagi mereka. Selain itu, selama 14 tahun berlangsung, dua kali pemutaran tujuh keajaiban diberikan, masingmasing keajaiban didapatkan oleh empat Warriors, hal itu membuat di dalam Warriors sendiri ada pengelompokkan warna. 
     





Chapter II
The Burns

Selama 70 tahun mereka hidup di dalam The Whaledome, ternyata bom nuklir itu mempengaruhi kehidupan mereka. Beberapa mereka memberikan efek penyakit-penyakit kulit, penyakit dalam, hingga kegilaan. Para tetua Old Voyage saat itu bersama Sang Pendiri, mereka mengklasifikasikan orang-orang itu Burns. 
Burns dikatakan penyakit yang diawali dengan penyakit kepala, neuron dalam kepala seperti terbakar, kemudian itu mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Belum lagi dengan perubahan lingkungan, banyak orang-orang generasi pertama diselamatkan mengalami penyakit kulit dan penyakit dalam, namun bagi mereka yang mengalami penyakit burns bersamaan dengan penyakit lain mengakibatkan tekanan psikologis yang berat hingga harus diasingkan dan bagi mereka yang tidak terselamatkan, mereka menjadi gila. Dengan demikian, penyakit Burns ini menjadi panggilan bagi mereka semua yang mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan kehidupan sebelumnya.
 Penyakit Burns diusahakan untuk tidak tertular hingga akhirnya, dibangunlah, di Dunia Bawah Tanah, wilayah Detown. Detown adalah tempat para orang-orang Burns, bahkan disana mereka dibiarkan gila hingga mati. Hal ini dikarenakan penyakit Burns menunjukkan keganasan, perubahan mental, dan juga perubahan wujud. Detown hingga kini dijagai oleh Old Voyage dan hingga saat ini juga, segala perubahan bentuk lain hingga kecacatan yang dianggap mengganggu neuron otak, akan segera diklasifikasikan sebagai Burns dan dibawa ke Detown.
 Dari semua kisah sejarah ini, ada seorang anak perempuan, yang sejak kecil dikatakan sebagai salah satu yang mengalami tanda-tanda Burns. Anak perempuan ini dilahirkan dari keluarga yang memang di tingkat pekerja buruh, atau sering dikenal dengan sebutan Sector Lines
Namun karena dikatakan memiliki tanda-tanda Burns, ayah dan ibunya berusaha menyembunyikan nya. Ayah dan ibunya merawatnya hingga berumur 10 tahun, namun di waktu itulah Another World melakukan penyerangan kedua mereka. Para tetua Old Voyage, enam pasangan Warriors, dan Patrols (Para Polisi) berperang hingga titik darah penghabisan. Ayah dan ibu anak perempuan itupun harus ikut berperang dan akhirnya ia dititipkan oleh Kakek dan Nenek Penjaga Hutan The Whaledome. Hutan The Whaledome adalah daerah yang paling dekat dengan permukan bumi, wilayah yang dapat melihat langsung langit bumi dari Dunia Bawah Tanah Secara tidak langsung dapat dikatakan, tempat yang paling krusial terjadi kebocoran udara dari dunia luar, namun di sana juga, adalah tempat paling aman karena alur ventilasi udara The Whaledome terbentuk. Namun, ayah dan ibu anak itu tidak pernah kembali selama serangan satu malam pertama. 
Nenek Penjaga Hutan itu pada awalnya menyadari kalau anak perempuan itu memiliki tanda-tanda Burns. Namun, Kakek Penjaga Hutan mengasihi anak perempuan itu sama seperti ibunya dan Kakek itu selalu memberikannya seduhan-seduhan tradisional yang ia racik dari tanaman di Hutan The Whaledome. Lalu, saat itu, ternyata perangnya hampir mencapai Hutan The Whaledome. Kakek dan Nenek Penjaga Hutan tidak diperingati dan anak perempuan itu sedang bermain di luar rumah. 
Anak perempuan itu melihat di depan matanya sendiri sesosok bersenjata Another World akan menembaknya dan ia berteriak, sesosok Another World itu segera menembak ke leher anak perempun itu. Anak perempuan itu tersungkur dan saat itu juga anak perempuan itu melihat bayangan punggung dari seseorang menghancurkan orang Another World itu. Anak perempuan itu mulai kehilangan kesadaran dan bayangan orang itu begitu gelap dimatanya. Anak perempuan itu kesakitan dan hampir mati, lalu orang itu seperti menyandarkan dahinya pada dahi anak perempuan itu dan menenangkan anak perempuan itu. Kesakitan anak perempuan itu menggenggam sabuk gelang, tanda prajurit perang, pada pergelangan tangan orang itu. Sesaat cahaya besar nampak dari langit bumi. Kakek dan Nenek Penjaga Hutan The Whaledome juga melihat ada cahaya sangat besar hingga mereka pun tidak sempat melihat ada seseorang bersama dengan anak perempuan itu. Setelah cahaya itu memudar, Kakek dan Nenek Penjaga Hutan tidak melihat siapa-siapa lagi dan Para Warriors berdatangan. Semua menemukan anak perempuan itu seperti memegang sabuk pergelangan tangan dan ia segera dibawa untuk diselamatkan. 
Anak perempuan itu selamat dan ia kehilangan suaranya. Para Warriors mendapatkan sabuk pergelangan tangan itu adalah milik kawan Warriors yang dinyatakan gugur dalam perang. Anak perempuan itu dianggap satu-satunya orang yang terakhir diselamatkan oleh Sang Warrior. Namun, anak perempuan itu secara fisik memiliki tanda-tanda Burns. Anak perempuan ini dikenal sebagai anak pembawa sial bagi kalangan-kalangan masyarakat. Titik bola matanya yang putih, rambutnya yang beruban di usia muda, dan ditambah anak perempuan itu tidak bisa bicara. 
Akhirnya Old Voyage pun menurunkan keputusan memeriksa tanda-tanda Burns yang dimiliki anak itu apakah benar membuatnya harus ditempatkan di Detown. Ternyata, ketika diuji, anak itu memenuhi semua persyaratan sebagai anak perempuan pada normalnya. Hanya matanya yang tidak memiliki pigmen dan suaranya yang hilang akibat luka tembakan. Para Warriors yang melihat itu menyimpulkan bahwa yang dikenang dari kawan Warriors mereka yang gugur ialah untuk menunjukkan bahwa anak perempuan itu harus dibebaskan dari jeratan hukuman Burns. Akhirnya Old Voyages memutuskan bahwa anak perempuan itu tetap hidup dan diperlakukan layaknya anak normal The Whaledome beserta hak-haknya. 
Anak perempuan itu tumbuh dan matanya tetap menunjukkan ketidaklayakannya hidup bersama masyarakat The Whaledome. Bagi Kakek dan Nenek Penjaga Hutan The Whaledome, sang anak perempuan ini tumbuh sebagai anak yang tekun dan berbudi pekerti. Anak perempuan itu sering diceritakan sesosok anak perempuan yang berantakan, rambutnya hitam beruban keriting panjang dan tidak teratur. Anak perempuan itu tetap dikenal sebagai anak pembawa sial, tidak ada yang mau menjadi temannya karena takut penyakit Burns menyebar. Semua anak memanggilnya Shea (“Sial”), tapi sang Kakek dan Nenek Penjaga Hutan selalu ingat nama sebenarnya Shea. Bagi Shea, selama Kakek dan Nenek Penjaga Hutan bersamanya, semua akan baik-baik saja, tidak boleh ada yang memisahkan mereka.
Dengan bertumbuhnya Shea, demikian juga berlanjutnya perekrutan Warriors, setelah berhenti tiga tahun akibat perang The Whaledome dan Another World. Semua anak di The Whaledome dimulai memasuki umur 13 tahun, mereka mendapat kesempatan untuk mendaftar mengikuti pelatihan Warriors. Selama masa pelatihan, mereka akan mendapatkan Poin-poin Kebenaran. Semakin tinggi poin kebenaran yang didapatkan, akan mudah seseorang didekati oleh calon kuat pemenang Warriors lainnya. Pemenang Warriors harus berpasangan, karena demikian dikisahkan mereka harus dikirimkan berpasang-pasangan untuk saling mengingatkan dan saling menopang.  
Bagi mereka yang tidak mendaftar Warriors pada umur 13 tahun, diberi kesempatan hingga berumur 18 tahun untuk mendaftar atau diharapkan bersegera mendaftarkan diri pada Sector Lines. Sector Lines tak lain adalah pelatihan pekerjaan lainnya dengan peraturan yang sama, pada umur 18 tahun, seluruh pendaftar yang telah mendapat poin kebenaran sesuai dengan bidangnya akan bertanding untuk menjadi Leaders dari tiap Sector Lines.  Meski bukan seorang Warriors, seorang Leaders akan menjadi pemimpin dari Sector Lines itu sendiri. Bagi mereka yang mengikuti pertandingan baik menjadi Warriors maupun Leaders Sector Lines namun gagal, akan diberi kesempatan hingga ia berumur 21 tahun untuk kembali mencoba. Namun, jika telah melewati 21 tahun, bagi pendaftar Warriors akan segera masuk sebagai Prajurit Militer / Patrol. Sedangkan bagi pendaftar Sector Lines akan mendapatkan pekerjaan sebagai buruh-buruh sesuai Sector Lines masing-masing. Namun, bagi mereka yang tidak mendaftar dimanapun hingga pada umur 21 tahun, mereka akan dianggap pembelot. Bagi seorang pembelot, hukumannya tidak lain adalah hukuman mati.
Shea dinyatakan memiliki penglihatan yang sebenarnya nilai pandangnya mendekati minus dan tidak bisa kemampuan untuk mengikuti pelatihan Warriors maupun Leaders, Shea tidak bisa memilih hal lain selain akan menjadi seorang buruh-buruh. Kakek dan Nenek Penjaga Hutan selalu melihat bagaimana Shea bertumbuh. Ia pendiam dan selalu memilih menyendiri di tengah hutan. Namun, selalu mereka perhatikan Shea seperti berbicara dengan seseorang namun tidak ada yang mendengar suara keluar dari mulut Shea. Shea terlihat seperti mengigau atau melantur, hal itu disimpan erat oleh Kakek dan Nenek. Shea diyakini oleh Kakek dan Nenek bahwa ia memang memiliki penyakit Burns. Namun, setiap kali ia tidak sendirian, Shea mampu menjadi layaknya manusia normal. Ia seperti melihat, ia seperti mengerti apa yang dibicarakan, serasa itu semua adalah keajaiban. 
Semenjak itu, Kakek dan Nenek Penjaga Hutan selalu berargumen apa yang harus mereka lakukan terhadap Shea. Bagi Shea, ia tidak bisa membangun hubungan yang baik dengan sang Nenek, namun ia berusaha sebaik mungkin tidak memperlihatkan penyakit Burnsnya. 
Apa yang sebenarnya terjadi ialah, penyakit Burns yang dimiliki Shea tidak lain ialah kegilaan dan perubahan pada mata dan rambutnya. Kegilaan karena ia tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain. Matanya yang cacat membuat dirinya sebenarnya tidak dapat melihat dan dengan suaranya yang hilang, ia tidak dapat membalas. Ia hanya dapat mendengar dan itu menyebalkan. Shea sendiri memiliki sifat kesal pada dirinya sendiri. Ia tidak mengerti dan ia berusaha memarahi dirinya sendiri. Namun, Shea selalu menemukan suara di dalam pikirannya. Dan, suara itu selalu mengajaknya berbicara. Suara itu yang membawa Shea menjadi mengerti bahasa orang-orang The Whaledome, bahkan suara itu mampu memberikan Shea penglihatan akan apa yang ada di depannya.
Hanya saja suara itu datang ketika keadaan membutuhkan, sehingga Shea selalu hampir tertangkap menunjukkan tanda-tanda Burns, dimana ketika suara itu menghilang dan tidak lagi menuntunnya, Shea akan mengalami ketakutan yang sangat hebat, dan sang Kakek selalu berusaha mendapatkannya sebelum dilihat orang lain. Namun, Baik sang Kakek maupun sang Nenek tidak pernah tahu suara apa yang ada didengar Shea, yang mereka tahu suara itu adalah satu-satunya jalan keluar bagi Shea untuk dapat hidup bersosialisasi.
Shea bertumbuh hingga ia berumur 13 tahun. Sang Nenek mulai mempertanyakan apa yang harus dipilih oleh Shea untuk mendaftar. Jika Shea tidak mendaftar, orangorang akan mulai menanyakan kembali tentang Shea dengan penyakit Burns nya. Jika Shea mendaftar, Poin-poin kebenaran bagi Shea akan menunjukkan juga apakah Shea memiliki penyakit Burns atau tidak. Tidak sedikit anak yang ditangkap akibat kasus seperti Shea, ternyata mereka memiliki tanda-tanda penyakit Burns. Bagi satu keluarga The Whaledome, adalah hal yang najis ketika anaknya mendapatkan tanda-tanda penyakit Burns, dari sana ayah dan ibunya tidak akan disalahkan, mereka hanya akan melupakan. Sedangkan anak-anak mereka akan dibawa ke Detown. 
Hingga di suatu pagi, Sang Kakek dan Sang Nenek menemukan Shea tidak berada di Hutan The Whaledome, mereka berdua mencari dan didapatkan Shea berada di tengah
Truth Bearer Field The Whaledome. Lapangan ini biasa dijagai oleh The Truth
Bearer. The Truth Bearer adalah para orang pilihan dari Warriors dan Leaders dari tiap Sector Lines. Ketika seorang anak berumur 13 tahun, ia diperbolehkan masuk ke dalam lapangan ini untuk mendapatkan Poin-poin Kebenaran yang sesuai ia daftarkan. Bagi yang mereka tidak mendaftar sekalipun, The Truth Bearer akan membantu menyingkapi poin-poin kebenaran apa yang ia miliki. Bagi Sang Kakek dan Sang Nenek, keberadaan Shea di dalam lapangan itu adalah cari mati, karena sekali The Truth Bearer melihat Shea, mereka akan segera tahu tanda-tanda Burns. Saat itu, yang sedang berada di lapangan, dari Warriors, adalah Gliss. 
Sang Kakek segera secepatnya masuk ke dalam lapangan namun tepat disana, Shea mendatangi Gliss. Gliss sesaat memandang Shea dan ia terlihat menyadari Shea adalah anak perempuan yang dahulu diselamatkan oleh Warriors. Sang Kakek mendatangi Shea, berharap Shea tidak ditangkap. Namun Sang Kakek teringat jelas apa yang ia lihat. Gliss sesosok Warrior binding hijau, ia memiliki wajah seperti perempuan cantik, namun ia laki-laki. 
Gliss membungkuk dan tersenyum mengatakan, “Anak perempuan ini mendaftar untuk Warrior. Kau benar-benar menginginkannya, Nak?” Dan Shea tersenyum sambil mengangguk. Gliss menjawab, “Kurasa seseorang itu benar-benar memberitahukannya padaku dengan sangat jelas. Sampaikan salamku padanya.” Lalu Gliss melihat keberadaan Sang Kakek dan mendatanginya. Ia berbisik pada Sang Kakek, “Jika bukan aku yang menjaga hari ini, anak ini mungkin tidak begitu beruntung. Ia benar-benar memiliki Poin Kebenaran Seorang Warrior. Hanya, tanda Burns juga ada padanya. Apa yang harus kulakukan, Kakek yang Bijaksana?” tanyanya. 
Lalu Sang Kakek itu menjawab, “Berikan anak ini kesempatan untuk menunjukkan Poin Kebenaran nya. Berikan anak ini waktu.” Gliss dilihat oleh sang Kakek sesosok yang sangat rupawan, “Bahkan seorang yang rupawan seperti anda pasti juga memiliki hati dermawan.” Katanya. 
Gliss tersenyum dan mengatakan, “Aku dapat mendengar hati mu yang tulus untuk anak perempuan ini. Aku akan memberikannya kesempatan.” Lalu Gliss seperti membisikkan sesuatu pada Shea. Shea seperti bergumam lalu Gliss menjawab, “Anak yang baik. Suaramu indah.” 
Sesaat setelah itu, Gliss segera mendeklarasikan bahwa Shea telah mendapat poin kebenaran darinya dan ia mulai mendaftar sebagai seorang Warrior. Semenjak itu, Shea mampu mendatangi Truth Bearer Field dan mendapatkan Poin-poin Kebenaran. Poin-poin Kebenaran tak lain adalah permainan-permainan ketangkasan yang sesuai dengan apa yang mereka daftarkan. Shea untuk beberapa permainan ketangkasan tidak dapat diikuti, seperti ketangkasan di dalam kegelapan dan ia harus bekerja sama keluar. Matanya yang cacat dan tidak bersuara menyulitkannya. Shea juga tidak mampu membaca dengan cepat. Namun, ia mampu mendengar dengan baik. Untuk ketangkasan personal ia mampu menyelesaikannya dengan baik. Itulah mengapa dirinya tetap tidak memiliki banyak teman. Shea terus berusaha sebaik mungkin selama 5 tahun. 
Tibalah waktunya Shea berumur 18 tahun dan mendaftar untuk pertandingan The Warriors. Sang Kakek dan Sang Nenek percaya selama suara dalam pikiran Shea itu tetap menjaganya, ia akan baik-baik saja. Sang Nenek untuk terakhir kalinya didatangi Shea sebelum Shea pergi ke pertandingan, ia berpamitan. Sang Nenek menanyakan, apa yang sebenarnya terjadi sehingga Shea saat kejadian Truth Bearer Field, tak ada yang menemukan tanda-tanda Burns ada padanya. Shea memberikan kata-kata isyarat, dan dikatakan kalau Gliss menghipnoptis badannya, selama ia berada di lapangan, tak akan bisa badannya menunjukkan tanda-tanda Burns selama ia berada di Truth Bearer Field. Shea juga mengatakan, pertandingan The Warriors ini mungkin terakhir kalinya ia akan berjumpa dengan Sang Nenek, karena ia tahu tanda-tanda Burns akan terlihat karena ia mungkin tidak lagi bertanding di lapangan Truth Bearer. Untuk terakhir kalinya, ia ingin sekali sang Nenek memperbolehkannya bersalaman. Namun, Sang Nenek bahkan segera memeluknya. Sang Nenek bilang, “Mengapa kamu tidak memilih saja Sector Lines, mengapa harus sesulit ini, Nak?” Ia menangis dan Sang Kakek melihatnya menjadi terharu. Malam itu, malam yang panjang. 
Tiba fajar datang, Shea tahu kalau ia sedang mendatangi jalan kematiannya sendiri. Ia hanya tidak ingin permasalahan dirinya sebagai Burns membawa Sang Kakek dan Sang Nenek Penjaga Hutan The Whaledome ikut dihukum. Shea mendengarkan suara dalam pikirannya, selama ini, Shea menyadari seseorang Warriors adalah yang menjaganya. Shea ingin berjumpa dengan Warriors itu, sesosok bayangan yang selalu hadir dalam pikirannya, sesosok gambaran hitam yang selama ini menuntunnya. Ia tahu, jika ia masuk sebagai Warriors ataupun Patrol sekalipun, ia akan menemui orang itu. Itulah alasan utama ia masuk sebagai Warriors. Namun, ia tahu penyakit Burnsnya sendiri juga akan terekspose, dan setidaknya ia mati nanti, telah berusaha.
Pada pendaftaran ulang pertandingan Warriors, mereka yang telah melakukan pendaftaran ulang akan diminta memilih pasangan mereka. Pasangan mereka dapat dilihat pada layar daftar Poin-poin Kebenaran, beserta para peserta yang belum mendapat pasangan. Shea tidak dapat melihat dan ia tidak mengerti, sehingga ia hanya terus menunggu hingga namanya dipanggil. Untuk pemanggilan, seseorang akan memberikan tanda pager kepadanya dan pager itu akan menunjukkan jalan terdekat untuk menemukan pasangan yang memanggilnya. Ketika kedua pasangan itu telah setuju maka mereka akan melaporkan diri dan keduanya segera masuk ke daftar pertandingan. Bagi mereka yang hingga akhir tidak mendapatkan pasangan, ia hanya tinggal menunggu kembali lagi tahun depan, setidaknya ia akan diberi kesempatan hingga berumur 21 tahun. Dan benar, Shea pulang dengan cepat karena ia tidak mendapat pasangan. 
Sang Kakek dan Nenek Penjaga Hutan bersyukur setiap kali Shea kembali ke rumah. Selama 3 tahun, seberapa pun usaha Shea menaikkan Poin-poin Kebenarannya, ia tetap tidak mendapat pasangan, hingga tiba ia berumur 21 tahun. Sang Kakek sudah tahu Shea tetap akan maju untuk tahun terakhirnya ini. Sang Kakek selalu bersih keras meminta Shea mengundurkan diri dari pertandingan Warriors tersebut dan lebih baik pindah ke Sector Lines, karena ada kawan-kawan Sang Kakek mau menolong Shea, jika Shea berpindah ke pertandingan Sector Lines. Namun, Shea tetap percaya kepada suara dalam pikirannya, tempatnya ialah di Warriors. 
Sebelum melepaskan Shea pergi dan Shea menggunakan bahasa isyarat bahwa ia hanya pergi beberapa hari, Sang Kakek menjawab, “Pulanglah, Nak. Kembalilah ke Hutan The Whaledome.” Shea terharu mendengar hal itu. Meski ia tidak berbicara, namun Shea berteriak dalam dirinya kalau ia harus tetap pergi mencoba, meski ia bisa saja ditangkap pada akhirnya jika ia dinyatakan berpenyakit burns.
Seluruh rakyat The Whaledome seperti berencana ingin Shea gagal. Shea sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengikuti pertandingan, sejak ia sampai di tempat menunggu pasangan pilihan. Jika ia pada umur 21 tahun juga gagal mengikuti pertandingan, Shea dikhawatirkan akan diangkat permasalahannya tentang tanda-tanda Burns yang dimilikinya, kematiannya akan sia-sia. Pada tahun terakhirnya itu, Shea sebenarnya sudah kehilangan harapannya. Ia berada di ujung tanduk dan ia seperti ingin meledak. Ia memandangi pager yang ia pegang dan tak ada satupun yang memanggilnya. Shea juga berusaha memencet asal-asalan apa yang ada pada layar daftar peserta yang belum mendapat pasangan, namun setiap kali didekatkan, pager itu hanya berhenti. Pasangan itu telah pergi sehinga Shea harus mencari lagi. Sampai ia terduduk, ia hanya menunggu waktu pendaftaran berakhir.
 











                
Chapter III
The Meet

Pada tahun itu, seorang pendaftar baru Warrior, berumur 18 tahun, datang. Ia dikenal dengan nama panggilan Bob (“uang”). Bob adalah seorang anak yang pernah memiliki laporan kriminal. Bob pada umur 7 tahun, ia membunuh ayah dan sahabatnya sendiri. Namun, saat itu sebenarnya tidak ada bukti yang kuat bahwa ia telah membunuh, ia hanya dilihat berlumuran darah dan ayah juga sahabatnya mati terkapar di depannya. Bob memiliki masa lalu yang begitu mengerikan untuk diterima oleh anak berumur 7 tahun. Bob kemudian tumbuh di bawah pengawasan Patrol. Orang-orang yang melakukan kejahatan namun tidak dinyatakan memiliki tanda-tanda Burns, dilatih untuk menjadi Warriors. Mereka diajarkan untuk berbuat baik dan mengendalikan naluri jahat mereka. Pada intinya, keberadaan mereka ada semenjak Perang dengan Another World terakhir, dimana banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya akibat perang dan memberikan efek psikologis untuk membalas dendam, termasuk membunuh. Namun, untuk Bob, ia berasal dari keluarga yang keras. 
Ayahnya merupakan dari Sector Lines dan seorang buruh pekerja, tidak ada yang mengira tanda-tanda Burns ada pada mereka yang telah diterima sebagai pekerja. Dan, hal itu memberikan efek Bob sejak kecil mendapat tekanan psikis dan fisik dari ayahnya. Kisah dimana ayahnya dibunuh oleh anaknya sendiri, saat itu, Bob hanya menangis sambil memeluk sahabatnya, “Ia membunuh Bob. Ia membunuh Bob.” Semenjak itu, ia menghapus namanya sendiri dan memakai nama sahabatnya. Kedua orang tua sahabatnya ternyata dinyatakan terkena penyakit Burns dan mereka berdua bunuh diri bersama. Kisah sedih di masa lalu Bob membuat Bob bertindak dingin kepada dirinya sendiri. 
Bob sebenarnya tidak peduli akan pertandingan Warriors ini. Sejak awal ia telah hidup untuk menjadi Warriors dan tidak dapat memilih. Demikian juga anak-anak yang tumbuh bersama dengan dia. Baik kalah maupun menang, mereka akan tetap menjadi seorang Patrol The Whaledome. Bob mengikuti pertandingan untuk pertama kalinya, dan saat itu, ia melihat Shea. Sesosok wanita muda berambut hitam beruban panjang dan berantakan. Pertama kali Bob melihat Shea, ia teringat akan sahabatnya. Namun matanya yang putih, membuat Bob bertanya-tanya. 
Bob mendatangi Shea dan bertanya, “Apa kau mau berpasangan denganku? Siapa namamu?”
Shea segera memberikan isyarat dan Bob tidak mengerti sama sekali. Bob bertanya, “Kau tidak bisa berbicara?” Shea pun mengangguk. Bob bertanya, “Kau tak bisa melihat?” Shea pun mengangguk. Bob bertanya, “Apa kau seorang Burns?” Shea segera terdiam. 
Bob memegang rambut hitamnya, itu mengingatkannya akan sahabatnya kembali. Bob bilang, “Sahabatku dan ayahku adalah seorang Burns. Aku tidak takut pada para Burns.” Shea seketika terhentak. Jawabannya menunggu selama ini ternyata datang sendirinya. Bob bilang, “Ayo, kita daftar.” Dan, untuk pertama kalinya Shea akan menghadapi pertandingan Warriors yang sebenarnya. 
Bob bilang, “Aku tidak menjamin kau akan melewati pertandingan pertama tanpa ketahuan kau seorang Burns.” Shea segera memegang tangan Bob dengan erat. Bob seakan terkaget namun ia tahu, Shea tidak ingin dirinya gagal. Bob bilang, “Aku juga telah menunggu saat ini lamanya, tenanglah.” 
Bob dan Shea dikenal dalam mereka yang berhasil mendaftar sebagai pasangan yang tidak disangka. Bagi mereka, keduanya dikatakan “A Fugitive Allys “. Bob, terutama, hanya terdiam dengan ucapan-ucapan mereka ketika Shea sendiri tidak mengerti. Bob bilang, “Bagaimana mungkin kau memiliki Poin-poin Kebenaran namun hingga sekarang tidak pernah sekalipun kau ditangkap?” Shea kemudian memberikan isyarat yang tidak dimengerti oleh Bob. Namun, mereka terus mengikuti ceremony pembukaan pertandingan. Hingga akhirnya, semua pendaftar ada 100 orang, 50 pasangan. 100 orang ini dibawa ke lapangan Truth Bearer. Dan disana telah ada Pasangan Warriors termuda: Patch dan Adam. 
Keduanya baru menginjak umur 19 tahun. Keduanya adalah saudara lelaki kembar, begitu gagah. Mereka layaknya model papan atas, dengan rambut pendek biru mereka, keduanya menghipnoptis para remaja perempuan The Whaledome. Apalagi dengan kemampuan mereka berdua yang sangat cepat berlari. Mereka memiliki badan atletis yang diharapkan oleh semua calon Warriors laki-laki. Dan, terlebih lagi, mereka begitu periang. Mereka tahun lalu, menghadapi 13 penyeleksian, dan tidak ada yang menyangka bahwa mereka pemenangnya. Dikisahkan, keduanya tidak pernah mendaftar sekalipun menjadi Warriors sejak umur 13 tahun. Namun, pada umur tepat 18 tahun, mereka mendaftar dan berhasil menyelesaikan seluruh penyeleksian. Mereka disebut pasangan jenius, ramah serta penuh dermawan.
 Patch mengucapkan: “Selamat datang para calon Warriors. Seperti kalian ketahui, pertandingan ini akan berlangsung selama 14 hari dengan 14 penyeleksian, kalian akan diuji oleh seluruh Warriors yang ada. Jika kalian mampu menyelesaikan penyeleksian pertama, kalian dapat berangkat menuju seleksi berikutnya. Siapa yang mampu menyelesaikan penyeleksian ini tercepat, merekalah yang berhak mendapatkan gelar Warriors pada tahun ini!”
Adam mengucapkan: “Sebagai Warriors termuda, tentunya kami memiliki hati yang dermawan, sehingga kalian tidak perlu mendapatkan tugas yang terlalu sulit dan juga tidak cepat disimpulkan untuk dikatakan mudah. Di lapangan Truth Bearer ini, telah ditanam pager tempat kemana seleksi berikutnya berada, dan hanya ada 50 kursi yang harus kalian dapatkan disana. Silakan mencari! Dan jangan lupa, larilah secepatnya!”
100 orang segera menggali dan terus menggali, beberapa dari mereka mendapatkan. Bagi mereka yang mendapatkan, ketika pager itu ditekan, Patch dan Adam segera mendatangi mereka dengan cepat dan meminta mereka keluar dari lapangan, dan masuk ke dalam bus. Begitu mudahnya, sehingga hampir semua orang cepat-cepat mendapatkan pager yang ada. Bahkan, untuk mengambil pager yang ada di depan mereka. Terlihat begitu brutal namun para calon Warriors telah diperingatkan bahwa di dalam arena pertandingan Warriors, kekerasan diperbolehkan. Hanya saja tidak diperkenankan membunuh atau memotong bagian tubuh seseorang. 
Bob dengan kemampuannya mencoba menggali, namun semuanya terlihat sama dan ia tidak juga mendapatkan pager tersebut meski sudah sepuluh kali menggali dan mengelilingi lapangan. Bob sendiri melihat telah hampir 20 orang masuk ke dalam bus dan akan terus bertambah. Bob bilang, “Dimana kita mencarinya lagi?” Lalu Shea tibatiba mendengar suara dalam pikirannya dan pandangannya tiba-tiba menggambarkan masa ingatannya ketika ia pertama kali bertemu dengan Gliss. Ia mengingat apa yang dikatakan oleh Gliss. 
Saat itu juga, Shea mengikuti penglihatannya itu dan ia berdiri tepat dimana Patch dan Adam sedang berada. Bob awalnya hanya terdiam namun ia akhirnya mengikuti. Patch dan Adam tentu mengenal Shea, sesosok orang yang dikenal diselamatkan oleh Warriors yang pernah gugur. Setiap kali penilaian Poin-poin kebenaran dan giliran Patch atau Adam dalam setahun awal ini, mereka tidak terlalu memperdulikan Shea. 
Lalu Patch bertanya, “Apa yang kau inginkan?” Tapi Shea tidak menjawab. Shea malah mendatangi Adam dan Adam bertanya, “Apa yang kau inginkan?” Shea hanya melangkah mendekati Adam dan Adam berjalan mundur. Seketika itu juga, Shea menebas pasir di bawah kaki Adam dengan kakinya sendiri, dan ia mendapatkan pager itu. Bob melihat semua itu dan ia tersenyum. Patch dan Adam terkejut karena tidak ada seorang pun yang mengetahui kalau mereka sendiri menginjak pager yang mereka tanam. Bob dan Shea masuk ke dalam bus sebagai urutan ke 41 dan 42.
Bus itu ternyata tidak semata sebuah bus. Di dalam bus itu ternyata ada sajian makanan dan minuman prasmanan yang lezat dan enak. Terdapat layar kaca menampilkan pemberitahuan “WAKTU ANDA MENYELESAIKAN SELEKSI 1 adalah 15:09:22” yang menunjukkan waktu mundur. Selama itu, mereka dipersilahkan menikmati makanan dan minuman yang tersedia dan jika sudah selesai, diharapkan untuk segera masuk ke dalam lubang seluncuran yang berada di ujung bus. Semua orang banyak yang bercengkerama dan saling berkenalan. Mereka bilang, mereka punya banyak waktu untuk masuk ke dalam lubang. Bob dan Shea pun menikmati makanan dan minuman yang tersedia. Setelah itu, mereka segera meluncur pada waktu 11:00:01. 
Ternyata tepat di akhir seluncuran, ada Patrol yang membantu mereka berdiri. Patrol itu bilang, “Kalian urutan ke 27 dan 28. Mari kami antar ke tempat peristirahatan.” Penyeleksian ke dua, tidak lain adalah di dalam underground. Bob bilang, “Kami pernah dilatih ditinggalkan sendirian dalam ruangan kecil di level underground. Suara-suara binatang melata mengerikan dapat kami dengar. Tapi, itu tidak menakutkanku. Kami dilatih untuk tidak takut.” Shea mendengar itu menjadi tenang. Lalu mereka berdua dimasukkan ke dalam satu ruangan dan dimintai beristirahat. Ruangan itu begitu nyaman dan akhirnya mereka pun tertidur. Mereka tidak tahu, kalau saat tertidur, mereka diberikan asap udara obat bius dan mereka semakin tertidur lelap. Pintu kamar terkunci.
Ketika terbangun, Bob dan Shea tidak menyadari kalau mereka terbius dan tertidur sangat lama. Bob mencoba keluar dari ruangan dan pintu kamar itu terkunci. Shea tidak tahu harus berbuat apa. Tapi, ia masih dapat merasakan keberadaan lapangan Truth Bearer. Shea mengisyaratkan bahwa efek lapangan Truth Bearer masih dapat mengontrol tanda-tanda Burns ditutupi. Tapi, Bob tidak mengerti. Bob berusaha menggunakan seluruh tenaganya dan begitu kuatnya pintu itu, pintu itu tidak bisa didobraknya. Bob bilang, “Sudah berapa lama kita di dalam ruangan ini?” Shea berusaha menghentikan
Bob namun Bob tetap mengatakan, “Kau tidak perlu khawatir, kita akan keluar dari sini.”
Setelah berapa lama, Shea hanya menjadi diam dan menunggu Bob kelelahan. Kemudian, Bob terduduk lelah. Shea pun akhirnya mulai membantu, ia memukul pintu tersebut dengan barang yang ada di ruangan itu. Tapi, malah Shea yang kesakitan, itu membuat Bob tertawa. Shea pun terduduk di sebelah Bob dan Bob bilang, “Sepertinya kita tidak bisa keluar. Apa pintu terkunci ini menandakan seleksi kedua kita telah dimulai?” Shea tersadar dengan perkataan Bob. Shea meminta Bob untuk melihatnya, Bob serasa tidak percaya mengapa ia berani memilih Shea sebagai pasangannya, yang ia sendiri tidak mampu berkomunikasi dengan Shea. Tapi, Shea tidak melakukan bahasa isyarat, ia mengelilingi ruangan sambil menaruh telinga pada dinding-dinding ruangan. Hal itu mengingatkan Bob tentang kisahnya pernah dikurung di level underground  dan mendengar suara binatang-binatang melata di dalam tanah. 
Bob tersadar, “Dari kita ada di dalam ruangan sebelum kita tertidur dan setelah kita terbangun, suaranya tidak ada lagi. Shea, apakah berarti, kita masih berada di dalam mimpi?” Seketika itu juga, pandangan mereka berubah dan semuanya menjadi putih. Ada Snow dan Fire disana.
Snow dan Fire adalah pemenang Warriors dua tahun yang lalu dan pemilik binding mata. Snow adalah seorang perempuan berumur 20 tahun dan ia bertubuh pendek. Namun, yang dilihat Bob dan Shea, terdapat hujan salju disekitarnya. Sedangkan Fire, ia berumur 21 tahun laki-laki, ia bertubuh kurus dan sangat tinggi. Di sekitar Fire, terdapat lidah-lidah api. Keduanya berjalan mendekati Bob dan Shea. Dari semua itu, rambut berwarna pink mereka begitu manis terlihat. Bob hanya merasa mengganjal dengan warna rambut itu pada Fire apalagi keriting. 
Snow mengucapkan: “Selamat, kalian telah memecahkan persoalan seleksi ke dua dengan waktu setengah hari. Apa yang kalian lihat sekarang adalah penglihatan yang kami salurkan kepada kalian yang sedang tertidur lelap. Lalu kemudian, apa kalian pasangan kekasih?”
Snow mengelilingi Bob dan Shea dan tertawa geli. Bob segera menjawab tidak dan Shea hanya mengangguk. Snow pun membalas, “Bob dan Shea… Bob dan Shea… kedua nama kalian tidak begitu enak untuk diucapkan. Mengapa kalian memilih nama itu?” Namun, Snow berhenti berbicara ketika Fire mulai berkata.
Fire mengucapkan: “Ada seseorang dibalik sana, Snow. Apa kau melihatnya? Siapakah dia?” Snow pun memandang ke arah putih jauh disana dimana Bob dan Shea ikut melihat namun mereka tidak melihat siapapun. Snow kemudian terkejut. Snow mengucapkan: “Apakah aku telah begitu dalam masuk ke dalam jurang? Dunia sanakah ini?” Fire segera memegang pundak Shea, “Shea… Sheakah namamu?” Shea menjadi terkejut karena tiba-tiba lidah-lidah api menjelajah ke tubuhnya. Bob segera mendatangi Shea, namun Fire tanpa menengok segera menepisnya jauh dan Bob terpelanting jatuh. 
Snow mengucapkan: “Fire, cukup. Kita tidak diperbolehkan memasuki ingatan para peserta lebih dalam. Cukup, hentikan.” 
Namun, Fire terus memaksa, “Jawab! Jawab!” Bob dari jauh seperti hampir pingsan. Namun, ia mendengar suara Shea tiba-tiba mengucapkan sesuatu. Suara yang begitu jernih seperti ringan dan merdu. Suara Shea terdengar mengucapkan, “Ia yang menuntu…” lalu Bob pingsan dalam mimpinya dan terbangun di dunia nyata. 
Bob dapat merasakan badannya begitu terkejut dan ia terbangun seperti ia baru saja bermimpi melompat dari jurang. Bob terbangun dan melihat sekitarnya masih seperti sama, hanya kali ini, suara binatang-binatang mengerikan itu masih ada dan pintu terbuka. Bob segera memandangi Shea, ia memandangi Shea. Seluruh badannya terasa hangat panas. Bob teringat apa yang terjadi di dalam mimpi. Bob segera menampar Shea, tiba-tiba Shea segera terbangun. Shea seperti mengalami lompatan yang begitu berat dan detak jantungnya begitu kencang. 
Bob segera memeluknya dan mengelus punggungnya, “Ini aku, Bob. Kita di dunia nyata.” Bob dapat merasakan panas badan Shea sudah kembali normal. Bob dapat merasakan jantung Shea yang mulai kembali normal. “Apa kau mulai membaik?” Bob memandangi Shea. Shea mengeluarkan air mata yang cukup banyak, ia begitu ketakutan. Bob menyadari Shea seperti bergumam. Bob memandangi gumaman itu, dan ia masih terkenang suara indah Shea dalam mimpinya. Dari sana Bob seperti memiliki imajinasi bahwa saat Shea bergumam, demikian suaranya dan berkata, “Air…air…” Bob segera berteriak seseorang untuk menolong. Lalu Patrol datang dan membantu mereka menenangkan diri. 
Bob dan Shea memiliki waktu satu hari untuk beristirahat. Bob selalu di sebelah Shea dan Shea sama sekali tidak ingin menutup matanya. Ia tidak ingin tidur, ia begitu stress. Bob tahu, tanda-tanda para Burns, mereka akan sulit ditenangkan. Ketika seorang Burns sulit ditenangkan, ia akan mulai melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri. Dalam hal ini, Shea mulai menahan nafasnya. Bob menenangkan, “Kau tidak boleh melakukannya, Shea. Mereka akan melihatnya ada yang tidak beres. Shea, Shea, aku butuh kau kembali. Shea, Shea.” Bob melihat pada layar neuron sens Shea meninggi. Bob teringat Shea terakhir mengatakan kata air. “Shea, kau ingat apa yang kau katakan terakhir, air? Apa kau mengingatnya? Air?” Sesaat Shea menyadari kata “air” yang dikatakan Bob. Shea dapat melihat pandangan Bob dan Bob dapat melihat Shea mulai kembali bernafas. Bob melihat gumaman Shea dan ia dapat mengimajinasikan Shea mengatakan, “Ia menuntunku.” Bob teringat kata itu yang diucapkan dalam mimpi. Bob segera memeluk Shea, “Bertahanlah, Shea.” 
Patrol segera datang dan mendapati Shea telah kembali normal, layaknya Bob. Patrol itu mengajak untuk memasuki ke seleksi berikutnya. Bob menanyakan berapa orang yang sudah masuk ke dalam seleksi ketiga, dan Patrol menjawab sekitar 27 orang. Patrol bilang pertandingan ini diberi waktu 14 hari dan melewati itu, pertandingan diberhentikan. Patrol itu mengingatkan lebih cepat, lebih baik.
Bob dan Shea dipersilahkan memasuki lift menuju semakin ke bawah. Mereka berdua masuk sendirian dan lift itu mulai berjalan. Shea segera memegang kembali tangan Bob begitu erat. Mereka berdua berpandangan, Shea bergumam dan Bob dapat mengartikan, “Aku tidak mendengarnya lagi.” Bob tidak mengerti apa yang dimaksud tidak mendengar, lalu lift itu terbuka.
Suatu ruangan dan disana lah Moon dan Luna. Moon dan Luna adalah Warriors dengan binding terkuat dari semua binding, yaitu kekuatan jantung. Warna rambut mereka yang begitu merah, begitu juga dengan pakaian mereka, terbuat dari bahan kulit berplastik, sehingga semua terasa begitu mengkilap. Moon dan Luna adalah pasangan Warriors yang sangat pendiam, mereka saling menyisir satu sama lain. Bob dan Shea mendekati mereka yang terduduk ditengah ruangan berwarna hitam dan kursi putih. Di sebelah tempat duduk mereka ada tangga putar menuju ke langit atas.
Moon mengucapkan: “Seseorang sedang menyembunyikan sesuatu. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rahasia tentang seseorang yang tak diperbolehkan diucapkan.”
Luna mengucapkan: “Kami meminta kalian untuk menaiki tangga ini. Tangga ini akan membawa kalian ke atas. Moon, tidak bisakah kau tidak termakan oleh perbincangan yang lain? Pikirkan perasaan kedua pasangan ini daripada memuaskan pemikiranmu.” 
Moon membalas: “Banyak hal yang dapat kita inginkan Luna, namun kita mendapat kemampuan mengetahui seseorang berbohong atau tidak. Baik kita kembali pada tugas kita. Selamat mendaki.”
Kemudian Moon dan Luna segera melangkah dengan cepat mendaki tangga itu. Sangat tinggi dan sangat jauh, bagi Bob dan Shea, seakan Moon dan Luna memiliki ketahanan tubuh yang luar biasa hingga mereka sampai di ujung tangga itu mereka melambaikan tangan.
Luna mengucapkan: “Kalian peserta beruntung hari ini yang dapat kami jumpai. Semoga berhasil!” Dan, bayangan mereka menghilang dari cahaya luar. Bob dan Shea segera mulai mendaki tangga itu. Bob menceritakan, “Kami dilatih akan ketahanan tubuh. Seperti melatih kekuatan fisik, berpuasa, dan berada di ruangan yang cukup panas.
Selama yang kami mampu. Banyak dari kami yang tidak mampu, lalu kami dibawa ke ruangan rehabilitasi, disana kami ditenangkan dan belajar juga menenangkan hingga kami mampu mengendalikan diri kami.” Ketika Bob menceritakan, Shea berada di depannya, dan ia seperti tidak mendengarkan. Pandangannya menghadap ke atas cahaya, dan cahaya di atas meski jauh serasa menyinari wajahnya. Bob memanggil namanya dan Shea tidak mendengar. Bob dapat melihat Shea seperti memandang terus ke atas seperti ada yang menunggu di atas.
Bob kemudian melihat Shea berguman dan kembali ia mengimajinasikan apa yang dikatakan Shea dengan suara lembut dalam mimpinya, “Up…and out… Up and out.” Bob pun membalas, “Shea, ya, kita akan ke atas dan keluar.” Sesaat Shea seperti berhenti menaiki tangga dan berbalik kepada Bob. Bob saat itu melihat kecantikan di wajah Shea. Bob seperti ingin menggapai rambutnya, “Shea…” 
Seketika Shea seperti menutup mata dan badannya oleng, Shea terjatuh keluar ganggang tangga dan Bob segera menggapai tangannya, “SHEA!” Teriak Bob. 
Shea kemudian memandang ke arah Bob. Mereka sudah berada di tengah jalan. Seketika, Shea merasakan jantungnya berdegup sangat kencang dan ia kembali tidak terkontrol. Bob mulai kehilangan genggamannya dan kekuatan lengannya mulai kendor karena Shea terus menggerak-gerakkan badannya. Bob berteriak, “Shea, tenang! Aku memegangmu, aku memegangmu!” Namun, Shea tidak juga berhenti. Bob mulai kelelahan dan ia berusaha menarik Shea dengan kedua lengannya. Bob sampai mengeluarkan keringat dan bergumam, “Kumohon, Shea….” 
Seketika, keringat Bob sampai terbang turun ke wajah Shea. Shea dapat merasakan genggaman kedua tangan Bob yang juga penuh keringat mengenai telapak tangannya. Saat itu juga, Shea kembali pada dirinya sendiri dan menguatkan genggaman tangannya sendiri, menenangkan diri, dengan mudah Bob mengangkat Shea ke tangga. Bob begitu kelelahan hingga ia berusaha mengatur kembali nafasnya. Di lain pihak, Shea hanya memandang Bob, dan Shea mulai memeluk Bob. Bob dapat merasakan kedua tangannya yang gemetar namun ia tetap memeluk Shea, “Sudah, tidak apa-apa.” Kata Bob. 
Hingga kemudian, terdengar suara gemuruh. Dari bawah, tangga-tangga itu mulai berubah menjadi hanya ganggang, anak tangganya mulai menghilang. Shea segera berdiri dan membantu Bob untuk mulai berlari menaiki tangga.
Bob mulai merasa berada di titik batas kemampuannya dan ia masih melihat betapa tingginya tangga itu masih harus diselesaikan. Bob mulai bergumam, “Dapatkah kita berhenti?” Namun Shea tetap mendorongnya dari belakang, “Ruangan…rehabilitasi.” Namun, Shea menyadari mereka tidak boleh untuk berhenti. Jika berhenti, anak-anak tangga itu akan mulai menghilang dan mereka akan terjatuh. Tidak ada jalan keluar. Shea segera mendahului Bob dan segera menarik tangan Bob yang dengan lambat menggenggam ganggang tangga. Shea terus menarik dan ia melihat bayangan Bob menundukkan kepala di depannya, seketika itu juga Shea segera menaikkan dagu wajah Bob dan menamparnya. 
Seketika itu juga, Bob seperti terbangun. Shea memegang dengan kedua tangannya, mendekatkan wajahnya kepada Bob. Bob memegang kedua tangan Shea di wajahnya dan ia dapat merasakan Shea menunggunya untuk sadar kembali. Bob segera mulai menghilangkan pikirannya untuk menyerah dan ia mulai melangkah cepat. Shea mengikuti. Dalam waktu 25 menit, mereka tepat sampai ke atas permukaan dan tepat mereka sampai, lubang dari bawah itu tertutup. 
Mereka berdua terduduk di ruangan berkaca. Bob terlihat begitu lelah bersama juga Shea. Dan di dalam ruangan kaca itu, berdiri sekitar 40 orang Patrol. Dan terdengar suara Warrior berikutnya,  Chow dan Tien.
Chow mengucapkan: “Sama seperti para peserta yang telah menyelesaikan seleksi ini, bertarunglah melawan 40 patrol ini dengan tangan kosong. Karena itu yang kami lakukan sebagai seorang binding tangan.” Dan Tien menambahkan: “Yang tercepat, dia memenangkan. Jangan sampai kami menghambat kemenanganmu. Selamat mencoba.”
Bob segera mendatangi Shea yang terlihat terkulai tak berdaya. Shea begitu lemah, ia kembali dalam masa di ambang Burns. Bob segera membuatnya pingsan, “Maafkan aku.” Sesaat Shea terkejut karena ia dibekap dan ia pun pingsan. Bob, mencoba kembali berdiri, “40 Patrol?” Ia berdiri tegap, “Piece of cake.” 
Shea terbangun dengan terduduk di sofa single. 
Ia memandang di sekitarnya, ia memikirkan apa yang terjadi sebelumnya. Ia teringat, ia dibekap oleh Bob dan ia pingsan. Setelah itu, ia tidak mengerti apapun. Bayangannya tidak jelas, ia merasakan ia sendirian. Shea mencari keberadaan Bob, namun ia sendiri tidak berani berdiri dari sofa itu. Shea mulai merasakan dorongan yang kuat dari dalam pikirannya, ketika ia dibawah tekanan. Tanda-tanda Burns kembali memaksanya untuk lepas kontrol. Shea mulai kejang, dalam dirinya ia memberontak. Shea mulai mengingat bahwa pertandingan ini belum selesai. Terakhir kali ia terbangun, ia sendiri tidak bisa mengendalikan penyakit Burns nya. Seluruh pertandingan Warriors ini tidak lain menggagalkan mereka berpenyakit Burns. 
Badannya berusaha untuk panik dan juga berusaha untuk bertahan. Ia kemudian teringat bahwa ia tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur dan ia kehilangan Bob di sebelahnya. Ia teringat suara para Warrior menyebutkan mereka harus melawan 40 orang dalam suatu ruangan. Ia merasakan kegagalan akibat dirinya sendiri. Dalam pikiran Shea ia mulai memikirkan untuk menyerah. Mungkin, Bob saat ini sudah dikeluarkan dari pertandingan karena rekannya seorang pengidap Burns. Shea mengerti tidak seharusnya ia masuk ke dalam Warriors, ia seharusnya mendengarkan perkataan Kakek dan Nenek, namun ia pun tidak dapat berbalik ke belakang, waktunya telah tiba.
Dari luar ruangan, Bob, setelah mengalahkan 40 Patrol, segera mengeluarkan Shea dari ruangan itu dan masuk ke dalam ruangan dengan Warrior binding dahi, kepintaran otak, Pin dan Bill. Bob memandang Pin dan Bill seperti sepantaran Shea. Keduanya memakai pakaian jas lab, namun cukup stylish dengan rambut abu-abu putih. Mereka berdua beraksen inggris dan sangat tinggi pun mancung. Billa memakai kacamata sedangkan Pin terus berada di samping Bob. Keduanya memandang ke arah kaca yang langsung memandang Shea di dalam satu ruangan.
Pin mengucapkan: “Kau lulus dari tanda-tanda Burns, setelah terjadi baku hantam, orang-orang Burns akan lepas kendali dan kau tidak. Dan, rekan mu, si mata putih. Kami tidak akan menghakimi, karena rambut kami juga putih.” Pin tersenyum. 
Bill mengucapkan: “Kami tidak dapat berbuat banyak, Bob. Frame negative otak nya menunjukkan ia memiliki tanda-tanda Burns. Pin, bukankah seharusnya ini kita laporkan?” Lalu Pin menjawab, “Aku penasaran, bagaimana seorang Burns dapat berhasil sampai pada tingkat ini? Tidak kah kau ingin tahu apa yang memampukannya?” 
Bob telah mendapat waktu yang telah mereka lalui yaitu tiga hari. Dan, ia hanya menunggu Shea mendapatkan kesimpulan dari Pin dan Bill, apakah ia seorang Burns. Bob hanya terus memandangi Shea yang terduduk dan tidak melakukan apa-apa. Bob mengatakan, “Ini tidak adil. Ia tidak bisa berbicara, bagaimana kalian dapat mengetahui seorang itu adalah Burns atau bukan?” Bob mencoba melawan Pin di sebelahnya, ketika Bill segera menghantam badan Bob ke dinding kaca. Bill mengatakan, “Kami mulai mencurigai mungkin tujuan mu kemari bukan sebagai Warrior, mungkinkah seorang pembelot? Pembelot sangat suka berkawan dengan para Burns. Bukankah begitu, Pin?” 
Pin tiba-tiba menengok ke arah Shea, “Lihat. Apa kau melihatnya?” Apa yang dilihat Pin dan Bill, tak lain ialah Shea mengenali isi seluruh ruangan itu. Shea berdiri seakan ia bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depannya. Ruangan itu tak lain ialah ruangan minum teh. Penuh dengan biskuit, kue, dan teko maupun cangkir teh. Dan, yang sangat mengejutkan, sangat sedikit orang yang masih ingat atau mempelajari gaya minum teh. Dan, Shea berjalan layaknya seorang bangsawan wanita pada zamannya. Shea mulai menyeduh teh, dan ia mulai mengambil kue dan biskuit ke atas piring kecil. Membawanya ke meja kecil dekat sofa, dan ia mulai menuangkan tehnya ke dalam cangkir. Ia mulai menikmati semuanya itu. Sesaat Pin dan Bill segera memandang Bob. Bob hanya memandang balik, “Kepintaran tidak ada di dalam seorang Burns. Mereka tidak mampu untuk melakukan suatu rutinitas, benar bukan?” Pin menjawab, “Tidak mungkin.” Dan Bill kembali menengok frame negative yang ada, “Ini hasilnya, Pin. Hasil seleksi ini mereka berdua dinyatakan terbebas dari Penyakit Burns.” 
Bill segera mendatangi Bob dan ia membukakan pintu masuk ke dalam ruangan. Bob segera berlari dan mendapatkan Shea, “Shea!” Teriaknya, lalu Bob memegang tangannya, namun entah kenapa, sesaat, Shea sedang tersenyum namun ia tersenyum kepada sesuatu di belakang Bob. Bob segera berbalik dan ia tidak melihat siapapun. Bob memanggil sekali lagi, “Shea?” Dan kemudian Shea menyadari keberadaan Bob dan segera memeluknya. Bob merasa lega, “Shea, ayo kita pergi dari sini.” Mereka berdua melangkah keluar ruangan namun sesaat, Bob kembali melihat ke arah dimana Shea tersenyum, hanya dinding kaca. Seakan, Shea sedang tersenyum dengan seseorang.
Pin dan Bill menyalami. Pin dan Bill segera menceritakan kalau mereka tidak keberatan untuk mendukung Shea menang dalam Warriors kali ini dan ikut binding dahi, menurut mereka, mata Shea adalah mata tercantik yang pernah ada. Namun, Shea hanya tersipu malu dan Bob segera memegang tangan Shea untuk segera pergi dari ruangan itu. Pin dan Bill terkenal dengan penggoda muda. Keduanya partner kerja dan mereka sebaya dengan Shea. Pin terakhir mengatakan, “Berhati-hatilah, Sayang. Lawan mu di depan sekuat gunung yang tak akan bisa kau pindahkan.” 
Bob dan Shea keluar dari ruangan dan mendapatkan lorong yang cukup panjang. Bob menghentikan langkah Shea. Shea memandang Bob dan ia seperti bingung. Bob mengatakan, “Kau sangat mirip dengan sahabatku. Rambut mu, dan seorang Burns. Meski sudah lama aku meninggalkannya dalam masa laluku, aku masih tahu cara menyembunyikan penyakit Burns nya dari orang-orang. Lalu, aku melihat seorang penyakit Burns yang bahkan mampu mengelabui para Warriors, sendirian?”
Shea tidak menjawab. Tentu saja, Bob sendiri mengerti karena Shea tidak dapat berbicara. Bob menghela nafas seakan dalam pikirannya terungkap, “Bodohnya aku memikirkan ada seseorang yang membantunya.” Bob kembali memegang rambut Shea, seakan ia kembali mengenang masa-masa bersama sahabatnya dulu. Shea tidak mengerti mengapa Bob selalu mengelus rambutnya. “Kurasa kita harus terus berjalan.” Mereka berdua kembali berjalan. Dan, mereka kembali ke lapangan Truth Bearer. 
Bob seperti tertawa kecil, “Kita seperti dipermainkan dan berputar-putar tidak jelas.” Namun, apa dikata, sebesar apapun The Whaledome, semuanya tetap terbatas. Shea dapat menghela nafas karena ia berada di lapangan itu, tempat dimana Burns nya dapat dikendalikan. Namun, ternyata sangat banyak warga The Whaledome yang menonton.
         




Chapter IV
The Gala

Bob dan Shea melihat sekeliling mereka dan di hadapan mereka ternyata terdapat 20 pasangan lain. Bob mengatakan, “Apakah kita yang terakhir?” lalu tiba-tiba keluar dari lorong lain, tiga pasangan lainnya, Bob menambahkan, “23.” Lalu kemudian seluruh lorong ditutup. Dari satu lorong, ada mereka yang berteriak meminta dibukakan, namun mereka cukup terlambat untuk berjalan. “Beruntungnya kita.” Tambah Bob lagi. Bob memandang Shea, ia melihat betapa tenangnya Shea saat ini. “Shea, tidakkah kau harusnya takut ketika berada di luar seperti ini? Bagaimana jika tanda-tanda itu datang?” Shea mendengarkan dan ia memandang Bob sambil menunjukkan pandangan wajah, “Percayalah padaku.” Dan, Bob kembali mempertanyakan darimana keberanian nya ini, yang sesekali ia lihat sebelumnya menghilang, dan seketika datang lagi di depannya. 
Seluruh orang bersorak di luar lapangan, Bob tahu apa yang akan mereka hadapi dikenal dengan “The Gala ”. Acara seleksi dalam Warriors yang dapat dipertontonkan oleh seluruh warga The Whaledome untuk para sisa peserta Warriors memperebutkan 10 tempat, untuk dapat melanjuti seleksi berikutnya. The Gala dikenal acara buatan dari Warrior King dan Queen, binding punggung. Yang mereka lakukan ialah bertahan dari pukulan berkekuatan batu yang dapat didapatkan dari keempat mata angin. Selama menahan dan menghindar serangan itu, para peserta harus mencari pintu keluar dari lorong-lorong yang terbuka dan tertutup dalam waktu secara acak. Hal yang paling mengerikan ialah acara The Gala ini tidak akan berakhir hingga 10 pasangan peserta telah berhasil keluar. The Gala adalah acara yang paling meriah juga menegangkan selama lima tahun terakhir.
Bob mencoba mengingat seluruh pelajarannya selama ini bersama para patrol mengenai The Gala ini. Bagi beberapa orang, The Gala yang diperlukan berusaha menghindar secepatnya. Bob berkata kepada Shea, “Kita harus tahu kemana kita harus menghindar, Shea. Kita harus mengelilingi lapangan ini, jangan hanya menunggu.” Shea segera mengangguk. Bagi Bob, The Gala ini adalah perebutan yang dilakukan 46 orang untuk mendapatkan 20 kursi. Hal yang mengerikan bukan kekuatan mengerikan yang akan menghantam badan para peserta akibat kekuatan dari Warriors, melainkan bagaimana para peserta akan mengorbankan peserta lain untuk mereka mendapat kursi tersebut. Bukan hanya kekuatan Warriors yang menghantam namun kekuatan dari para peserta lain yang tiba-tiba menyerang. “Jangan pernah berhenti melangkah, Shea. Atau mereka akan mulai memburu kita.” Ucap Bob. “Kita akan memulai berlari ke arah Timur, sesuai aba-abaku.” Shea hanya mengangguk. 
Bob mengenal hampir beberapa dari 46 orang di antara mereka. Bayangkan dari 100 orang dan masih tersisa banyak, ini menandakan kemampuan mereka semua setara dengan Bob. Semua, yang memiliki nilai tambah, mereka akan berusaha menyingkirkan Shea terlebih dahulu. Tidak ada yang mau dikalahkan oleh Shea, sang cacat. Bob semakin menjaga perhatiannya. 
King dan Queen datang selayaknya gempa bumi di tengah lapangan. Semua peserta berguncang dan para penonton bersorak dari luar. Shea terjatuh namun segera ditangkap oleh Bob, “Aku memegangmu.” Bob membantunya berdiri dan badan Shea dapat dirasakan gemetar. Tiba-tiba seluruh tanah di lapangan seperti berdebu sangat sehingga saling menutupi pandangan di depan, dan kembali terjadi gempa. Kali ini, Shea bertahan. Bob terus memandang Shea berada. Bob tahu, Shea mengandalkan pendengarannya. Hingga akhirnya, gempa yang terakhir, Bob segera memegang Shea yang akan kembali jatuh, menahannya, dan segera menariknya mulai berlari, “Shea, lari!” Shea memegang tangan Bob dan ia mulai berlari. 
Bob dapat melihat apa yang terjadi bagi mereka yang berusaha berada di satu tempat saja. King dan Queen membuat gempa di tengah lapangan, supaya debu di tanah berterbangan dan pijakan tanah menjadi tidak stabil. King dan Queen bisa datang dari mana saja, yang paling mengerikan ketika mereka muncul dari tanah, dengan sekali tinju dari bawah tanah, seseorang akan langsung terpental ke langit lapangan, dimana itu akan sangat menyakitkan dan pasti membuat seseorang pingsan. Juga, bagi mereka seperti itu karena King dan Queen sudah mengunci letak tempat seseorang, dan mereka bisa menghantam mereka tanpa terlihat dari segala arah mata angin. Dan kembali, itu akan sangat menyakitkan. Apalagi, ketika kita ingin membalas, mereka tidak akan merasakan apapun. Bagi Bob, itu tidak akan pernah menjadi permainan yang adil. Satusatunya cara adalah pergi menghindar dan segera menemukan jalan keluar. 
Bob dan Shea terus melangkah hingga mereka mendapatkan serangan pertama, langsung dari peserta lain, mereka yang memiliki strategi yang sama, berlari dari belakang Shea dan salah satu dari mereka segera menendang punggung Shea dari belakang. Shea tersungkur, namun Bob segera melakukan penyerangan dan orang itu pun juga terkapar jatuh. Tepat saat itu, Bob dan pasangannya berhadapan, mereka berdua berancang-ancang untuk saling menyerang, seketika semburan angin tak terlihat menghantam lawan Bob dari arah kanan badannya. Lawan Bob itu segera tersungkur dan pingsan. Bob sadar, keberadaannya diketahui oleh King dan Queen. Bob segera menunduk dan melihat keadaan Shea. Shea masih dapat berdiri dan mereka berdua kembali berlari. 
Kali ini, datang dari arah depan, Bob dan Shea berjumpa dengan peserta yang berlari ke arah berlawanan. Keduanya segera menyengkal kaki Bob hingga Bob terpelanting jatuh ke depan. Lalu keduanya segera mengincar Shea dengan tangan kosong, mengepalkan tangannya untuk meninju Shea, namun Shea berhasil menghindar, yang satu juga mencoba meninju dari arah berbeda, Shea yang terkejut, terkena dan ia mencipratkan darah dari gusinya, namun Shea dengan cepat segera mendorong orang itu dan seketika, ia terkena tinjuan langsung dari King dan Queen, terpelanting jauh hingga tidak terlihat lagi. Bob sudah kembali berdiri dan bertarung dengan satunya lagi. Sesaat Bob hampir menang, namun dari samping, Shea segera mendorongnya hingga keduanya terjatuh ke tanah, dan lawannya itu terkena tinjuan King dan Queen juga hingga terpelanting menjauh. Sesaat Bob seperti tak sengaja memeluk Shea. Namun, Shea tidak memandang Bob, ia malah menunjuk ke suatu arah belakang Bob, dan Bob melihat, di depan mereka pintu lorong itu mulai terbuka.
Shea segera berdiri, dan memberikan tangannya kepada Bob untuk membantunya berdiri. Namun, saat Bob akan berdiri, seseorang dari bayangan debu loncat dan menghantam Shea. Shea ikut terpelanting. Bob berteriak dan segera berdiri. Ia terpisah dari Shea. 
Gempa kembali terjadi. 
Tanah di pijakan Bob terbagi dua, dan sesaat ada hantaman ke salah satu pecahan, dan tiba-tiba salah satu pecahan pijakan tanah menjadi naik loncat tinggi, membuat Bob harus loncat ke tanah yang lebih tinggi pijakannya. Lalu tanah kembali bergerak turun, hingga kembali semula. Seluruh udara di sekitar Bob berdebu dan Bob berusaha menfokuskan diri, “Shea! Shea!” Ia terus memanggil. Bob berlari dan ia menemukan seseorang. Bob mendatangi dan memegang bahunya. Orang itu berbalik dan segera mencekik leher Bob. Namun, dengan cepat, Bob menangkis tanganya dan Bob meninjunya hingga tersungkur. “Shea! Shea!” Ia kembali mencari.
Bob dapat melihat dari jauh, di balik badai pasir, Shea berlari ke arahnya. Bob pun menjadi ikut berlari ke arahnya, namun hampir mereka akan saling berhadapan, Bob terhantam oleh sebuah tinju yang tidak pernah terasakan oleh Bob sebelumnya. 
Ia tidak melihat bahkan bayangan dari tinju itu sendiri, juga orang yang meninjunya. Seakan, mukanya sedang ditebas oleh sesuatu yang sangat besar dan mungkin tengkoraknya adalah satu-satunya hal yang membuat kepalanya masih berbentuk. 
Bob terlempar, dan ia dapat merasakan matanya yang begitu panas beserta sebagian wajahnya. Ia mencoba berdiri dari tanah dan seluruh penglihatannya berbayang. Ia dapat merasakan titik noda darah di dalam bola matanya. Seluruh pandangannya menjadi merah. Ia kembali ingin berjalan, namun seketika terdapat tinju pada bagian kedua betisnya. Seperti ada tali besar yang sengaja membuatnya terjatuh telentang kembali ke tanah. Seluruh kakinya serasa tidak berasa apapun bahkan untuk menggerakkan jari kakinya sekalipun. Bob memandang ke langit dan ia menyadari sejak tadi apa yang ia lihat begitu kabur dan penat akibat badai pasir di sekitarnya, ia tidak melihat apa yang ada di atas kepalanya, langit yang begitu cerah. Lalu, ia merasakan bayangan menutupi pandangannya. Ia melihat Shea.
Shea menunduk dan mencoba menyadarkan diri Bob, rambutnya tergerai di sekitarnya. Bob, ia memegang rambut Shea yang beterbangan, ia tersenyum. Shea terlihat berusaha mengangkat Bob, dimana Bob terlalu berat. Lalu Shea, melihat ke suatu arah dan dengan segera menarik kedua tangan Bob dan menyeret seluruh badannya ke sana. Bob seperti bergumam, karena hampir setengah wajahnya memar. Lalu, gempa di tanah kembali lagi, dan kali ini, tanah di bawah terbagi dua, dan Bob terperosok ke dalamnya. Shea bertahan memegang tangan Bob dan terus menariknya agar tidak masuk ke dalam lubang besar. Lubang itu kemudian menyedot seluruh pasir di atasnya, dimana Bob pun menjadi ikut terhisap. Shea terus menarik tanpa henti sampai akhirnya hanya kaki hingga pinggang Bob yang tertanam pada tanah, Shea langsung terjatuh. 
Bob melihat Shea berjuang untuk menyelamatkannya. Ia melihat Shea terengahengah karena letih. Tiba-tiba ada orang datang, salah satu peserta. Seorang yang gagah namun badannya penuh memar dan pakaian terkoyak. Bob melihatnya, seorang itu melihat ke arah Shea dan orang itu segera menghantam Shea, memukul Shea sekuat tenaga. Shea yang tidak memiliki suara, mengerang pun tak bersuara. Bob berteriak untuk berhenti. Namun, ia pun tidak dapat menggerakkan pinggangnya yang tertimbun. 
Orang itu berteriak, “Ha! Orang seperti mu tidak mungkin menang!” Orang itu kembali menendang kepala Shea, Shea pun benar-benar menutup matanya. Seluruh badannya gemetar dan banyak darah. Orang itu terakhir kali menendang perut Shea, dan Shea mengeluarkan dahak berdarah. Saat itu juga, Bob berteriak, “TIDAK!” lalu tiba-tiba seluruh memori Bob yang samar ketika ia melihat sahabatnya dibunuh oleh ayahnya sendiri membuatnya memiliki kekuatan untuk menggerakkan kakinya kembali. 
Ia berdiri dari dalam tanah dan segera menyerang orang itu, “PEMBUNUH!” serunya. Bob dengan kekuatan penuh, ia memukul orang itu. Ia meninjunya hingga babak belur, ia bahkan seperti gelap mata, seperti sesosok monster didalamnya telah kembali terbangun. Bob bahkan membuat engsel pundak orang itu terlepas bukan karena pukulannya karena ia sendiri menariknya. Suatu tangan memegang kakinya, dan Bob hampir menendang tangan itu, ketika ia sadar, Shea menyuruhnya untuk berhenti. Bob kembali kepada dirinya sendiri dan ia menyadari kakinya telah kembali bergerak seperti adanya. Bob segera meninggalkan orang itu dan menggendong Shea pada kedua lengannya. 
Bob terus berjalan lurus, ia tidak peduli kepada apapun. Lalu, angin tinju itu kembali datang. Kali ini, dari depan dan membuat kedua tangan Bob melepaskan Shea jatuh ke tanah. Bob kesakitan dan ia pun berlutut sambil mengerang kesakitan kepada tangannya. Shea terkulai lemas, namun ia masih dapat melihat Bob, Shea menjulurkan tangannya meraih Bob, tiba-tiba angin tinju itu akan meninju tangan Shea dari atas. Saat itu juga, Bob menyadari keberadaan datangnya angin tinju itu dan Bob segera mengepalkan tangannya yang penuh rasa sakit itu, sekuat tenaga mengepalkannya ke atas Shea. Seketika itu juga Bob berteriak lebih kesakitan dibandingkan sebelumnya dan ia pun terkulai jatuh. Bob seakan-akan baru saja memukul sebuah bagian beton. Bob terkulai disebelah Shea. Shea meraih tangan Bob, dan memegangnya erat. Shea mulai bergumam. Seakan, ia seperti berbincang dengan seseorang. Lalu, seketika angin pasir di depan mereka menghilang, dan ada satu lorong terbuka. Shea menarik tangan Bob, tapi Bob tidak bergerak. Shea menampar wajah Bob perlahan-lahan hingga Shea menyadari seluruh badan Bob terkuras sangat banyak hanya untuk menyelamatkannya. Shea memeluk Bob begitu erat dan ia menangis. Ia tidak ingin mengorbankan orang lain.
Lalu datang dua orang, yang ingin segera masuk ke dalam, dan mereka menyadari Shea dan Bob berada tepat di depan pintu lorong itu. Mereka berdua dapat dikatakan teman Bob, namun mereka tahu kesepakatan semua orang untuk menyingkirkan Shea. Menurut mereka, lebih baik Bob mengulang lagi di tahun berikutnya dibandingkan menang bersama dengan Shea. Mereka kemudian menarik Shea dari pelukan Bob dan mulai kembali memukulnya. Kali ini hanya sebentar, lalu Shea ditinggalkan tergeletak, dan keduanya kembali mengarah ke arah pintu itu. Namun, kaki mereka terhentak jatuh. Bob kembali berdiri. Ia dengan kesadarannya membuat kedua orang temannya itu tidak bisa berdiri. Bob mendatangi Shea berada dan kembali memeluknya. Kali ini, tangan nya sudah tidak kuat menggendong, Bob menaruh Shea di punggungnya. Bob berjalan dengan mudah masuk ke dalam pintu, ia berbalik dan pintu itu segera tertutup.
Seketika, dari luar pintu kaca, seluruh lapangan terlihat kembali normal dan angin pasir itu menghilang. Samar-samar, Bob melihat dua orang berdiri dari jauh, pria dan wanita. Mereka berdua berambut emas dan tatapan keduanya begitu tajam, seakan mereka siap saja untuk menerobos pintu kaca itu dan memukul Bob dan Shea berkalikali. Namun, seketika, pintu kaca itu ditutupi lagi oleh pintu-pintu besar, dan sorakan orang-orang serta cahaya dari luar menghilang. Bob dan Shea berhasil ke level selanjutnya. Bob terus menggendong Shea hingga ujung lorong. Mereka berdua masuk ke dalam ruangan serba putih, dan Bob melihat terdapat 20 kursi. Dari 20 kursi itu, tinggal dua yang belum terduduki. 
“Ini tidak mungkin!” Salah satu peserta yang terduduk ingin berdiri, namun tibatiba ada sabuk pengaman yang membuatnya tetap terduduk. Semua orang di dalam ruangan itu berbisik-bisik serasa tidak percaya. 10 pasangan dan salah satunya tidak lain adalah Bob dan Shea. Bob tanpa memedulikan yang lain, terus melangkah menuju kursikursi kosong berada. Bob dengan perlahan menaruh Shea, yang tertutup matanya dan mencoba memperbaiki rambut Shea, membuat pundak Shea dapat bersandar dengan nyaman. Bob kemudian membiarkan sabuk pengaman kursi itu terpasang di pinggang Shea dan Bob mulai melangkah ke tempat duduknya sendiri. Orang di sebelahnya yang duduk mengenal Bob, Bob hanya memandang sebentar, dan ia duduk hingga sabuk pengaman terpasang di pinggangnya. 
Seketika Bob terduduk, semua orang terdiam. Selama 10 detik tidak terjadi apapun, lalu salah satu wanita tertawa kecil, “Apa sekarang? Kursi goyangkah?” lalu tiba-tiba seluruh gravitasi di dalam ruangan menjadi sangat berat. Wanita itu segera bergejolak dan akhirnya ia melepaskan sabuk pengamannya dan segera menjatuhkan dirinya ke lantai. Sesaat, di atas kursinya, keluar tanda “X”, semua orang tahu, apa yang dimaksud dengan tanda itu. Wanita itu dapat merasakan dirinya kembali bernafas dan kepalanya menjadi ringan kembali. Ia memandang ke arah kursinya berada dan ia menjadi panik, ia memandangi temannya yang masih bergumul dengan gravitasi pada kursi, dan wanita itu pun mencoba kembali menaiki kursinya, seketika kejut listrik mengenai nya dan wanita itu segera pingsan. Semua orang melihat itu dan berusaha bertahan.
Shea terbangun dari tidurnya dan Bob yang berada dalam tekanan melihat Shea juga dapat merasakan tekanan gravitasi. Bob berusaha berbicara, “Shhhh…eea.” Shea memandangi sabuk pengaman di badannya dan ia mulai meraba kunci pembukanya. Bob segera menahan tangan Shea, Shea menyadari keberadaan tangan Bob, mereka berdua berpandangan dan Bob kembali berusaha mengatakan, “Ja….ngannnn, berrrrtahan.” Shea kemudian mulai merasakan penyakit burns nya keluar akibat tekanan. Ia mulai memukul kepalanya sendiri ke sandaran kursi. Bob menyuruhnya untuk berhenti, tapi tangan kanannya berusaha menahan tangan Shea melepaskan diri dari sabuk pengaman. Tangan kirinya ingin sekali menghentikan namun tangan nya tetap berada di samping kursi, gravitasi menahannya. Hingga akhirnya, benturan terdengar begitu keras, Bob segera kembali fokus melihat Shea. Kepalanya mulai menurunkan darah. Shea tiba-tiba tertawa, Bob tidak mengerti dan kepalanya semakin berat. Shea terus tertawa dengan suara sangau yang bisa ia keluarkan. Lalu beberapa kursi juga menampilkan symbol “X”. Mereka tidak keluar dari kursi mereka, mereka hanya tertidur, pingsan. Bob menyadari kalau dirinya tidak boleh pingsan. Shea terus tertawa hingga ia kembali memukul kepalanya pada sandaran. Bob merasa terganggu. Namun, hal itu yang membuatnya tetap sadar. 
Bob dengan sekuat tenaga mengangkat tangan kirinya dari ganggang kursi dan segera meraih kepala Shea, ia mendekatkan kepalanya dengan kepala Shea. Sesaat, Shea berhenti tertawa. Bob berbisik dengan berat, “I…ni aku…” Nafasnya semakin berat. Sudah hampir 45 menit, dan kembali ada yang gugur. Bob yang hampir kehilangan kesadaran menggerut lengan baju Shea. Tiba-tiba tangan Shea yang berada di kunci sabuk pengaman, ia ikut memegang kepala Bob. Shea telah kembali sadar dan ia pun mulai bertarung melawan gravitasi tersebut. Tangannya menahan kepala Bob yang hendak menunduk letih. Detik-detik menuju akhir, Bob seperti bernafas begitu kecil dan seperti tersedak. Seluruh wajahnya panik dan memerah. Shea memandang kaget dan ia tanpa berpikir panjang, menghirupkan udara ke mulut Bob. 
Lalu, sejam berlalu, gravitasi telah kembali seperti semula. Dan semua peserta seperti kembali bernafas dengan lega. Bob memandang Shea yang menciumnya. Bob terbatuk dan segera menjauhkan diri. Shea pun segera bersandar ke kursinya sendiri, ia bernafas sangat panjang. Seketika ruangan dimasuki oleh para Patrol. Para Patrol itu segera membawa keluar orang-orang yang gagal dan ketika mereka keluar, Para Patrol membantu mereka yang tidak gugur membuka sabuk pengaman. Kira-kira ada 15 orang. Lalu semua dibawa ke recovery room.  Para Patrol memberitahukan, akan ada pertandingan mini, dimana tiga peserta yang kehilangan pasangannya akan bertarung merebutkan dua kursi. 
Bob dan Shea adalah peserta yang memiliki banyak sekali cedera. Bahkan dari pihak kesehatan recovery room, mereka dinyatakan tidak mungkin sanggup bertahan untuk pertandingan selanjutnya. Bob mengenal salah satu Patrol yang merawatnya.
Mereka berdua berbincang, Patrol berkata, “Aku mengajarkanmu selama ini bukan untuk mensia-siakan seluruh tubuhmu seperti ini, Bob.” 
Bob membalas, “Ada kengerian di dalam pertandingan ini, Omda. Mereka semua berusaha membunuh Shea.” 
Omda menjawab, “Shea, seorang yang special. Ia bisa sampai pada tahap ini jika bukan karena kau, ia juga memiliki keinginan yang kuat.” 
Bob membalas, “Omda, Shea memiliki kemampuan, kekuatan yang tersembunyi. Tanpa diriku, Shea juga mampu.” 
Omda membalas, “Benarkah? Baiklah kita buktikan.” 
Bob bertanya, “Apa maksudmu, Omda?” 
Omda, berperawakan sangat kekar untuk orang berkulit hitam namun kurus apa adanya. “Keys dan Fish akan membawa ketiga peserta dalam pertandingan mini, Shea akan berada disana. Shea akan bertarung melawan ketiga peserta, hingga tinggal satu. Satu orang itu akan menjadi pasangan mu selanjutnya.” Omda segera keluar. Bob mengejarnya namun pintu telah tertutup. Omda berteriak, “Istirahatlah. Para peserta diberikan waktu 2 hari hingga pertandingan berikutnya akan dimulai.” 
Di dalam ruangan, Bob melihat begitu banyak makanan, minuman, serta tempat beristirahat. Bob mencoba keluar dari ruangan namun terkunci. Bob merasa kesal. Ia membanting seluruh barang dalam ruangan. Ia berharap Shea baik-baik saja. “Apa yang sebenarnya mereka inginkan dari Shea?” Bob hanya tersungkur di ujung ruangan.
          
 






Chapter V
The Promise

Shea berada di dalam mimpinya sendiri. Ia dapat berbicara di dalam mimpinya. Dan orang itu ada disana. Shea melihat dirinya di depan cermin, penuh luka dan perban. Orang itu berada di belakangnya, memeluknya dari belakang. Hanya Shea yang dapat melihat bayangannya di cermin, karena itu pikirannya sendiri. Shea bertanya, “Apakah yang sedang mereka lakukan padaku?” Lalu orang itu seakan berbisik sesuatu pada telinganya. Lalu, apa yang ia lihat di depan cermin dirinya yang telah sembuh, tak ada memar, bahkan pakaiannya cantik apa adanya. Shea kemudian berkata, “Apakah aku cantik?” Shea melihat orang itu menjawab di dalam cermin, Shea tersenyum. Ia kemudian bilang, “Bob, ia begitu baik padaku. Ia tahu diriku yang sebenarnya. Tapi, tak sedikit pun ia berusaha melaporkannya. Aku berjanji, aku berjanji akan menemukanmu. Aku akan memenangkan pertandingan ini.” Lalu raut muka Shea terlihat gusar, “Aku tidak akan menyerah. Aku akan memenangkan pertandingan ini untuk Bob, partnerku. Dan aku akan menemukanmu. Aku berjanji.” Orang itu memberikan kecupan pada dahinya. “Kau akan selalu bersamaku, bukan? Hingga kita bertemu lagi?” Namun, mimpi itu semakin pudar, tiba-tiba cermin kaca itu pecah dan pecahannya terbang ke arahnya. Salah satunya memotong lehernya, dan saat itulah ia kaget terbangun. 
Shea menemukan dirinya di hadapan tiga orang lainnya dan mereka berusaha mencelakakan Shea, namun tepat saat Shea terbangun ia bisa terhindar dari pisau beling yang hampir menerkamnya. Shea terduduk di suatu kursi besi, lalu ia segera berdiri dan menghindar, tanah di sekelilingnya adalah beling-beling dan dari jauh, tiga orang itu berlari mendatanginya untuk menjatuhkan Shea. 
Shea tidak menemukan Bob dimanapun, ia pun tidak mengenal dimana ia. Yang ia tahu, ia berada jauh dari kawasan lapangan Truth Bearer.  
Dan, ketika Shea berusaha menghindari beling-beling di sekitarnya, ia berjalan mundur dan ia merasakan daun-daun membelai wajahnya, ia berusaha melihat sekelilingnya dan terlihat jelas ia berada di satu taman. Namun, Shea tidak bisa melihat dengan jelas, Shea berlari bersembunyi di balik pot-pot tanaman besar yang ada, ia melihat bahwa di seluruh tanah taman itu ada beling-beling, Shea menjadi bertanya tempat apakah ini. 
Shea merasakan ia seperti diburu. Seakan, seluruh udara di sekitarnya kapan pun akan menyerangnya. Ia melihat ke atas, dan Shea menyadari ia berada di dekat taman The Whaledome, satu-satunya wilayah yang mendapatkan sinar matahari dan tumbuhtumbuhan dapat hidup. Lalu, tiba-tiba seorang mendapatkan Shea, Ia keluar dari semaksemak dan mulai melemparkan tinjunya. Seorang laki-laki, muda, namun matanya sipit, seakan wajahnya menjadi tidak beraut muka, tak tertebak, yang Shea tahu anak lelaki itu ingin sekali memukul dirinya. Shea menghindar dengan mudah karena badannya yang ringan dan sempat sekali kena, namun Shea tanpa berpikir panjang mendorong anak itu jatuh ke tanah. Lalu, anak lelaki itu kesakitan, Shea sadar ia membuat anak lelaki itu terkena beling-beling pada punggungnya. Seakan, Shea sadar bagaimana ruangan ini dapat digunakan untuk mengalahkan musuh. Shea mendengar anak lelaki itu berteriak meminta pertolongan. Shea segera berlari ke arah sebelumnya. 
Ia berlari dengan cepat. Taman ini tidak begitu luas, namun ia berada di dalam satu ruangan. Shea menyadari itu kembali ketika, ia menemukan dinding pembatas taman itu sangat tinggi, dan semuanya diselimuti batang berduri dan lumut. Shea berusaha berlari ke direksi yang berbeda dan ia menemukan hal yang sama, ia tidak menemukan jalan keluar.
Shea kembali bersembunyi, berusaha bersandar pada pot-pot tanaman yang ada, karena ia tidak dapat jongkok. Shea mengecek sepatunya, banyak beling-beling yang tertancap, dan Shea mencoba mencabut semua. Taman ini begitu kecil, sehingga dalam beberapa waktu saja, Shea sudah ditemukan. Kali ini, langsung bertiga. Anak lelaki yang kesakitan itu sekarang beraut muka garang karena kesakitan dan yang lainnya mengapit dirinya. 
Satu wanita, ia berbicara, “Apa kau tidak salah? Sudah kukatakan, bahkan para Warriors tidak menginginkan kau menang.” 
Lalu seorang lelaki lain, berbicara, “Jika kami bisa membuatmu gugur, kami bertiga akan kembali masuk ke dalam pertandingan.” 
Dan anak lelaki yang terluka itu, menambahkan, “Piece of cake.” Anak lelaki itu segera kembali menyerang Shea, ia mendorong, dan Shea berusaha bertahan agar tidak terjatuh ke tanah. Namun, ia lupa, sepatu kanannya terlepas, Shea hanya beralaskan kaus kaki, dan kakinya pun terkena beling. Tapi, Shea bertahan. Telapak kaki kanannya langsung merembeskan darah. Tidak sakit, Shea tidak merasakan apapun. Namun, dua orang lain segera menghantamnya dari belakang, ini menjadi tidak adil. Shea hanya berusaha berdiri, ketika kepalanya ditinju, didorong, dan dijambak. 
Ketika Shea sudah mulai oleng, Shea menarik salah satu pakaian seorang di antaranya, dan kemudian Shea tanpa memikirkan apapun segera menghantam kepalanya kepada kepala orang itu. Seorang itu Shea dorong dan ia menghantamnya ke dinding tumbuhan berduri. Ternyata orang itu adalah lelaki yang satu lagi. Shea segera meninjunya. Ia meninju beberapa kali sebelum kedua orang itu kembali mendatangi dirinya, Shea lalu menarik kembali lelaki itu dan dengan cepat membuangnya ke arah teman-temannya datang. Shea berusaha berlari, namun kakinya sudah penuh beling dan sangat sakit. Ia baru menyadarinya sekarang. 
Tiga orang itu kembali membuat formasi. Dua laki-laki itu mendapatkan luka di punggungnya dan anak perempuan itu masih segar bugar. Sedangkan dirinya, sudah penuh lebam di seluruh tubuhnya dan kaki kanannya hampir tidak bisa digerakkan. Dari dua kubu saling berhadapan. 
Lalu, penyakit Burns nya datang. Suatu perasaan penuh liar yang ia tidak dapat bendung. Suatu keinginan yang ingin keluar dan segera menyelesaikan pertandingan ini. Dalam kedudukannya, orang-orang di depannya adalah mereka yang ingin membunuh dirinya. Dan penyakit Burnsnya membuat dirinya begitu marah, hingga ia pun ingin sekali membunuh mereka. Shea seakan, merubah raut mukanya, ia tidak dapat melihat keadaan seperti ini. Suatu hal yang tidak sempurna, dan selalu dianggap sebelah mata, dan bahkan ingin segera disingkirkan. 
Shea pun terjatuh. Kepalanya begitu sakit. Ketiga orang itu pun melihat Shea lengah dan mereka segera mendatangi Shea. Yang Shea tahu, mereka ingin membunuh nya, dan Shea pun terkalahkan oleh penyakit Burnnya, dalam pikirannya, ia ingin melakukan segala cara untuk membunuh ketiga orang ini.
Shea segera berdiri dan di tangannya, ia memegang pecahan beling dengan erat dan melemparkannya ke arah salah satu orang itu, dan beling itu mengenai bibir peserta si perempuan, dan merobek wajahnya begitu dalam. Kedua peserta lain terkaget ketika si perempuan itu panik dengan apa yang terjadi dengan wajahnya. Shea tidak menyiakan kesempatan, ia segera mengambil botol beling yang bawahnya pecah, ia menjambak dengan cepat peserta lelaki yang ada di dekatnya, dan menghantam botol beling itu ke wajahnya, sampai hidungnya yang mancung patah dan wajahnya tampak remuk. Ketika peserta lelaki yang sejak awal menemukannya, segera menghantam Shea dan meninggalkan dua temannya itu. Ia menjatuhkan Shea langsung ke tanah yang penuh beling. Namun, Shea tidak menunjukkan dirinya yang kesakitan oleh luka di punggungnya, bahkan yang tertancap pada kulit kepalanya. Shea malah tertawa dan itu membuat ngeri sang anak lelaki itu. Shea lalu dengan mudah mengambil beling di tanah dan menyerang wajah anak lelaki itu. Anak lelaki itu sempat menghindar dan segera menahan tangan Shea.
Mereka berdua bergulat, yang berakhir, Shea menggunakan tangan kirinya, menggenggam tanah dan melemparkannya ke arah mata anak lelaki itu. Anak lelaki itu kesakitan dan perih. Ia menjadi tersungkur menjauh dari Shea.  Ia mengucek matanya dan mengeluarkan darah. Ketiganya telah lumpuh, dan Shea melihat ketiganya tidak berdaya di depannya. Penyakit Burnsnya membuatnya ingin kembali memukul, namun, ia terhenti karena hembusan angin di wajahnya. 
Sesuatu membuatnya untuk berhenti bergerak. Ada yang berbisik di telinganya dan seketika dirinya berubah menjadi batu. Shea kemudian berhenti bernafas. Bukan keinginannya untuk berhenti bernafas, suara itu menyuruhnya. Shea merasakan kepanikan karena badannya tidak dapat bergerak sesuai keinginannya. Hingga kemudian, Shea kembali dapat menggerakkan kakinya, dan seluruh sakit luka itu membangunkan seluruh syaraf di badannya. Ia terjatuh dan terbatuk-batuk, menghirup udara kembali.
Lalu, dua bayangan itu ada di depannya. Keys mengatakan, “Kau telah melumpuhkan tiga peserta hanya dengan beling-beling ini. Aku berharap kau membunuh mereka, bahkan memotong tubuh mereka. Dan, kalian semua tidak akan ada yang lolos. Ternyata diantara kalian berempat, ada yang masih menggunakan otaknya.” Keys mendatangi wajah Shea yang penuh simbahan darah, “Maafkan aku. Aku hanya kesal, kau tahu? Hanya kami yang mendapat hanya tiga peserta dari 15? Bukankah kau juga merasa ini tidak adil?” 
Fish baru saja berkeliling menghampiri ketiga peserta yang sudah tidak berdaya.
Fish mengatakan, “Keys, tidak ada bagian tubuh yang terpotong dan mereka masih hidup. Kurasa, kita telah menemukan pemenangnya?” 
Keys membalas, “Mereka bilang, pertandingan ini untuk mengalahkan wanita ini. Apa yang harus kita lakukan dengan dia pemenangnya?” 
Fish tersenyum, “Kita tidak perlu memikirkannya. Peserta ini telah membuktikan kalau dirinya pantas untuk mengikuti pertandingan yang adil dan yang sebenarnya, bukan?” 
Keys tersenyum, “Kau benar. Aku akan memberikannya hadiah.” Lalu, Keys membisikkan sesuatu ke telinga Shea, yang membuat Shea akhirnya pingsan. 
Keys dan Fish adalah pasangan Warriors laki-laki dengan binding balik telinga. Sejak awal, mereka ada di dalam ruangan, memperhatikan, mencoba melakukan kecurangan dengan menolong orang-orang yang ingin mengalahkan Shea, namun, tak disangka, Shea berhasil memenangkan pertandingan. Rambut hijau mereka begitu memukau, seperti warna daun-daun tropical. Mereka bersembunyi menjadi bagian dari bayangan pepohonan di taman. 
Kemudian para Patrol masuk ke dalam ruangan, dan semua peserta dikirimkan ke tempat masing-masing. Untuk para peserta yang dinyatakan kalah, hanya akan dikirim ke rumah sakit The Whaledome. Namun, seseorang seperti Shea, seperti suatu urgensi atau harus dirahasiakan, Shea diselamatkan oleh Keys dan Fish, mereka berdua menghipnotis Shea melalui bisikan ke telinga untuk Shea mampu bertahan mengikuti pertandingan Warriors selanjutnya dan sehat. Lalu dikirimkan ke ruangan Bob.
Bob yang hanya terduduk dengan seluruh barang berantakan di sekitarnya, lalu pintu terbuka, dan Shea berjalan dibopong oleh dua Patrol. Bob segera berlari dan membawanya ke atas ranjang. Salah seorang Patrol mengatakan, “Jika aku menjadi kau, Bob, aku akan meminta mengundurkan diri. Aku tidak mengerti kekuatan apa yang ada di dalam anak perempuan ini, tapi ia akan menjadi orang pertama yang mati dalam pertandingan Warriors. Dan, kau Bob, mungkin akan dituntut sebagai pembelot.” Bob tidak mendengarkan perkataan Patrol itu, ia hanya memperhatikan Shea yang tertidur dan penuh lebam.
Para Patrol telah pergi, dan Bob melihat luka pada kaki dan punggungnya. Ia tidak dapat memikirkan apa yang telah dihadapi Shea. Selama ia menunggu Shea terbangun, ia mencoba membersihkan kamar. Lalu, ia mengambil kursi dan terduduk di samping ranjang. Shea lalu terbangun. Ia terduduk dan melihat Bob. Shea mulai menangis, dan mereka berdua pun berpelukan. 
Bob membelai rambutnya, ia mengatakan, “Mulai saat ini, aku tidak akan membuat mereka memisahkan kita berdua.” Shea terus menangis hingga ia memandang wajah Bob dan Bob menyeka air matanya. Bob mulai menyuruhnya untuk istirahat, dan ia membantu mengganti perban Shea yang ada di kaki, tangan, dan punggung. 
Lalu, Shea kembali terlelap, tapi ia tidak ingin Bob pergi, dan Bob pun tertidur di samping Shea dan mereka saling berpegangan tangan.
 Bob mencoba tertidur namun Shea selalu tidak lelap dan bergumam, mimpi buruk, itu membuatnya terus terjaga. Bob mencoba menghitung dan tinggal enam pertandingan lagi. Bob memandang Shea yang begitu terkuras tenaganya, ia tidak dapat membayangkan jika bukan dirinya yang menjadi pasangan Shea dalam pertandingan Warriors, bahkan Shea benar-benar sudah mati sekarang. Tak ada orang lain yang pernah hidup bersama dengan orang-orang berpenyakit Burns selama Bob, sepengetahuannya, dan itu yang selama ini menjadi tiket penyelamat bagi Shea. Namun, Bob pada akhirnya tertidur juga.
Terdengar suara Sirene, dan itu membangunkan Bob. Ketika Bob terbangun, ia tidak melihat Shea di atas ranjang tapi sudah berberes-beres di depan cermin. Di atas meja juga terlihat Shea sudah makan. Bob segera loncat dari ranjang dan mendatangi Shea. Shea berdiri dan segera memeluk Bob, menyuruhnya untuk makan. 
Bob mengatakan, “Apa kau tidak merasa sakit, Shea?” Shea menggelengkan kepala. Dan, apa yang dilihat Bob sangat berbeda dengan apa yang dilihat kemarin. Pincang pun, tidak. Shea seakan sehat hanya dalam waktu semalam. Bob hanya terdiam di depan makanan melihat Shea mulai bersiap-siap. Bob menjadi ragu dengan apa yang terjadi, ia pun mengatakan, “Tidakkah kita seharusnya sampai di sini saja, Shea?” Shea tidak membalas, ia terus sibuk, Bob kembali membalas, “Kau hampir mati kemarin, kau tahu?” Shea hanya tersenyum mengatakan kalau ia baik-baik saja. Bob menunjukan tatapan marah, “Mereka tahu kau berpenyakit Burns, Shea! Apakah kau tidak menyadari, meski kau memenangkan pertandingan Warriors ini, kau mungkin akan langsung dituntut dan dimasukan ke Detown. Mungkin, sampai saat ini mereka tidak menggugurkan mu karena mereka tidak pernah bereksperimen para Burns mengikuti pertandingan ini dan terus lulus hingga tahap ini.” Bob memukul mejanya dan ia pun berpangku muka. Ia mulai mengendorkan nada suaranya, “Tidak tahukah, bahwa aku begitu kesal karena aku tidak bisa melindungimu hingga kau seperti ini? Apa yang akan terjadi di pertandingan kedepan?”  
Shea hanya terduduk di atas ranjang. Ia memandangi Bob dari jauh. Andai ada cara supaya dirinya dapat berbincang dengan Bob, ia ingin mengucapkan banyak hal kepada Bob yang sudah membantunya hingga level ini. Lalu Patrol pun masuk, Patrol yang sama dengan kemarin, Patrol itu bertanya, “Pertandingan akan dimulai 10 menit lagi, kurasa kita akan mulai berjalan?” Bob dan Shea hanya terdiam di tempat. Patrol itu kembali bertanya, “Ketidakberadaan kalian di lapangan pertandingan akan menyimpulkan bahwa kalian mengundurkan diri. Kalian sudah memutuskan?” Bob mendengar hal itu kembali mengangkat wajahnya, berpandangan dengan Patrol. Patrol itu tidak menunjukkan raut muka apapun, Patrol itu segera pergi keluar ruangan. Bob memandang ke arah Shea. Shea hanya tersenyum. 
Arena pertandingan yang digunakan sudah baru. Ia dinamakan Muse Hall. Muse Hall ini terletak di dalam gedung Warriors, tepatnya di bunker paling bawah. Muse Hall adalah tempat berlatih keempat belas Warriors setiap hari. Di arena pertandingan ini, dapat dikatakan enam angkatan pertama Warriors akan melaksanakan pertandingan nya di sini. Mereka disebut Finale. Dalam Finale ini, siapapun yang masuk ke tingkat pertandingan ini, ketika ia kalah, ia akan mendapat poin sangat tinggi untuk Poin-poin kebenarannya, dan tentu dapat dipromosikan untuk tahun depan. Dengan keluarnya tiga finalis yang tidak memiliki pasangan itu, maka tersisalah 6 pasangan dengan Shea dan Bob.
Namun, hingga 5 menit, seluruh Warriors telah masuk ke dalam Muse Hall dan menempati kursinya masing-masing, dan satu pasangan belum datang. Yang paling menanyakan keberadaan mereka adalah Pin dan Bill, dan sang Patrol yang bertanggung jawab dengan Bob dan Shea, ia dipanggil dengan Patrol Mouse. Patrol Mouse mengatakan, “Sepertinya mereka tidak akan datang.” Namun, sebelum terompet dibunyikan, Bob dan Shea ternyata berjalan. Keduanya seakan tidak menunjukkan pandangan bersalah karena telat. Patrol Mouse pun hanya menghela nafas. Saat itulah, Shea pun segera merasakan ada yang melihatnya. Keys dan Fish terduduk dan mereka senang Bob dan Shea dapat kembali lanjut. Bob memandang keseluruhan ruangan. Ruangan yang begitu besar layaknya gua. Namun, diukir begitu megah layaknya sebuah lukisan dinding. Pin dan Bill begitu senang hingga mereka begitu berisik berbincangbincang. 
Dan, saat itu juga, salah seorang Warriors, yang duduk sendirian di singgahsana nya, berdiri dan mengucapkan salam kepada seluruh peserta pertandingan, seiring pintu bunker itu tertutup. Seorang Warrior tunggal dalam angkatan ke-6, Phil, binding mata. Rambutnya berwarna pink dan pendek, tidak sama sekali mengedurkan kerupawanannya. Ia menggunakan jas putih dan matanya begitu hijau muda, menunjukkan kekuatan mata itu sendiri. 
Phil pun mengatakan, “Selamat datang para calon Warriors. Selamat datang di bunker Muse Hall. Tempat ini adalah tempat paling sakral akan keberadaan dari Warriors The Whaledome. Dibangun dengan kekuatan para Old Voyages dengan batubatu Ancient Enchants Gifts. Batu-batu ini hanya akan bergerak sesuai dengan pemilik kekuatan Warriors. Dan ini akan menjadi harta warisan bagi kedua dari kalian. Semua dinding ini terukir sejarah dari keberadaan The Whaledome, dan sejarah dari The Warriors. Kalian harus bersyukur memiliki kesempatan untuk sampai di tempat ini. Terutama, bagi kalian yang memang akan kalah.” Seakan-akan Phil berpandangan dengan Shea. 
Karena, keberadaan singgahsana Warriors sangat jauh di atas, tidak mungkin Shea dapat melihat. Namun, Bob melihat pandangan Phil. Bob mengingat kisah Shea, ia diselamatkan oleh seorang Warriors, yang berakhir dengan kematian sang Warrior itu sendiri, Warriors ke-6, pasangan dari Phil. Dalam pikiran Bob, putusan nya untuk tetap ikut kembali pertandingan ini adalah salah besar. Bagi Bob, Phil tak lain memiliki tujuan untuk membalaskan dendamnya kepada Shea.
Phil mengatakan, “Pertandingan ini akan dimulai dengan mudah. Enam pasangan bertarung untuk mendapatkan lima, lima menjadi empat, empat menjadi tiga, tiga menjadi dua, dan dua menjadi satu pasangan pemenang. Setiap satu pasangan gugur, akan berlanjut ke level selanjutnya, tantangan selanjutnya. Untuk memperkenalkan lawan bermain kalian:
Joan dan Moore. Ben dan Gwen. Sweet dan Line. Sour dan Yale. Vase dan Bass. Bob dan… Shea. Hal yang menguntungkan dari pemenang kali ini, kalian akan mendapat kesempatan untuk memilih bebas keinginan Anchient Gift yang kalian inginkan. Kalian akan menjadi putaran ketiga dari tujuh Ancient Gifts yang dapat kalian dapatkan. Bukankah ini menyenangkan?”
Joan dan Moore. Perawakan mereka seperti telah bersih dan keduanya berambut pendek. Ben dan Gwen. Perawakan mereka seperti anak masih sangat muda. Sweet dan Line, mereka pasangan yang tampan dan cantik layaknya model namun dengan lebamlebam di muka. Sour dan Yale, Mereka berdua terlihat begitu tangguh dengan tatapan seperti berpendidikan tinggi. Vase dan Bass, keduanya berbadan sangat besar. Sedangkan Bob hanya seorang petarung didikan Patrol, dan Shea, seorang penyakit Burns, seorang yang tidak dipandang. 
Bob hanya berusaha memikirkan apa yang akan menjadi pertandingan selanjutnya. Apa yang dimiliki oleh bunker besar ini. Semua dindingnya terlihat sama, batu-batu magis mana yang memiliki kekuatan. Bob tidak pernah tahu dan ia berusaha tetap waspada. Shea sendiri, ia merasakan seluruh badannya tidak sama sekali. Ia tidak mengerti, namun sebenarnya itu adalah bagian dari hipnotis Keys dan Fish. Dalam yang sebenarnya, Shea itu sekarat. 
Terompet pun dimulai, entah dari mana, dan terakhir kali terdengar suara Phil, “Believe your eyes.” Seluruh Muse Hall berdengung sangat kencang. Seperti auman binatang-binatang bawah tanah namun lebih mengerikan yang bagi para peserta, mereka berharap itu tidak mereka dengar lagi untuk kedua kalinya. Kemudian, dalam hitungan beberapa detik, suara itu berhenti. Tidak ada yang terjadi. Lalu, Bob dan Shea tidak tahu kalau namun tiba-tiba ada teriakan mengenaskan, terutama dari dua kelompok, Glenn dan Vase. Lalu diikuti dengan dua kelompok lainnya Sour dan Joan. Lalu, Bob melihat Shea. Shea sama sekali tidak terjadi apa-apa. Bob melihat kemudian perubahan yang aneh pada wajah Shea. Shea berubah menjadi sahabat Bob. Bob sampai menangiskan air mata. Lalu, Shea tiba-tiba seperti berbayang berada di dalam gambaran sahabat Bob itu, Shea tiba-tiba mengangkat tangannya dan ia memegang pisau dan segera menggorok lehernya sendiri, yang tak lain leher sahabat Bob, kematian yang sama seperti kenyataannya, sahabat Bob mati digorok di depan matanya sendiri. Dan, Bob segera berteriak histeris.
Dalam kenyataan, Shea begitu kaget karena Bob berteriak histeris kepadanya dan segera mencekik dirinya. Shea terdorong dan ia tidak percaya dengan apa yang dilakukan Bob. Shea bahkan tidak dapat mengerang, karena ia tidak memiliki pita suara. Shea hanya mencoba mencari nafas dan megap-megap, dan memegang wajah Bob. Bob berteriak, “Why? Why? Why?!  ” dan Shea melihat Bob menangis. Shea kemudian menampar dirinya sendiri. 
Dari jauh, Pin dan Bill melihat seakan tak percaya. Bill mengatakan, “Dia benarbenar tahu apa yang terjadi. Anak perempuan yang menarik.”
 Pin membalas, “Aku benar-benar berharap anak itu menang.” Lalu, dalam beberapa saat pandangan Bob mulai membingungkan. Ia melihat ada dua Shea yang sedang ia cekik. Satu tertawa dan satu lagi seperti kesakitan dan terus menampar wajahnya. Ketika cekikan tangan Bob melemah, Shea segera memukul kepala Bob sekuat tenaga. Dan Bob pun menjauh, Shea mencoba bernafas seluas-luasnya. Kepala Bob menjadi pusing, hingga ia mendapatkan kembali pandangannya. 
Kali ini, ia melihat ayahnya. Dalam kenyataan nya, Shea mendatangi Bob, namun di pandangan Bob, ayahnya yang kembali hidup memegang pisau dan akan membunuhnya. Bob balik menyerang ayahnya, dan kali ini, ia mengarahkan batu runcing ketika dalam kenyataan Shea tidak bersenjatakan apapun. Bob menebas Shea, dan lengan Shea terluka dalam. Bob kembali berteriak histerikal, seakan Bob berpenyakit Burns. Shea berusaha mengelak, namun Bob yang memang sudah ahli dalam perang duel, benar-benar menjambak Shea dan hampir menusuk Shea. Shea cepat berlari dan alhasil, rambut panjangnya seperempatnya terpotong. 
Bob dapat merasakan rambut Shea di tangannya, ketika Shea berbalik seakan tidak percaya apa yang sebenarnya dilihat oleh Bob. Lalu, apa yang dilihat Bob, adalah rambut sahabatnya dan ayahnya menertawai seperti rambut-rambut tidak lain sudah ia kuliti dari kulit kepala sahabat Bob. Bob semakin marah dan menyerang kembali Shea. Shea melihat rambutnya dan ia tahu, apa yang dilihat Bob adalah masa lalu Bob sendiri. 
Shea dengan sekuat tenaga berlari dari Bob dan berputar mendapatkan berada tepat di belakang punggung Bob, Shea segera menyergap punggung Bob, dan menutup matanya. Bob berusaha menurunkan Shea di atas punggungnya, namun Shea berjuang bertahan, kali ini Shea memukul-mukul wajah Bob hingga Bob agak nyeri dan Shea punya waktu untuk memegang tangan Bob yang memegang batu runcing itu dan membuatnya menjatuhkannya. Lalu, Shea kembali bertahan menutup mata Bob. Bob yang kerepotan akhirnya, terjatuh ke tanah. Ia mulai merasakan beban di atasnya bergeser ke sebelahnya, ia membuka matanya dan, sesaat ia melihat Shea yang terengah-engah memandangnya namun Shea kembali menutupkan mata Bob. Bob dapat merasakan tangan Shea gemetaran, dan Bob menyadari, apa yang ada di hadapannya bukanlah yang kenyataan yang ia lihat. 
Bob segera berkata, “Ini aku, Shea. Ini aku.” Katanya membuat Shea berhenti menepuk-nepukkan tangannya ke wajah Bob. Ketika Bob ingin membuka mata lagi, Shea malah kembali menutupkannya, dan Bob tahu, Shea memintanya untuk terus menutup mata. Dan, Bob berkata, “Aku akan menutup mataku, baiklah.” Dan, perlahan, Bob memegang tangan Shea yang gemetaran, kedua tertidur di tanah saling berhadapan dengan Bob tetap menutup matanya. Shea hanya memandang Bob, yang terlihat kabur, namun karena begitu dekat, ia tahu Bob ada di sana. Tangan Shea salah satunya memegang wajah Bob, dan menghapus air mata Bob. Ia tidak mengerti apa yang dilihat Bob, namun Shea akan melakukan apapun untuk Bob tidak lagi melihat hal mengerikan itu. Shea kemudian menutup mata, dan ia berharap pertandingan ini cepat selesai. Shea memanggil seseorang yang selalu berada di dalam pikirannya. 
Shea merasakan keberadaan orang itu. Dalam pikirannya membalas suara seseorang itu, “Apakah permainan ini adil?” Shea kemudian mendengarkan seseorang itu berbicara. Sesaat, Shea melihat dari jauh yang lain, memperhatikan dirinya dengan seseorang dalam pikirannya. Seseorang dalam pikirannya tiba-tiba berjalan ke arah yang jauh itu. Shea berteriak, “Tunggu! Tunggu! Apa kau akan meninggalkanku?” Lalu seseorang itu berhenti berjalan. Ia mengatakan sesuatu. Shea pun menangis, lalu seseorang itu berbicara lagi, “Aku tidak akan menyerah untuk Bob. Kau tahu itu.” Seseorang itu pun kembali berjalan, Shea melihat dari kejauhan, seseorang itu seperti dipanggil, Shea berlari dan memeluk nya dari belakang, “Aku akan menemukanmu. Ingatlah akan diriku. Ingatlah.” Seseorang itu berbalik dan mencium keningnya, dia mengatakan sesuatu yang membuat Shea menjawab, “Pergilah, ia menunggumu.” Seseorang itu tersenyum. Namun, saat seseorang itu melepaskan tangan Shea, dari kejauhan ada kobaran api yang besar, seperti luapan bom api yang meledak dan mendatangi ke arah Shea. Bukannya seseorang itu pergi, ia tidak jadi melepaskan tangan Shea, dan Shea sesaat melihat luapan api itu datang ke arahnya, seseorang itu segera memeluk dirinya, melindungi Shea dari luapan api itu. Hal itu, mengagetkan Shea, seakan Shea akan mati, dan itu membuka matanya. Tepat, pertandingan menemukan pasangan yang gugur.
Tak disangka, pertandingan ini akan membuat setiap pasangan berkelahi satu sama lain dengan apa yang dilihatnya. Bagi pasangan yang salah satunya gugur akibat kawan pasangannya, maka merekalah yang gugur. Dengan mudah, pasangan Vase dan Bass gugur. Orang yang terkena pion Phil adalah Bass dan antara Vase yang tidak berusaha menyadarkan Bass sehingga Bass langsung terjatuh atau malah sebaliknya, Bass dengan cepat menghabiskan temannya sendiri. Keduanya tangguh, namun keduanya tidak ada rasa saling kepercayaan. 
Lalu, suara terompet berbunyi. Phil mengakhiri kekuatan ilusi nya dan mencoba melihat lapangan, ia menatap ke arah Shea dari tribun. Dan, ia menangis. Phil disentuh oleh seseorang dari belakang, dan Gliss disana. Gliss bilang, “Aku juga mendengarnya, Phil. Ia memanggilmu.” Namun, Phil segera menolak, “Tidak, tidak. Ia sudah tidak ada lagi. Apa yang kau dengar hanyalah ilusi. Kita sedang berada di Muse Hall. Ingat?” Semua peserta kembali berdiri, dan Bob berdiri muram di samping Shea. Ia merasakan dirinya tak berdaya, ia merasakan apa yang baru saja terjadi adalah dirinya sendiri adalah bagian yang sama saja dengan semua peserta lain, senjata yang mampu membunuh Shea. 
Shea sendiri masih teringat rasa dipeluk oleh seseorang itu dan luapan api yang menyelimuti dirinya tadi, ia memikirkan apakah seseorang itu baik-baik saja. Lalu suara Phil terdengar lagi, “Bagaimana? Apakah kalian menyukai pertandingan tadi? Menjadi seorang Warrior, tidak sekedar menang dan memiliki Anchient Enchant Gifts. Menjadi seorang Warriors, kau menyatukan jiwamu dengan jiwa orang di sebelahmu, entah itu temanmu atau bahkan seorang yang kau baru kenal semenjak pertandingan ini dimulai. Namun, kalian tidak akan bisa berbalik. Selamanya. Apakah benar orang di sebelahmu dapat kau percayai akan nyawamu sendiri? Jika kalian perlu tahu, ketika orang di sebelah mu mati, kau pun akan kehilangan belahan jiwa, dan jangan bilang aku tidak mengingatkanmu.”
Bob semakin berberat hati. Darimana pun, Shea adalah seoarang Burns. Dan Bob memiliki sejarah dengan Burns, sahabatnya dan ayahnya. Bob mungkin menyayangi mereka namun Bob tidak akan pernah tahu ketika jiwanya bersatu dengan Burns apakah ia juga akan menjadi Burns atau tidak. Namun, Bob begitu menyayangi Shea, layaknya sahabatnya. Ia malah takut, dirinya sendiri yang akan membunuh Shea. 
Lalu terdengar suara yang berbeda. Kali ini giliran Dolora dan Wandina. Dolora, seorang yang agak gendut namun berdada besar, tembam, namun rambutnya berwarna biru, membuat dirinya begitu muda. Dolora berumur tepat 30 tahun. Hal terbaik dari pasangan ini ialah mereka pencinta lantai dansa, karena itu mereka memiliki binding kaki. Dolora dan Wandina, sahabatnya, berumur sama. Wandina kurus namun pendek. Rambutnya ia lilitkan seperti gulungan wol belum terpakai, rambutnya begitu panjang, berarti. Dolora mengatakan, “Jangan pedulikan omongan tadi. Aku dan Wandina, kami bertemu ketika pertandingan. Kalian bisa sampai saat ini bersama, bukankah berarti kalian ada kesamaan? Aku dan Wandina, kami menyukai dansa. Dan, beberapa tahun terakhir, kami mulai berpikir, para Warriors meski lahir untuk menjadi seorang petarung, mereka pasti memiliki sisi romantis. Bukankah begitu, Wandina?” Wandina membalas, “Dansa memberikan kita suatu harapan. Harapan akan kebahagiaan The Whaledome, karena keberadaan kita, senyum kita untuk rakyat The Whaledome. Kita bukanlah petarung bertangan besi, kita petarung dengan hati penuh bijaksana. Langkahkan kalian dan mulailah berdansa.”
Sesaat semua terdiam dan bunker itu menjadi sunyi. Para peserta saling berpandangan. Mereka tidak tahu apa yang mereka harus lakukan. Menarikah? 
Ben dan Gwen tepat berada di samping tempat Bob dan Shea. Mereka berdua juga berpasangan. Mereka sepasang kekasih muda.Tepatnya, Ben yang bersebelahan dengan Shea. Shea memandang ke arah Ben dan Ben membalas pandangan itu dengan senyum. Shea tentunya tidak dapat melihat senyum itu, karena mereka berada jarak jauh. 
Namun, Gwen disebelahnya bertanya, “Apa yang kau lihat, Ben?” 
dan Ben berbalik dan tersenyum kepada Gwen, “Seorang kawan Hutan The Whaledome.” 
Gwen bertanya, “Bukankah itu Shea, yang tidak bisa berbicara?” 
Ben membalas, “Aku hanya ingin kita menang, hingga pada waktunya.” 
Gwen ikut tersenyum, “As you wish, always.” 
Ben kemudian mengambil tangan Gwen, dan mulai berdansa. Ia mengatakan, “Itu yang kusuka darimu, Gwen. Kau penuh kepercayaan padaku. Padahal kau tidak tahu siapa aku.” 
Gwen tersenyum dan mengikuti Ben bergerak. Gwen membalas, “Kau tahu kisah kapal bajak laut? Aku selalu memikirkan bagaimana hebatnya sebuah kapal bajak laut selalu mampu memenangkan pertarungan dengan kapal milik raja-ratu, lalu merampas seluruh harta yang ada di dalam kapal itu. Dan, hanya karena awak-awak kapal bajak laut itu percaya akan kepemimpinan Kapten kapalnya.”
 Ben membalas, “Aku tahu kisah itu. Hal yang paling membuatku penasaran adalah laut. Banyak yang bilang laut itu seperti seorang wanita bagi sang kapten kapal.” 
Gwen membalas, “Hingga saat ini, aku tidak pernah menemukan seorang peserta Warriors yang datang dan mengikuti pertandingan namun tidak sekalipun mengerti apa itu Warriors, Anchient Enchant Gifts, atau bahkan kekuatan mereka. Tapi, kau begitu bekerja keras memenangkan setiap pertandingan.” 
Ben menjawab, “Lalu, apa alasanmu mengikuti pertandingan ini, Gwen?” Gwen bilang, “Memenangkan sesuatu.” Gwen tertawa kecil, karena ia merasa begitu bodoh berdansa, tanpa musik, dan berbincang mesra dengan Ben. 
Ben pun membalas, “Kau sudah memenangkan hatiku, Gwen.” Mereka tetap berdansa dan begitu senang.
Shea melihat lelaki dan perempuan di sebelahnya menari. Shea seperti terkaget tak percaya. Shea pun memegang tangan Bob. Bob yang muram, ia seperti melepaskan tangan Shea. Shea mengira Bob tidak mengerti. Shea kembali memegang tangan Bob, namun Bob malah melepaskan dengan kasar, “Aku tidak mau menari. Itu sangat memalukan.” Shea menjadi kesal dan memaksa tetap. Bob dan Shea menjadi pegangan tangan dengan saling tarik menarik. 
Dari jauh, Pin dan Bill memberi ucapan, “Dansa yang aneh.” 
Bob berteriak dan mendorong jauh Shea, “Tidakkah kau lihat tanganmu sendiri, Shea? Aku baru saja menebas tanganmu. Dan kau masih mau berdansa denganku?” Shea mendengar itu, ia pun terdiam. Shea memandang wajah Bob yang terlihat tertunduk. Seakan ia tidak mau melihat wajah nya. Shea melihat di sekelilingnya, semua terlihat berdansa dan hanya mereka yang tidak berdansa. Lalu, Shea dengan marah mengambil batu runcing di tanah, Bob terkaget, lalu Shea segera menebas tangan nya. Bob kesakitan, “Apa yang kau lakukan?” Lalu Shea segera melempar jauh batu itu. Ia kemudian menunjukkan tangannya yang tertebas. Bob yang kesakitan, sesaat melihat, apa yang Shea lihat. Ia seakan telah kehilangan harapan ketika Shea terus berjuang untuknya. 
Dari semua peserta, Sour dan Yale adalah yang pernah bertanding sebelumnya, tepat setahun kemarin, dan masuk juga ke dalam Muse Hall. Mereka telah mencapai umur 21 tahun, dan mereka tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Mereka memenangkan tiap pertandingan dengan mudah, karena mereka pernah memenangkannya sebelumnya. Termasuk, bagian dansa ini. Sour dan Yale adalah kawan karib yang dikatakan sama-sama memiliki ketangkasan dan kepintaran yang sangat tinggi. Mereka sangat tahu pertandingan ini bukan hanya sekedar dansa. Muse Hall sebenarnya yang harus dikhawatirkan. Para Warriors yang memiliki kekuatan, mampu mengendalikan batu-batu itu. Dan, berdansa di antara batu-batu besar tidaklah mudah.
Semua orang terkaget dengan tiba-tiba gerakan batu-batu keluar dari dinding bunker. Mereka tiba-tiba menyebar dan mengelilingi masing-masing dari mereka yang menari. Lalu, batu-batu itu saling berbenturan. Batu-batu itu berbenturan dan beritme, memberikan musik. Namun, musik hanya dapat didengar oleh masing-masing pasangan, karena mereka berada di dalam keliling batu-batu itu. Dan, mereka terjebak. Yang lebih dahulu keluar dari jebakan bebatuan itu, mereka menang.
Tapi, yang tahu itu hanya Sour dan Yale, dan dengan mudah, mereka keluar dari bebatuan itu. Mereka keluar dan sampai pada salah satu gua pada dinding-dinding bebatuan. Ben dan Gwen, juga terkejut dengan bebatuan disekeliling mereka berdua dan mengeluarkan ritme lagu. 
Ben mengatakan, “Kita tidak boleh jatuh, Gwen. Itu akan sangat memalukan,” bebatuan yang mereka pijak dan mereka terus loncati membawa mereka naik dan naik, “Kemana kita harus berjalan?” 
Gwen yang melihat dengan jelas Sour dan Yale mampu keluar dari bebatuan yang mengelilingi mereka dan mereka loncat ke arah dinding bebatuan di luar sana, “Ada. Aku melihatnya.” 
Ben dan Gwen saling berputar sambil meloncati bebatuan dan Ben tahu apa yang dimaksud oleh Gwen. Keduanya dari pertama hanya loncat mengikuti bebatuan yang ada di dekat mereka, kali ini mereka mengubah arah loncatan mereka. Mereka loncat turun melawan arus bebatuan itu terbang. Dari mereka yang menari di tengah hingga mereka mulai menepi mendekati dinding bebatuan, mereka saling melindungi satu sama lain dan dengan cepat menghindari segala bebatuan yang terbang yang mencoba menjebak mereka. Hingga, keduanya telah berada di depan salah satu lubang gua besar, dimana mereka segera meloncat keluar dari bebatuan yang terbang dan berakhir di gua itu. Mereka berdua juga berhasil keluar dan menang menuju level berikutnya. 
Peserta yang tertinggal adalah Bob dan Shea, Joan dan Moore, dan Sweet dan Line. Bob dan Shea masih bersih keras berada di bawah lapangan dan tidak ada bebatuan di sekitar mereka yang terbang membawa mereka ke atas. Dolora melihat kedua pasangan lain telah mulai melakukan hal yang sama dan mungkin dapat dengan mudah menang. “Apakah kita membuat pertandingan ini menjadi sangat mudah, Wandina?” 
Wandina membalas, “Muse Hall tidak pernah memberikan pertandingan yang mudah. Kau lihat pasangan yang masih di bawah itu, mereka sedang menari, kau tahu, tarian yang mampu menarik Muse Hall memberi kekuatan lebih.” 
Dolora teringat, “Apakah mereka tahu kalau mereka sedang melakukan tarian itu?” Wandina membalas, “Aku tidak yakin. Antara mereka akan terpelanting tinggi atau mereka akan menghantam kedua pasangan lain yang sedang menari dengan bebatuan tenang itu.” 
Bill dan Pin mendengar hal itu dan mendekati Patch dan Adam, menanyakan apa yang dimaksud. Patch menjawab, “Dolora dan Wandina sudah begitu lama di Muse Hall ini. Mereka membuat kode-kode, kau tahu?” 
Adam menambahkan, “Tarian aneh itu, tarian salah satu kode mereka.” 
Pin bertanya, “Kode untuk apa?” 
Patch dan Adam hanya saling berpandangan. Sebelum mereka menjawab, King dan Queen mulai tertawa. Tawa mereka mengusik suasana, Queen membalas, “Kode mematikan?” 
King mengikuti, “Oh! Mereka mulai!”
Bob dan Shea saling tarik menarik dalam tariannya. Bob kesal dengan Shea memaksakan. Bob ingin sekali menjelaskan bahwa memang dirinya ingin kalah. Shea tetap memaksanya menari. Keduanya berdiri dengan kedua tangan saling tarik menarik. Bob pun menjawab, “Aku tidak akan menari dan batu-batu ini tidak akan membawa kita terbang.” Shea mulai kesal dengan apa yang ia dengar. Shea pun menghentikan diri. Bob hanya berdiri tegak di depannya. Kedua tangan mereka yang memiliki luka meneteskan darah, karena mereka terlalu banyak saling tarik menarik dengan tangan mereka. Bob melihat rambut Shea yang baru saja ia potong. “Kita berhenti disini saja.” 
Shea menggelengkan kepala. Lalu, Shea mengepalkan tangan kanannya di depan muka Bob dan menggangkat jari telunjuknya, “Sekali lagi?” Shea mengangguk. “Kau ingin sekali ini menang? Kau akan menyerah untuk empat pertandingan lainnya?” Shea mengangguk. Shea menunjukkan arah di sekitarnya, bahwa dari semua ujian yang mereka telah jalani, pertandingan ini paling mudah dan ia tidak mengalami penyakit Burns. Shea lalu memegang kedua tangan Bob. 
Bob mengerti, jika memang itu keinginan Shea. Ia memandang ke atas dan melihat kedua pasangan lain sudah berada di teratas. Kali ini, Bob dengan mudah menaruh salah satu tangannya pada pinggang Shea. Dan satu tangan lagi memegang tangan Shea. Salah satu tangan Shea diletakkan pada pundak Bob. “Lalu apa yang harus kita lakukan?” Bob memandang wajah Shea. Shea sebenarnya cukup gugup. “Apakah ini pertama kalinya kau berdansa?” Shea mengangguk. “Bodoh.” Bob pun memimpin gerakan. Mereka mulai melangkah ke kanan, lalu mundur ke arah Bob, dan maju ke arah Shea. Dengan mudah, bebatuan di sekitar mereka mulai terangkat. Mereka mulai naik. Shea melihat dan mulai tersenyum, “Fokus. Atau kita akan terjatuh.” Shea pun kembali memandang wajahnya pada Bob. Mungkin terlihat rabun, namun Shea dapat merasakan nafas Bob yang berada di depannya. “Tenang saja, aku akan menjagamu.” Lalu, bebatuan lain mulai berusaha menutup langkah mereka, dengan mudah Bob menarik Shea untuk loncat keluar dari kumpulan bebatuan tersebut, dan mereka mulai terus mencari bebatuan lain ke atas. “Aku rasa, kita terlalu jauh, Shea. Lihat. Kedua pasangan itu sudah mendekati dua gua yang tersisa di atas sana.” Shea hanya mendengar, ia tahu Bob ingin dirinya kalah. Bahkan pasangannya sendiri ingin dirinya kalah. 
Shea pun memeluk Bob. Hal ini menghentikan mereka untuk menari. Lalu, batubatu disekitar mereka mulai runtuh jatuh. Bob kaget, “Apa yang kau lakukan, Shea?” Shea menaruh kepalanya bersandar pada pundak Bob, “Kita tidak boleh berhenti.” Lalu, batu yang mereka pijaki, cukup besar, layaknya lift, jatuh ke bawah. Keduanya terlepas dari pijakan batu itu, dan mereka pun saling berpelukan, di tengah udara, meluncur jatuh ke bawah. Semua yang melihat itu terkejut. 
“Apa mereka ingin bunuh diri?” Teriak Phil, “Patrol! Tangkap mereka di bawah!” Para Patrol bagaimana pun juga tidak bisa masuk dalam lingkaran pertandingan. Muse Hall akan menolak mereka semua. Bebatuan di bawah sana terlempar ke arah mereka, “Dolora! Wandina!” Teriak Phil. Dolora dan Wandina hanya tidak bergeming. Phil tidak mengerti, lalu Phil segera mengirimkan pandangan ke dalam pikiran keduanya. 
Snow dan Fire tahu kalau ada binding Mata yang menggunakan kekuatannya.
Keduanya saling berpandangan dan bukan diantara keduanya. Keduanya segera berteriak,
“Phil berusaha menolong mereka!” 
Gliss yang berada didekat Phil segera menarik Phil untuk menghentikan pandangannya mengarah kearah kedua pasangan itu, namun terlambat, Phil sudah masuk ke dalam pikiran, “Snow! Fire!” 
Snow dan Fire segera memasuki pikiran Phil, seakan-akan, mereka mampu membawa Phil kembali. Dan, benar, Phil segera kembali, karena dalam pikirannya, Fire membakar salju-salju Snow dan menghasilkan luapan air yang besar menerpa Phil yang sedang melakukan sesuatu. Phil tenggelam dan ia pun terbangun. 
King dan Queen yang melihat itu segera menanyakan, “Apakah pertandingan masih sah?” Tanya mereka. Alex dan Sharon berada di antara mereka, memandang ke arah Dolora dan Wandina, mereka tetap tidak bergeming, keduanya sebentar lagi akan menubruk. Seluruh Warriors hanya memandang.
Dari salah satu gua, Gwen berteriak, “SHEA!” Gwen tidak berani melihat ia segera memeluk Ben. Bob dan Shea jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi sejak batu-batu itu membawa mereka naik, saat mereka terbentur, keduanya akan mati dan bahkan tulangtulang mereka dapat remuk. Lalu, terdengar suara siulan. Seakan-akan siulan itu begitu panjang. “Kodenya, terpecahkan.” Ucap Wandina. Yang terjadi, Bob dan Shea melayang di udara Muse Hall. Bob sendiri yang menutup matanya, siap untuk mati, membuka mata, Shea menutup mata dan bersiul. Siulan itu seperti menggema di seluruh Muse Hall lalu seluruh batu lain runtuh. Kedua pasangan lain tidak sampai pada gua, mereka semua terjatuh. Hanya Bob dan Shea yang saling berpelukan, melayang di udara. Kedua pasangan lain saling ketakutan dan berusaha meloncati semua batu di dekat mereka agar tidak terjatuh. 
“Siulan ini, tidak mungkin.” Ucap Humm, didekat Gliss. 
Alex menanyakan, “Apa yang terjadi? Bagaimana mungkin seluruh batu dapat runtuh?” 
Humm mendatangi Phil, “Apakah kau memberitahukannya?” 
Phil menangis, “Aku tidak melakukan apapun.” Ia sendiri mendekati pinggir podium, memandang Shea yang bersiul dan melayang bersama Bob.
Snow menerangkan, “Phil berusaha memasuki pikiran mereka namun Muse Hall sendiri telah menawan kekuatannya melewati kekuatan Dolora dan Wandina.” 
Fire menambah, “Karena Phil lebih kuat dari kami, kami pun menenggelamkannya dengan ilusi terpaan air.” 
Dolora memegang tangan Wandina, “Sudah lama kita tidak mendengar siulan ini, bukan?” 
Wandina tersenyum, “Ia tidak pernah meninggalkan kita.” 
Olds dan Joe menanyakan apa yang dimaksud, lalu Keys dan Fish hanya membalas, “Siulan yang selama ini kami terus cari.” 
Moon dan Luna ikut membalas, “Harapan yang selama ini hilang.” 
Patch dan Adam ikut menjawab, “Kode yang lama tak kembali.” Joe, duduk disebelah Sharon, Sharon hanya memandang tak bergeming dengan apa yang terjadi di antara Warriors. 
Bob berkata, “Kita melayang, Shea. Apa yang kau lakukan. Seluruh bebatuan runtuh tanpa mengenai kita.” Shea lalu membuka matanya. Kali ini, hal itu terjadi lagi, Shea memandang Bob namun seakan Shea tidak melihat dirinya. Shea melepaskan pelukannya dan masing-masing dari mereka melayang. 
Sour dan Yale dari tempat mereka melihat itu dan segera takjub seakan mereka tidak pernah melihat itu sebelumnya. Sweet dan Line berhenti loncat, keduanya berhenti pada satu batu besar yang jatuh dan berharap mereka masih dapat hidup di bawah sana. Shea kemudian memandang batu dimana Sweet dan Line melewati mereka, Shea kembali mengalirkan siulan dengan nada berbeda. Batu itu berhenti. Batu itu perlahan-lahan turun dan sampai ke bawah. Sweet dan Line saling berpelukan seakan hidup mereka terselamatkan. 
“Moore!” Ternyata, Joan dan Moore juga hampir sampai pada depan goa namun
Moore tidak sempat loncat dan ia terjatuh. Joan berteriak dari gua teratas. Moore terjatuh dengan cepat dan melewati dimana Bob dan Shea melayang. Dengan mudah, Bob, menentang hukum gravitasi, seakan saat melewati Bob, Moore jatuh dengan lambat, Bob segera menangkapnya. Bob memegang erat tangan Moore, karena Bob dapat berdiri di tengah udara sedangkan Moore tetap berada pada gravitas jatuh. 
Bob hanya memandangi Shea. Lalu, Shea memandang Bob untuk memegang tangannya. Bob mengikuti. Shea mendekati Bob, dengan pandangan yang seakan itu bukan Shea. Shea segera melepaskan tangan Moore yang memegang tangan Bob di salah satu tangannya. Moore segera berteriak, Moore terjatuh kembali ke bawah. Namun, Moore sama seperti yang lain, ia jatuh perlahan hingga sampai di dasar. Bob dan Shea saling menggengam kedua tangan mereka dan Shea mulai berputar di tengah udara. Mereka kembali menari namun dengan berputar. Bob mengikuti lalu keduanya kembali terbang ke atas. Semua orang memperhatikan. Kedua kaki mereka seperti berpijak namun mereka melayang. Mereka terus berputar dan entah kenapa putaran mereka berhenti, karena kaki mereka telah sampai pada gua kosong dan menapak. 
Shea berhenti bersiul, sesekali ia menutup matanya, ia tersenyum. Ia membuka mata dan ia memandang Bob. Ia menghela nafas karena ia melihat telah berhasil memenangkan pertandingan yang satu ini. Shea memandang Bob dan berharap Bob juga senang. Namun yang ia dapat, Bob melepas kedua tangan Shea dan menunjukkan rengutan muka, “Siapa yang menolongmu, Shea?”
Dolora dan Wandina pun mengumumkan, “Seharusnya ada empat pasangan yang berhasil lolos. Namun, kami akan menggugurkan pihak Joan dan Moore karena pasangannya satu terjatuh. Dengan demikian, tiga pasangan yang berhasil lolos ke pertandingan berikutnya.” 
Lalu, tiba-tiba Bob berteriak, “Kami mengundurkan diri!” Semua mendengar. Sharon saat itu berdiri dari tempat duduknya dan mendatangi Dolora dan Wandina, membisikkan sesuatu. Bebatuan yang jatuh kembali terbang dan menjemput para pemenang. Semua menaiki bebatuan yang menjemput mereka, termasuk Joan. Semuanya mendekati di tempat Warriors berada. 
“Dalam pertandingan Muse Hall tidak ada yang dapat mengundurkan diri,” ucap Sharon, “Seperti yang diputuskan Dolora dan Wandina, Joan, kau gugur bersama pasangan mu.” Joan dengan bebatuannya turun perlahan ke dasar. Para Patrol menjemput mereka yang gagal dan keluar dari Muse Hall. “Selamat kepada Sour dan
Yale, Ben dan Gwen, dan Bob dan Shea. Tiga pemenang. Empat pertandingan.” 
Bob segera menyela, “Kami memilih mengundurkan diri.” 
Lalu, sesaat, Phil mendatangi ke depan Bob dan Shea, “Apa kau ingin mundur?” Phil tidak memandang ke arah Bob, ia bertanya pada Shea. Shea terkejut. “Apa kau ingin mundur?” Shea pada akhirnya berhadapan dengan Phil, orang yang selama ini memutuskan untuk dirinya tidak dimasukkan kedalam Detown, orang yang selama ini
Shea harap dapat bertemu dan berbincang. Shea pun menggelenngkan kepalanya. Phil lalu memandang Bob, “Keempat orang ini tentu akan bersedia menggantikan posisimu berpasangan dengan nya.” 
Bob pun segera kesal lalu berteriak, “Shea adalah seorang Burns. Pertandingan ini semua adalah hanya berusaha membunuhnya.”
Semua tertegun. Tidak ada yang tidak mengetahui Bob, ia tumbuh dengan memiliki kemampuan membedakan seseorang berpenyakit Burns dan memang mampu merahasiakannya. 
Phil segera membalas, “Proof it.” Shea memandang Bob yang memberitahukan rahasianya. Shea seperti keringat dingin. Ia tahu, ia akan berakhir di Detown. Shea tidak habis pikir kalau Bob akan mengkhianatinya. 
Bob segera mengerti, ia segera melihat raut wajah Shea mengerut dan Bob segera mendorong Shea, keluar dari pijakan batu itu. Shea merasa terancam dan seketika, dengan mudah Shea seperti memiliki kekuatan untuk membalas dorongan Bob, dan Bob yang malah terjatuh dari pijakan batu dan turun ke bawah. Orang yang bukan berpenyakit Burns akan menolong Bob, namun tangan Shea hanya melepaskan. Penyakit Burns Shea yang melakukannya. 
Semua berteriak. Lalu, terdengar suara hentakan. Kali ini, Bob benar-benar jatuh. Namun, Dolora dan Wandina membawanya kepada hentakan ringan. Bob hanya pingsan. Semua orang memandang Shea. “Maaf, Shea. Kau dieliminasi dan segera dibawa ke Detown,” ucap Sharon. 
Pin dan Bill segera menentang, “Kami telah mengetes dan ia terbebas dari penyakit Burns.” Sharon hanya memandang keduanya balik dan mereka tidak berkutip. 
“Kami rasa itu bukan suatu hal yang adil. Seseorang yang akan mendorong kami pun, kami akan perlakukan sama. Itu bukan salah satu pengujian ia memang seorang penyakit Burns.” Tiba-tiba Gwen balik berbicara. Ben memberikan isyarat untuk Gwen jangan ikut campur, namun Gwen kembali berbicara, “Bukankah masih ada binding Warriors dahi? Uji lagi Shea.” 
Sharon membalas, “Lalu kalau sudah diuji? Ia tetaplah gugur, pasangannya mengundurkan diri.” 
“Saya akan menggantikan diri saya berpasangan dengan Shea. Sejak awal, pasangan saya Ben tidak ingin menjadi Warriors. Saya akan menggantikan Bob.” 
Ben memandang Gwen, wajahnya berkerut seakan Gwen tidak mengerti apa yang baru saja ia katakan. Gwen juga memandang Ben memberikan suatu sinyal. Ben pun akhirnya menjawab ke hadapan Warriors. “Itu benar. Saya juga bersedia mengundurkan diri jika memang Shea berhasil masuk ke dalam pertandingan berikutnya.” Ucap Ben.
“Jelly dan Rum.” Sharon memanggil. Jelly dan Rum mendekati,  “Siapkan Muse Hall.” Jelly dan Rum segera menggantikan tempat Dolora dan Wandina. Jelly mulai melakukan sesuatu pada Muse Hall, bebatuan mulai mengeluarkan cahaya, seperti berlian, saling berkilauan. Rum membuat bebatuan itu melayang dan membentuk suatu dataran besar di tengah udara. Batu Shea berpijak bergerak dan mengarah ke dataran batu berkilau itu. Shea tahu, semua tahu, bebatuan itu membentuk seperti scanning seseorang adalah Berpenyakit Burns atau tidak. Jelly dan Rum saling berpandangan, tepat saat Shea mulai berpijak di dataran berkilau tersebut. Shea mulai menangis, karena ia merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan pada Bob. Shea tidak berhenti berjalan di tengah. Ia pun memutuskan untuk terus melangkah dan sampai di ujung batu, ia loncat dari dataran itu. Shea ingin menyusul Bob.
“SHEA!” Teriak Gwen, kembali. 
Entah kenapa, hal itu terjadi lagi. Dolora dan Wandina tidak melakukan apapun dan mereka takjub. Shea tidak bersiul, namun ia melayang. Kali ini, ia tidak melakukan apapun, Shea berharap ia dapat jatuh, namun ia tetap melayang. “Muse Hall menyelamatkannya,” ucap Rum. Rum memandang Jelly, “Bukankah ini sudah jelas jawabannya?”  
Jelly mengerti. “Apapun yang dipilih Bob biarlah ia memilih demikian. Anak itu bukan berpenyakit Burns. Ia hanya tidak bisa berbicara.” Ucap Jelly. Jelly memandang ke arah Phil, “Kau bahkan sudah tahu jawabannya. Terimalah kebenarannya.”
“Apa maksudmu, Jelly?” Tanya King. “Bagaimana mungkin ia diselamatkan oleh Muse Hall? Muse Hall tidak akan pernah menyelamatkan siapapun yang belum pernah sekalipun masuk ke dalamnya atau mereka yang bukan Warriors.”
“Shea adalah seorang Warrior.” Ucap Phil keras. “Ia memiliki kekuatan adikku, Air. Siulan itu adalah siulan Air sejak ia pertama kali menjadi seorang Warriors. Dolora dan Wandina yang memintanya untuk bersiul, kode kelembutan. Tidakkah kalian menyadari, inilah yang kutakutkan. Bagian dalam Air ada pada Shea.”
“Bukankah ini menjadi tidak adil?” Terdengar suara dari salah satu peserta, Sour, “Jika memang Shea adalah seorang Warrior, bukankah sebaiknya dia dieleminasi?” 
Yale menambahkan, “Biarkan kami memenangan pertandingan ini dengan benar. Kami berusaha, ini ketiga kalinya kami.” 
Ben dan Gwen hanya saling berpandangan, mereka menganggap ini suatu yang tidak pernah bayangkan. Gwen menanyakan, “Apa kebijakan Warriors? Kami menerima semuanya.”
“Sesuai dengan perjanjian. Jelly dan Rum telah menyatakan Shea lolos ke pertandingan sebelumnya. Siulan yang ia dapatkan dan perkenanan Muse Hall tidak menjadikan dia seorang Warrior, bahkan jika memang benar Air telah memberikan kekuatannya kepada Shea, ia bukan seorang Warrior. Dan kalian, kau tahu mengapa dibuat pertandingan-pertandingan ini? Seorang Warrior adalah satu-satunya pekerjaan dalam The Whaledome yang memiliki kekuatan diluar manusia biasa dan mereka diperbolehkan untuk berkelahi layaknya The Patrols. Sebelum ia diberikan suatu kekuatan, kami dan Old Voyages harus mengetahui bahwa seorang manusia normal tersebut memang layak mendapatkannya. Kami tidak akan segan memberikan pertandingan seberat mungkin untuk menghasilkan yang terbaik.”
Alex segera melanjutkan, “Pertandingan berikutnya, Rock dan Rain?” Lalu muncullah, pasangan suami isteri. Keduanya sangat tampan dan cantik, meski sudah berumur mendekati 30 tahun, keduanya terlihat sangat bugar dan muda. 
Rain mulai menjawab, “Apa yang kulihat tadi tidak pernah terjadi dalam hidupku sebelumnya. Dan, bukankah seorang Warriors adalah saling berpasang-pasangan?” 
Rock membalas, “Bukankah mereka ingin memperebutkan kursi untuk dapat berpasangan dengan anak perempuan ini?” Rain dan Rock menggantikan posisi Jelly dan Rum. Keduanya memandang Muse Hall, lalu tiba-tiba Sour dan Yale ditarik oleh bebatuan, mereka masuk, berpisah ke masing-masing gua di bebatuan dan ditutup. 
“Apa yang kalian lakukan?” Tanya Chow. Chow dan Tien mengetahui bukan itu rancangan pertandingan seharusnya dari binding tangan berikutnya. “Bukankah seharusnya seluruh peserta bertanding di dalam labirin bebatuan seperti yang direncanakan?” 
Rain membalas, “Tentu saja. Tien?” Tien seperti telah mengetahui apa yang dimaksud. Tien memanggil Patrol Mouse di dekat mereka, “Bawa kembali anak itu.” Patrol Mouse mengerti. 
Lalu Rock menjelaskan, “Peserta Ben, Gwen, dan Bob. Sesuai dengan perjanjian, Shea akan melanjutkan pertandingan. Namun, kami ingin pasangan nya yang juga layak menjadi seorang Warrior. Setidaknya, yang memang berkeinginan menjadi Warrior. Ketiga dari kalian akan dimasukkan dalam labirin bebatuan Muse Hall. Siapa yang mampu menyelesaikan labirin ini tercepat, ia dapat lanjut dan berpasangan dengan Shea.” “Saya tidak ingin berpasangan dengan Shea.” Jawab Ben. Semua memperhatikan. 
Rain menjawab, “Itu bukan keputusan mu. Seharusnya kamu mundur sejak awal. Muse Hall hanya mengikuti perintah Warriors. Apa yang telah diperintahkan tidak dapat dilanggar kecuali oleh Old Voyages.” 
Ben membalas, “Yang kuperlukan adalah hanya kalah, bukan?” Gwen memegang tangan Ben seakan itu menunjukkan Ben untuk berhenti berbicara. 
Rock membalas, “Kau tidak datang hingga saat ini untuk kalah dengan sia-sia, bukan?” Lalu, dari bawah, seluruh bebatuan bergemuruh, dari atas, bebatuan mulai berjatuhan, dengan kencang hingga membentuk suatu dinding-dinding labirin. “Mari pertandingan dimulai.” 
Tiba-tiba pijakan Gwen dan Ben terlepas, hal terakhir yang dapat dilakukan Gwen adalah memegang erat tangan Ben hingga akhirnya berpisah. Keduanya jatuh ke dalam labirin di bawah sana. Shea yang melayang di tengah Muse Hall pun demikian, ia jatuh bebas ke bawah sana. Pin dan Bill bertanya, “Apakah Shea juga bertanding di dalamnya?”
Rock dan Rain membalas, “Tentu saja. Siapakah yang Shea akan pilih?”



















Chapter VI
The Choice

Bob terbangun dari ketidaksadaran nya dan ia terbangun di antara dinding-dinding bebatuan Muse Hall. Yang ia ingat, memang ia terjatuh dari atas, ia tidak mengira kalau ia masih hidup. Ia berusaha memperhatikan sekitarnya dan yang ia dapatkan adalah dua arah, kemana ia harus pergi. Dinding-dinding bebatuan itu mengarah lurus ke kanan atau ke kiri. Bob mencoba memperhatikan sekeliling di atasnya. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia merasa sendirian. Lalu dari arah kiri dan kanan, dinding-dinding bebatuan mulai bergemuruh, dan bebatuan itu mulai memisahkan diri dari dinding yang ada, membentuk layaknya manusia, hanya itu batu. 
Bob telah waspada. Bebatuan itu melangkah mendatangi Bob. Mereka datang dengan  layaknya seorang petinju. Bob pun melakukan hal yang sama, ia mengepal tangannya dan mulai menghantamkan tinjuan kepada mereka. Yang tak disangka, bebatuan itu layaknya kulit telur, tiba-tiba pecah hanya dengan tinjuan sekali Bob. Bob memandang sekelilingnya terdapat serpihan batu itu menjadi debu. Bob pun dengan kemampuannya terlatih menjadi Patrol, tanpa segan ia meninju semua batu-batu itu dan semuanya dengan mudah pecah menjadi debu. Sepuluh bebatuan telah menjadi debu. 
Bob kembali sendirian. Bob mencoba menghela nafas dan membersihkan debudebu di tangannya. Lalu, tiba-tiba terdengar lagi, suara gemuruh dari dinding-dinding. Manusia-manusia batu itu mulai terbentuk, kali ini dari sepanjang jalan di kedua arah. Kira, kira ada 40 bebatuan. Bob pun mengerti kalau ia masih dalam pertandingan. 
 Bob memilih jalan ke kanan, dan ia meninju seluruh bebatuan yang ada di sepanjang jalannya. Seluruh bebatuan itu menjadi debu, namun Bob tahu, bebatuan lain mengejarnya dari belakang. Bob terus berlari dan ujung jalan itu membelokkannya ke satu jalan ke kanan. Bob terus berlari. Di depannya, batu-batu mulai bergemuruhan dan mulai terbentuk manusia-manusia bebatuan itu. Bob lebih cepat berlari dan menendang semua pembentukan itu hingga kembali menjadi debu. Bob hampir sampai pada ujung jalan dan terdapat dua arah, kembali. Kali ini, Bob tidak dapat kemana pun. Kedua arah itu telah dipenuhi oleh manusia-manusia bebatuan. Ketika ia berbalik ke jalan yang baru saja ia lalui, bebatuan telah kembali berbentuk menjadi manusia-manusia bebatuan itu. Bob mengadah tatapan nya ke atas. Dinding-dinding itu terlalu tinggi untuk diloncati. Bob tahu kalau ia masih dalam pertandingan. Namun, ia tidak tahu pertandingan ini berasal dari binding Warriors apa. 
Bob menyadari kalau ia masih dalam pertandingan, demikian pula Shea. Akhirnya, ia berteriak, “SHEA!” Seakan-akan bebatuan itu pun berhenti bergerak. Padahal Bob sudah siap untuk menghantam mereka semua. Lalu, tiba-tiba dari jalan arah kanan Bob, seluruh bebatuan itu kembali pada dinding-dinding. Bob tahu, itu jalan yang harus ia tempuh. Bob terus melangkah dan memanggil nama Shea. Seakan-akan seluruh bebatuan itu memberikan jalan kepada Bob dan membiarkannya berjalan menuju jalan yang benar. Jalan yang membawanya kepada Shea.  Bob berlari dan tiba-tiba Bob berhenti. Ia melihat ada sesosok wanita di ujung jalan sana. Bob kembali berteriak, “SHEA?” Ia berlari karena sosok orang itu pun berlari ke arahnya. Mereka bertemu di tengah, “Gwen?” Ucap Bob. 
Gwen sendiri terkejut. “Apakah kau mencari Shea? ”
Dari atas, seluruh Warriors memandang keduanya yang saling bertemu. “Inikah guna dari pertandingan mu, Rock dan Rain?” tanya Alex. Keduanya hanya tersenyum melihatnya. 
Phil yang berada di atas memperhatikan keberadaan Shea. Ia mengkhawatirkan keadaan penyakit Burns itu. Ia mengkhawatirkan perkataan Sharon bahwa Shea akan dibawa ke dalam Detown. “Jangan khawatir.” Gliss di sebelahnya mendengar suara hati Phil. Phil dapat melihat Gwen dan Bob berada di bagian labirin yang berseberangan dengan dimana Shea berada. 
Di bagian lain, Ben mendekat ke arah dimana Shea berada. Sama seperti yang dialami Bob, manusia-manusia bebatuan itu terus mengejar dan menghimpit Ben. Ben yang sudah mengenal kekuatan binding tangan, Ben berusaha juga memukul manusiamanusia itu. Ben terus melewati dan membelokkan seluruh jalan yang Ben harap itu jalan yang benar. Ben memandangi dua arah jalan yang lain dan dipenuhi manusia bebatuan itu. Ben hanya kembali memilih jalan sembarang arah. Memukul orang-orangan itu dan tiba-tiba ia sampai pada dataran bebatuan Muse Hall tanpa dinding-dinding. Ben tahu kalau ia berhasil keluar. Ia sudah melewati dan berlari sekitar 60 belokan. Ben menghitung. Ben melihat ke arah di sekelilingnya. Ben waspada jika ia harus berhadapan dengan para Binding Tangan itu sendiri. Dari kejauhan, Shea muncul. Shea sejak tadi menunggu. Dan, ia berharap itu Bob, ternyata itu Ben. Ben hanya menghela nafas.
Ben menyapa Shea, “Hai, Shea.” Shea memandangi Ben. Ben sesosok anak muda dengan rambut pirang emas. Ben terlihat sangat gagah meski ia dipenuhi oleh debu-debu. Mata Shea yang rabun hanya mampu melihat rambut Ben yang jelas terang. Ben terduduk di bebatuan, “Aku duduk, ya.” Shea mendatangi dan mulai menepuk debu-debu itu. Ben mulai terbatuk-batuk. “Kau tidak perlu melakukannya, Shea.” Ucap Ben. “Aku tidak seharusnya menemukan mu terlebih dahulu. Kau tahu itu?” Shea tidak mengerti. Ia hanya berdiri di samping Ben. “Apakah selama ini kau berdiri menunggu kami? Duduklah.” Ucap Ben. Ben menarik tangan Shea, dan Shea ternyata belum bisa mempercayai orang lain memeganginya, akibat Bob yang saat terakhir membangunkan penyakit Burns nya, ia mengira Ben ingin menyergapnya sama seperti yang dilakukan Bob. 
Shea segera berlutut, mengambil bebatuan di samping Ben lalu memukul ke arah kepala Ben. Ben yang sigap segera menggunakan kepalan tangannya memukul batu itu, lalu batu itu berubah menjadi debu. 
“Lihat. Ada yang juga berhasil memecahkan kode kita.” Ucap Rain. Semua melihat Ben tahu semua batu itu adalah debu, bahkan yang bukan manusia sekalipun. 
“Siapakah anak ini?” Tanya Fish. Pin dan Bill menjawab, “Ben adalah anak biasa dari Sector Lines Fanners. Ayahnya seorang Purifiers dan ibunya seorang Greeners.” Mereka memperhatikan Ben dan Shea saling berpandangan. Shea tersadar ia  baru saja mengambil batu dan batu itu berubah menjadi debu. Shea segera menarik diri dan tersungkur di depan Ben. Ben hanya memandang Shea, ia berwaspada karena mungkin saja Shea adalah lawannya yang sebenarnya. Keduanya tidak berkutit beberapa saat. 
“Gwen sangat memperhatikan mu, apa kau mengenalnya, Shea?” Shea tidak memiliki teman, bahkan mengenal Gwen. Ben hanya terus berbicara, “Gwen selalu memperhatikan mu di Truth Bearer Field . Ia selalu berharap kau berhasil hingga saat ini. Hanya karena Gwen lebih muda dua tahun dari mu, ia berharap dapat berpasangan dengan mu. Jika kau mau tahu, Gwen ingin mendatangimu saat pemilihan pasangan itu. Tapi, aku langsung mengajukan diri. Kau tahu kenapa? Karena aku tahu kau seorang berpenyakit Burns. Jika Gwen berpasangan dengan mu, ia akan dianggap Pembelot dan segera juga menangkap mu. Aku harus menjaganya, kau tahu itu, kan, Shea?”
Shea mengerti dan ia mulai memperbaiki cara duduknya di depan Ben. “Aku akan melakukan apapun untuk menjaga Gwen, bahkan jika itu harus berpasangan dengan mu.” Shea terkejut. “Aku selalu melihat kakek dan nenekmu bekerja bersama Ayah dan Ibuku. Kurasa, jika kita berdua menjadi pasangan Warriors, keluarga kita juga menjadi akan dekat. Aku selalu memperhatikan mu di Whaledome Nose. Aku tahu kau seorang penyakit Burns. Entah mengapa tidak ada seorang pun yang berani menangkap mu. Jika aku seorang Patrol, aku pun akan segera menangkapmu.” Shea mulai ingin berkata-kata, “Aku mengerti bahasa isyarat.” Ucap Ben. Shea pun melakukan bahasa isyarat, “Aku mempelajari tumbuhan-tumbuhan di Whaledome Nose, apotek hidup. Aku belajar mengenai penyakit Burns. Aku ingin menjadi seorang dokter.” 
Shea lalu berdiri. Ia melangkah di depan Ben. Shea memberikan bahasa isyarat.
Ben memperhatikan dan wajahnya mulai mengerut. Ia mengerti apa yang dikatakan Shea. Lalu, bahasa Shea berhenti, ia menjulurkan tangannya pada Ben. 
“Gwen yang ingin berpasangan dengan mu, bukan aku.” Ucap Ben. Shea pun menunjukkan bahasa isyarat yang lain. Tepat saat itu, Gwen dan Bob sampai, mereka sendiri tahu kalau semua bebatuan itu berubah menjadi debu saat mereka meninjunya, satu dinding bebatuan besar, mereka dobrak dan berubah menjadi debu. 
Ben dan Shea melihat kedatangan mereka berdua. Gwen dengan debu-debu bertebangan di sekitarnya, ia meneriakkan nama Ben. Gwen menunggu kabut debu mulai menipis, dan saat ia melihat dengan jelas, tepat saat itu, Ben sedang memegang tangan Shea dan berdiri. Lalu, seluruh bebatuan itu musnah runtuh. Dari atas, Rock berteriak, “Selamat pasangan pertandingan baru, Ben dan Shea.” Gwen dan Bob terkejut. 
Gwen terutama melihat Ben berpegangan dengan Shea. Gwen seakan-akan dikhianati. Bob memperhatikan Shea sendiri yang juga memandang ke arah Bob. Lalu, bebatuan besar mengangkat Ben dan Shea naik ke atas podium para Warriors dan meninggalkan Gwen dan Bob di bawah sana. Para Patrol masuk menjemput Gwen dan Bob. Untuk terakhir kalinya, Gwen memperhatikan ke atas, Ben sendiri memandang ke arah Gwen hingga Gwen dan Bob telah keluar dari Muse Hall.
Ben akan melakukan apa saja untuk Gwen. Mereka naik ke atas dan mereka berhadapan dengan Sharon. Lalu, Rock dan Rain mengeluarkan Sour dan Yale dari gua dan juga dibawah ke dekat podium. “Selamat para finalis. Mari masuk ke dalam perjamuan makan malam kami.” 
Mereka semua naik ke podium dan keempatnya berjalan melewati para Warriors. Mereka berempat berdebu dan kumuh. Yang menuntun mereka adalah Rock dan Rain serta Chow dan Tien, mereka memasuki suatu ruangan lorong panjang. Mereka berempat diminta berhenti dan membiarkan para Warriors berjalan melewati mereka. Shea mengetahui Phil melewatinya, Phil hanya sesekali memandang. Mereka berjalan menuju ujung lorong hingga menghilang. “Kalian harus berberes-beres.” Masing-masing berjalan bersama salah satu Warriors. Ben mendapatkan Chow, Sour mendapatkan Tien, Yale mendapatkan Rock, dan Shea mendapatkan Rain. Mereka berempat dipisahkan dan masuk ke dalam ruangan tertentu. Ben memandang Shea, karena ia masih harus berjalan sedangkan Shea sudah sampai pada depan ruangannya. Rain membuka ruangan itu dan Shea melihat kamar tidur.
“Para Warriors tinggal di gua Ancient Enchant Gifts. Ini kamarku. Kau boleh memakainya untuk membersihkan diri.” Rain membantu Shea membuka seluruh bajunya dan perban yang ia pakai, luka yang sangat banyak. “Perkataan pasangan mu memang benar, kurasa ia benar-benar mengkhawatirkan mu, dibandingkan dirinya dianggap sebagai pembelot.” Shea tahu yang Rain maksud adalah Bob. “Kau tahu mengapa kami para binding tangan menemani kalian bersiap-siap, karena kami memiliki kekuatan tangan yang kuat, cepat, dan kami dapat dengan mudah menjahit semua luka itu tanpa rasa sakit. Apa kau percaya padaku?” Tanya Rain. Shea hanya mengangguk. Rain membawa nya ke dalam ruangan basuh. “Aku tahu kau berpenyakit Burns.” Shea tibatiba merasakan hawa dingin yang mengancamnya. “Untuk itu, kau harus kubuat tertidur...” Rain seperti memukul tengkuk leher Shea, dan Shea segera pingsan.
Saat terbangun, Rain menunggunya di samping tempat tidur. Shea sesaat terbangun seperti seluruh badannya ringan, dan pakaian yang ia pakai ialah pakaian gaun malam dengan berlengan panjang, elegan, menutupi seluruh luka-lukanya. Shea dapat berdiri dan ia tidak merasakan sakit dimanapun. Rain tersenyum. “Kau bangun pada waktunya. Ayo, ke ruang makan.” Keduanya keluar ruangan dan mereka berjalan menuju lorong yang sama, menuju ke ujung lorong. Pintu itu cukup besar, saat terbuka, udara segar yang sama Shea rasakan di Whaledome Nose menerpa Shea. Sebuah meja panjang dan penuh dengan makanan dan minuman. Semua Warriors telah menyantap dengan nikmat dan berbincang satu sama lain. “Lihat, teman-teman mu sudah datang.” Ucap Rain. Shea tidak dapat melihat dengan jelas, “Kau akan duduk di sebelah Ben.” Rain terus menuntun dan berakhir di depan satu kursi kosong. 
Ben berdiri dari tempat duduknya dan menyapa Shea, “Hai, Shea.” Ben memandang Shea dari atas sampai bawah, Shea benar-benar berbeda. Rambutnya yang selama ini berantakan telah menjadi rapi dan rambutnya sudah dipotong lebih pendek dari sebelumnya. Bahkan, di atas bahu. “Apa kau tahu rambutmu cukup pendek sekarang, Shea?” Shea mendengar perkataan Ben, dan ia segera memegang rambutnya. “Kamu cantik.” Ucap Ben jujur. Shea tersenyum malu. Ben membantu Shea duduk. “Aku selalu melakukan hal ini pada Gwen.” Shea mengangguk. “Dia di depanmu,” bisik Ben. Maksudnya adalah Phil. Phil memandang Shea, demikian juga Shea memandang Phil. “Ia memandang mu terus.” Shea langsung gugup, ia memalingkan mukanya mendekat pada wajah Ben. “Kau terlalu dekat, cantik.” Shea menjadi tambah canggung. Ia terpaku tidak bergerak. “Perhatikan piring di depanmu.” Ucap Ben, dan Shea segera melakukannya. “Aku biasa diundang ke acara makan high wage scores, keluarga Gwen. Ini sudah menjadi hal biasa bagiku. Aku akan membantumu mengambil makanan. Kamu suka makanan apa?” Shea menunjukkan kalau ia ingin sup atau sejenisnya. Ben pun mengangkat piring Shea dan mencedokkan sup dan juga menambahkan satu bun. Shea dapat merasakan bau yang tak pernah ia rasakan sebelum, “Semua berasal dari Whaledome Nose.” Shea mengangguk. Ia segera meraba meja makan, Ben membantu mengambilkan sendok sup. Shea segera memakan dengan lahap. Ben sendiri perlahanlahan memakan santapan di depannya. Tapi, sesekali Ben kembali memperhatikan Shea dan terlihat tumpahan kuah mengenai dagunya, Ben segera membersihkannya. 
“Bukankah orang itu baru saja berkenalan dengan pasangannya barusan?” tanya Olds. 
Dolora berada di sebelah Olds, “Olds, itu yang selalu kuperhatikan. Apakah menurutmu pasangannya, Gwen dapat memenangkan pertandingan jika bukan Ben pasangannya?” 
Olds hanya tertawa, “Aku masih ingat di pertandinganku. Anak perempuan itu terus muntah, dan anak lelaki itu tetap bertahan membangunkannya.” Joe yang mendengar itu tertawa mengingat kembali kejadian itu. 
Wandina membalas, “Tapi lihat cara ia makan, seperti orang rupawan.” Semua memperhatikan. Lalu, mereka juga memperhatikan Shea yang terlihat begitu kewalahan memasukkan semua makanan yang ia ingin makan. 
Shea teringat akan pasangan lawannya yang lain. Shea menepuk pundak Ben dengan tangannya yang kotor. “Euh...” Ben hanya bergumam, Shea mendengar hal itu dan ia berhenti melakukannya. Ben segera mengambil kain pembersih tangan, membersihkan pundaknya sebentar lalu memegang kedua tangan Shea dan mulai membersihkan semua, “Kamu cukup mengkhawatirkan juga, Shea.” Shea berusaha menelan semua makanan yang ia kunyah. Selesai Ben membersihkan tangan Shea, Shea segera menunjukkan bahasa isyarat, “Sour dan Yale? Ia duduk di seberang ujung sana, mereka diapit oleh Rock dan Tien. Dan di depan mereka adalah Humm dan Sharon.” Shea pun menanyakan keadaan di sekitar mereka berdua, “Sebelah kita Rain dan Chow, di depan ku ada Gliss, dan di ujung meja sana, ada Alex. Di sebelah Phil ada Adam.” Shea mulai mengerti. “Apa kau tidak kenyang?” Shea masih memakan banyak hal di depannya. “Kau tidak ingat kalau kita akan bertanding lagi?” Shea pun menghentikan makananya. Ben kembali mengambil kedua tangan Shea, kali ini ia mengambil baskom kecil untuk mencuci tangan dan menaruh baskom itu di pangkuannya. Ia mulai mencuci tangan Shea. Selesai itu, ia mengelapnya kembali. “apa Bob pernah melakukan hal ini?” Shea segera menggeleng. Ben memberikan gelas yang penuh dengan air, “Minumlah. Tenanglah, aku akan memenangkan mu.” Ben hanya menatap Shea dan Shea meneguk minuman itu.
 Shea meminumnya lalu sesaat Shea serasa seluruh lehernya menjadi panas. Shea terbatuk-batuk. Ben terkaget. Ben segera menepuk pundak Shea, tapi tiba-tiba saja Shea seperti terbangun penyakit Burnsnya. Gliss segera berdiri, “Tidak mungkin.” Shea yang masih setengah sadar memegang pergelangan tangan Ben begitu kuat. “Jangan sekarang, Shea. Tetaplah sadar.” Rain di sebelahnya tidak dapat berbuat apapun. Sekali ia menolong Shea untuk pingsan, itu akan jelas menunjukkan bahwa Shea adalah seorang berpenyakit Burns. Demikian pula Phil, ia sudah diawasi oleh Snow dan Fire.  Ben dapat merasakan tangan Shea seperti mencekeram begitu kuat, kukunya seperti akan mengoyakkan bajunya. Semua orang memperhatikan, “Shea, kau hanya tersedak!” Ben segera menepuk sangat kencang punggung Shea, lalu Shea pun muntah. Semua makanan yang baru ia makan semua keluar. Pin dan Bill dari jauh, bahkan Moon dan Luna pun mengeluarkan suara, “Euh...” Sour dan Yale bahkan segera berdiri dan menghentikan semua yang mereka lakukan. 
Shea sepenuhnya kembali tersadar karena muntah itu begitu menyakitkan pada leher dan kepala. Ben menepuk-nepuk pundak Shea, “Muntahkan saja semua. Tidak apaapa.” Mata Shea sampai berair. Tangan Shea sudah terlepas dan Ben, ia muntah dan akhirnya berhenti. 
Seseorang menyodorkan minum, orang yang duduk disebelah Rain, Keys. Ben menolak, “Terima kasih. Shea sudah punya minumannya. Ini, Shea.” Ben mengambil minumannya sendiri. She segera meminumnya dengan lega. “Kamu terlalu banyak makan, jadi begini.” Ben segera mengambil kain pembersih yang baru dan menyodorkannya pada Shea. Air mata Shea terus mengalir, Shea berusaha menghapusnya. Rain mendatangi keduanya, “Kurasa kalian cukup sampai di sini, kalian bisa kembali ke kamar masingmasing.” Ben dan Shea pun pergi. Keduanya keluar dari ruangan lalu berjalan menuju lorong kamar-kamar, belum sampai, mereka sudah dipanggil dari belakang. Phil berdiri sendiri, tiba-tiba Phil berhasil memasuki pandangan Shea. Shea dapat merasakan kehadiran pikirannya dimasuki seseorang.  
Dalam pikiran Phil, ia berada di tengah ruangan putih. Lalu, Phil melihat dengan kepalanya sendiri, Shea terduduk dan seseorang berdiri merangkul pundak Shea. “Air!” Teriak Phil. Phil segera berlari ke arah mereka berdua. “Apa kau selama ini ada di dalam
Shea?” Air tidak berbicara. Air hanya tersenyum. “Aku menunggu saat ini tiba. Ternyata memang benar.” Air kembali tersenyum. Tiba-tiba Shea terbatuk-batuk, lalu Air segera murung kembali menepuk pundak Shea. Phil lalu melihat sesuatu dimuntahkan oleh Shea. Shea memandang Phil, lalu Shea menunjukkan, daun berwarna hijau berbentuk Four Leaf Clover. 
Lalu Phil mendengar suara Shea yang merdu itu, “Sudah kumuntahkan.” 
Air menepuk sambil murung. Phil melihat daun itu segera mengering dan menjadi debu. Seakan-akan ada sesuatu yang menarik gambaran itu, lalu Phil kembali ke dunia nyata. 
Saat ia di dunia nyata, tepat sekali Snow dan Fire datang. Snow dan Fire melihat Shea berjalan memasuki ruangan kamarnya dengan Ben seperti berbincang sebentar. Snow dan Fire segera mendatangi Phil, “Apa yang kau lakukan?” Tanya Fire. 
Snow segera memasuki ingatan Phil. Phil dengan mudah menyangkal. Snow memandang keberadaan Ben yang terus berbincang dengan Shea di depan pintu kamar Shea, meyakinkan bahwa Phil tidak berbuat apapun pada mereka. Ketiganya pun meninggalkan lorong itu. 
Yang mereka tidak tahu, Di balik kamar itu, pandangan Shea seperti mati. Sama seperti saat Bob melihat kalau Shea sedang tidak melihat dirinya. Namun, Ben membuat keadaan seakan Shea sedang memandangnya dan Ben hanya berusaha membahas apapun yang terlintas dalam pikirannya. 
Setelah Phil keluar dari pikirannya. Shea masih berada dalam pikirannya sendiri. Ia terduduk dan melihat daun itu menghilang. “Apa yang harus kulakukan?” Air mendatangi depan muka Shea lalu berlutut. Ia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Ben. Ia mengeluarkan sapu tangan putihnya, mengelap wajah Shea dan tangannya. Lalu, sapu tangan itu ia taruh pada genggaman tangan Shea. 
Lalu, Shea terbangun, karena ia mendengar suara Ben yang memanggilnya, “Shea? Apa yang terjadi?” Shea sesaat dapat memandang wajah Ben dengan jelas. Matanya biru laut, bulu matanya tebal, dan ia memiliki poni rambut yang cukup panjang rapi disisir ke kanan. 
Entah datang dari mana, Shea mengeluarkan suara, “Ah...” Ben mendengar, “...uh.” Bahkan Shea bisa mendengar suaranya sendiri. Ada tekanan di dalam lehernya.
 “Kamu sudah melakukan yang terbaik malam ini, Shea.” Ben tersenyum. Shea masih dapat melihat senyuman itu. “Beristirahatlah.” Ben melepaskan pegangannya. 
“Eh...” Terdengar lagi, seakan Shea tidak percaya, ia memegang lehernya sendiri.  “Adakah yang ingin kau ucapkan?” Tanya Ben. 
Shea mendengar perkataan Ben, Shea pun semakin ingin berkata-kata, “Ah...Ihhh.” Shea bahkan kembali menangis. 
“Mengapa kamu menangis, Shea?” Shea segera memeluk Ben. Ben tidak tahu harus berbuat apa. Shea terisak-isak, dan isakannya pun bersuara. Ben pun hanya dapat mengelus rambut pendek Shea. Lalu, Shea melepaskan pelukan dari Ben, Shea mengelap air matanya sendiri. Shea pergi masuk ke dalam ruangan. Ben tidak mengerti mengapa anak itu menangis, Ben hanya kembali berjalan tanpa menengok ke belakang. 
Di dalam ruangan makan, sudah tidak ada lagi para Warriors. Hanya yang membersihkan muntahan Shea dan pembersih meja makan. Semua Warriors berbincangbincang di ruangan lain. Mereka menikmati minuman. Sour dan Yale juga ikut. Mereka berbincang dengan Olds dan Joe. Perbincangan mereka adalah kalau kali ketiga ini mereka gagal lagi, Sour dan Yale memutuskan untuk menjadi ilmuwan. Dalam hal ini, Pin dan Bill senang sekali dengan pilihan mereka. Dari semua sibuk berbincang. Gliss hanya terduduk menikmati minumannya. Humm berbincang dengan Moon dan Luna. 
Sharon datang melewati, “Apa yang kau senyumkan, Gliss?” 
Gliss menjawab, “Aku mendengar suara yang merdu.” Gliss mengangkat gelasnya ke udara, “Terima kasih untuk mu.” Gliss lalu lalu meminumnya kembali. Keys melewati Sharon, “Dan terimakasih untuk mu juga, Keys.” Ucap Gliss. Keys tersentak dan ia hanya memandang Sharon sekilas lalu segera  pergi menjauh. 
Sharon pun mengatakan sebelum ia pergi, “Ia tidak akan pernah bisa memenangkan pertandingan terakhir. Akui saja.” Saat ia berjalan, Gliss hanya mengucapkan satu kalimat, “Wanna bet?”












 

Chapter VII
The End

Shea memandang arena Muse Hall. Mereka bilang ini hari ke 13. Ada aturan jika pertandingan ini tidak berakhir pada hari ke 14, maka tahun itu dinyatakan gagal. Semua orang bilang hingga kini belum ada yang percaya. Namun, hingga saat ini semua pertandingan selalu berakhir sebelum  batas waktunya. Semua yang dilakukan Rain kemarin malam benar-benar menyegarkan badan Shea setelah ia beristirahat. Muse Hall tetap berbentuk sama, suram penuh bebatuan-bebatuan. Shea sejak pagi keluar dari kamarnya dan telah bersiap. Shea bertemu dengan Patch dan Adam yang juga sudah berada di podium Warriors. 
Patch mengucapkan selamat pagi dan tiba-tiba Shea berguman, “Mmmh..” 
Keduanya tersenyum dan Adam mengatakan, “Siulan mu kemarin sangat indah.” 
Patch juga menceritakan, “Apa kau tahu siulan siapa itu?” 
Shea kembali berguman, “Aaaieh...” 
Patch mengangguk. “Sejak kapan kau mulai mengeluarkan suara, Shea? Suaramu indah.” Adam menyalami Shea, “Kami mendukung mu, Shea.” Shea tersipu malu. Keduanya anak muda yang tampan, mata Shea dapat melihat cukup jelas saat itu. Lalu, muncullah Ben. Sejak tadi Ben mencari Shea dan ternyata ia menemukannya di podium Warriors. Patch dan Adam kembali menyalami Ben. 
“Apa kalian siap turun ke bawah?” tanya Adam. 
Keduanya mengangguk. Dan, seperti ada angin mendorong mereka, seketika mereka sudah berada di bawah. Pandangan mereka seperti bergerak namun kabur, seperti mereka melewati lorong bebatuan yang tidak mereka ketahui, lalu tiba-tiba mereka sudah berada di lapangan bawah Muse Hall. Patch dan Adam pun sudah tidak ada lagi. 
“Kekuatan yang luar biasa.” Ucap Ben. Shea mengangguk. Ben bertanya, “Mereka bilang ini hari ke 13. Jika besok dengan waktu tengah hari, kita tidak ada yang memenangkan pertandingan, bahkan tak ada dari kita yang akan menang.” Shea mendengar cerita itu. “Itu aturan yang sudah lama sekali sejak dibentuk pertandingan ini. Belum pernah ada yang terjadi. Apa itu mungkin terjadi?” Shea mengangguk kembali. “Apa kau khawatir akan hari ini?” Shea hanya  kembali menunjuk pada Ben, “Aku? Aku jujur tidak ingin menang. Aku hanya akan membiarkan Sour dan Yale menang.
Bagaimana dengan mu?” Shea terdiam mendengar jawaban Ben. Shea kembali menggunakan bahasa isyaratnya, Ben kembali menjawab, “Kita tidak mungkin menang, kau tahu. Selama kau masih belum bisa mengendalikan penyakit Burns itu. Aku tidak akan membiarkan penyakit Burns mu itu masuk dalam pikiran ku.”
Lalu, terasa lagi hembusan angin yang cepat, dan di depan mereka berdua Sour dan Yale berdiri. “Hai, Ben.” Ucap Yale. “Dan, temanmu yang kemarin muntah.” Sour tertawa kecil. Shea mendengar itu kembali malu. “Pertandingan ini menjadi tidak adil semenjak kau masuk jadi peserta, Shea.” Ucap Yale, “Mengapa kamu tidak mundur saja?” Shea hanya terdiam. 
Sour menambahkan, “Yale, pertandingan ini hanya cocok bagi mereka yang bukan berpenyakit Burns. Pasti dia akan kalah.” 
Yale kembali bertanya, “Kau dengar itu? Mengapa kau memaksakan kehendakmu sendiri. Ketika Bob berusaha menghentikanmu?” Shea kembali teringat kejadian terakhir dengan Bob. Bob dan Gwen keluar dari bebatuan namun, Shea yang tidak tahu, ia telah memilih Ben sebagai partnernya. Ia belum mengucapkan kata-kata ataupun memberikan pandangan apapun terakhir pada Bob, hal itu mengganjal dalam dirinya. Ben tiba-tiba mendatangi Sour dan Yale.
“Kalian bukan pengecut kan? Kalian sendiri takut kami memenangkan pertandingan ini. Sector Centros dikalahkan oleh Sector Fanners. Bukankah itu menyenangkan untuk didengarkan semua orang?” Ben memandang Yale dengan tajam, “Tidak salah kalian selalu kalah pada dua tahun ini, bagian kalian hanya kembali pada Centros.” Semua orang tahu kalau selama 12 kali pertandingan, jika di babak final Sector Centros masuk dalamnya, mereka selalu menang. Selama dua tahun ini, Sector Centros dikalahkan oleh Sector yang tidak pernah memenangkan pertandingan satupun, yaitu Moon dan Luna, dari Sector Lighters dan Patch dan Adam dari Sector Pedagang, yang tidak ada yang pernah mengikuti Truth Bearer Field/Warriors sebelumnya. Dan, jika benar Ben dan Shea memenangkan pertandingan kali ini, maka Sector Fanners memiliki Warriors untuk pertama kalinya. 
“Selamat datang para calon Warriors.” Dari atas terdengar suara. Alex berbicara, “Kita akan memulai pertandingan ini. Shea menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan panjang. Ben dan Yale memisahkan diri. Ben kembali kepada Shea, Ben tidak mengucapkan sepatah kata pun pada Shea. Dalam diri Shea, ia masih teringat akan Bob, dan pilihannya menggantikan Bob dengan Ben. Ben, seseorang yang tidak segansegan membunuhnya jika ia berubah menjadi seorang berpenyakit Burns tak terkendali.
 “Bukankah itu lebih baik?” Tiba-tiba Ben berkata sendiri. Shea memandang Ben, karena ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ben. “Kau harus buktikan kalau kau mampu, Shea. Bahkan jika aku harus jadi musuhmu.” Shea tertegun mendengar perkataan Ben. “Kau percaya padaku?” 
Shea pun pun bergumam, “Mmmh.”
Seluruh Warriors telah berada di atas podium dan Alex kembali berbicara, “Pertandingan ini akan dibagi dalam dua babak. Namun, berkenaan dengan keberadaan pertandingan keempat yang tidak dilakukan kemarin, maka binding dahi Jelly dan Rum akan ikut serta dalam kedua babak tersebut. Babak pertama akan dipegang oleh binding balik telinga, Humm dan Gliss bersama Jelly. Selamat bermain.” Sour dan Yale saling berpandangan karena selama dua tahun ini pertandingan terakhir tidak seperti itu. Ben dan Shea adalah anak baru, dan mereka pun sudah berserah sejak awal dengan apapun yang terjadi. 
Muse Hall tiba-tiba menjadi sunyi. Namun, bagi keempat para pemain, telinga mereka mendengar begitu banyak suara yang tak pernah mereka dengar sebelum. Keempat pemain itu mulai kesakitan, berguling di tanah, memegangi kepala atau telinga mereka, dan Shea, ia tahu kalau suara itu akan membangunkan penyakit Burnsnya. Tangan Shea segera memegangi tanah yang ia pijak. Shea tersungkur dan terus menekan bumi. Shea berusaha mencari dimana Ben, ketika Ben sudah mengeliat di tanah. Shea hampir kehilangan kesadarannya, lalu Shea teringat akan sapu tangan Ben yang diberikan Ben kemarin. Shea pun mencoba menggerakkan tangannya dari tanah, namun tangan itu seperti menolak gerakan Shea. Jika Shea tidak sigap, tangannya akan terlepas dari tanah dan mulai memukul dirinya sendiri. Shea pun menggeram, “Eeennnh...” Ia memanggil Ben. Ben terus menggeliat, ketika Shea akhirnya memberanikan diri melepaskan tangannya untuk meraih sapu tangan di kantung celananya, lalu Shea tidak sampai menarik sapu tangan itu dan menggenggamnya dengan tangan kanannya, badan Shea oleng, dan ia jatuh terlentang. Sapu tangan itu terlepas dari genggamannya. Shea hilang kesadaran, dan tangannya mulai memukul dirinya sendiri. 
Suara-suara itu adalah suara-suara ratap tangis, masa-masa perang di atas bumi, teriakan, bencana, bom, kerusakan hutan, dan hal-hal mengerikan yang pernah terjadi. Namun, semua itu adalah suara-suara asing bagi penduduk Whaledome 70 tahun lamanya. Shea mulai hilang kendali dan semakin menjauh dari Ben. Ben juga mengalami kesakitan pada telinganya, terus dan terus, namun otaknya berjalan akan pertandingan apa yang sedang dilakukan saat ini. Lalu Ben melihat sapu tangan putih terbang di depannya, Ben segera menangkapnya. Ben sambil kesakitan merobek sapu tangan itu dan ia menyumbat telinganya dengan kain yang ada. Kepalanya pening dan berdengung. Ia tetap mendengar suara-suara itu hanya mengecil saja. Ben memperhatikan sekitarnya dan ia tahu kalau Shea sudah tidak berada di sampingnya. Sour dan Yale tiba-tiba telah berdiri di hadapan Ben, dan mereka tidak lagi kesakitan, namun mereka berdua seperti orang tak berekspresi. Mereka berdua mulai mengeroyoki Ben. Ben terkena pukul dan ia terjatuh ke tanah. Pukulan terus datang dan Ben kewalahan. Kepalanya semakin pusing dan ia tidak dapat fokus. Ben pun segera memegangi kaki panjang Sour lalu menariknya sehingga Sour terjatuh. Ben pun menarik kaki Sour sekuat tenaga untuk menendang badan Yale yang mendatanginya. Kaki Sour mengenai perut Yale, Yale pun segera rebah ke tanah. Yale terbatuk-batuk. Sour yang ditarik kaki oleh Ben berusaha melepaskan diri, namun Ben segera melepaskan kakinya dan kepalan tangannya segera memukul wajah Sour. Sour segera kesakitan. Ben berusaha berdiri dan menjauhi Sour dan Yale yang sedang rebah.
Ben mendatangi terakhir kali ia melihat Shea. Ben yang oleng-oleng berjalan mendekati suatu gua besar, karena di sana jejak kaki Shea berada. Ben memasuki gua itu, dan tanahnya lembab dan berpasir. Ben melihat sesosok bayangan di ujung gua, bayangan itu mondar-mandir dan memukul kepalanya ke samping-samping dinding gua. “SHEA!” Teriak Ben. Lalu, Shea berbalik, seluruh darah mengalir di atas kepalanya. Ben juga melihat lengan tangannya penuh dengan cakaran dan ada gigitan. Bibir dan kukukuku Shea mengalir darah. Shea melakukan itu pada dirinya sendiri. Ben tak sanggup melihatnya ia hanya terpaku. 
Lalu, Shea dengan cepat mendatangi dan akan menerkamnya. Ben pun dengan tegas mendatangi Shea, lalu menjatuhkan pundak Shea ke tanah lembap itu. Tangan Shea dengan mudah mencakar wajah Ben. Ben kesakitan, namun Ben tetap mempertahankan keadaan mereka berdua di atas tanah itu. Kedua pipi Ben berdarah oleh tangan Shea, tapi Ben sama sekali tidak beranjak. Ia menunggu waktu yang tepat, lalu Ben melepaskan tangannya dari pundak Shea, Shea segera mengangkat pundak dan kepalanya untuk semakin menerkam Ben, tapi kaki Ben menahan perut Shea, sehingga Shea kembali jatuh ke tanah. Dan saat itu juga, Ben mengeruk tanah pada lumpur di sekitar kepala Shea, dan Ben menggenggam dua onggok tanah dan ditaruhkan, Ben menekan lumpur itu masuk ke telinga Shea.
Kedua tangan Shea sudah menjambak rambut pirang Ben. Ben kesakitan luar biasa. Kaki Shea yang Ben tindih pun terus melontar-lontar. Namun, tangan Ben bertahan pada telinga Shea. “Sial...” Ben sudah tidak tahan lagi, akhirnya Ben memegang kencang kepala Shea, lalu ia mengangkat kepala itu, ia bantingkan ke tanah. 
Lalu, saat itu juga, Shea kembali. “AHHHHH!!!!” Teriak Shea kencang. 
Ben segera melepaskan diri dan menghindar. Shea pun segera menyadari sekitarnya, luka yang ada di badannya, hingga keberadaan Ben itu sendiri. Kedua sapu tangan itu terlepas dari telinga Ben dan Ben kembali mendengar dengan kencang suarasuara itu. Shea seperti terlupa apa yang baru saja terjadi namun ia sendiri mengalami kesakitan yang parah pada luka-lukanya. Namun, ia tidak lagi mendengar suara itu. Shea mendatangi Ben yang bersandar pada dinding gua dan kepalanya ia berusaha benturkan karena suara itu tidak pernah berhenti menghantui telinganya. Shea menyadari apa yang telah ia perbuat kepada wajah yang baru kemarin malam ia lihat sangat jelas, menjadi penuh luka dan berdarah. 
Shea pun menangis. Ia seperti jatuh, hilang arah. Seluruh badannya seperti tidak kuat lagi membendung perasaannya. Shea menangis dengan apa yang telah ia perbuat kepada Ben. Tangisan Shea telah terdengar oleh Ben, karena Shea sudah mengeluarkan suara. Suara tangisan itu membuat Ben memperhatikan ada sosok Shea di depannya, menangis. Ben serasa menyadari, kalau bagaimana pun juga suara-suara itu tidak akan pernah berhenti menghantuinya. Itu pertandingannya selama ini. 
Ben mulai menutup matanya. Ben terus terusik dengan suara tangisan Shea, namun itu yang membuat ia tahu bagaimana ia dapat mengalahkan suara-suara itu. Ben lalu menghembuskan nafasnya lebih dalam, dan seakan-akan ada yang membuatnya terduduk tegap. Ia mencoba mencari alternatif lain untuk menahan suara-suara mengerikan itu. Ben kemudian memikirkan rasa sakit di wajahnya. Rasa sakit itu membuat kesadarannya semakin pulih. Lalu, dengan perlahan-lahan ia membuka matanya, dan ia yang memutuskan suara mana yang ia dapat dengar, dan ia mendengar suara tangisan Shea. “Shea, jangan menangis lagi.” Ucapnya tegar. Shea memandang Ben, “Ini aku, apa kau ingat?” Ben berkata dengan lambat karena seluruh suasana di sekitarnya tetap terasa berat oleh suara-suara itu. Namun, Ben berusaha mencapai fokusnya. 
Shea kemudian berseru, “A~Ah...Aaa~A!” Shea meminta maaf. 
Ben mulai semakin kembali pada fokusnya. Ben segera berusaha berdiri. “Shea, ayo! Jangan menangis lagi.” Ben berdiri sambil memegang tangan Shea, lalu Shea yang masih menangis hanya menggeleng. “AYO!” Teriak Ben. Ben berusaha memandang keluar gua, “AYO, KELUAR!” Teriak Ben lagi. Shea pun dengan cepat menarik tangan Ben, membantunya berdiri. Shea masih menangis dan terisak. “Tuntun aku keluar.” Ucap Ben. 
Shea pun memegang tangan Ben begitu kuat karena ia tidak tahu apa yang dapat memaafkan dirinya sendiri yang telah tanpa sadar diri menghancurkan wajah partnernya sendiri. Shea menyanggah erat tangan Ben, karena Ben berjalan lambat. Mereka pun kembali terlihat keluar dari gua.
“Apa yang terjadi di dalam sana?” Semua Warriors memandang ngeri dengan apa yang terjadi pada wajah Ben dan badan Shea. 
Sour dan Yale sejak tadi seperti orang tak berekspresif, berjalan kesana kemari. Keduanya dikendalikan oleh sesuatu, dalam diri mereka masing-masing, keduanya berteriak dan berjuang keluar dari tubuh mereka sendiri. Lalu, keduanya memandang Ben dan Shea. Sour dan Yale melihat mereka berdua dan tersadarlah, Sour, mungkin itu jalan keluarnya. Sour membiarkan dirinya yang dikontrol itu berjalan mendekati Yale, lalu seketika Sour pun menyerang Yale itu sendiri. Sour mencekik leher Yale. Yale terjatuh ke tanah dan tangan Yale pun mulai menyerang leher Sour. Dalam diri Yale, ia tidak tahu mengapa Sour menyerangnya, lalu seakan-akan ada kemarahan Yale bahwa Sour ingin mencelakainya. Yale pun tiba-tiba terlepas dari kendali itu, dan memukul wajah Sour dengan kepalan yang sangat kencang. Sour segera terpelanting ke samping Yale, dan Yale mulai bernafas, ia kembali seperti semula. Suara itu kembali terdengar. Yale kembali bergeliat. Sour sendiri juga kembali semula. Dan suara itu kembali mendatangi telinganya. Namun, Sour segera berdiri, dan Ben dan Shea mendatangi keberadaan mereka. Sour ketakutan dan ia tidak dapat fokus. L alu, Ben menatap Sour, “Rasakan.” Ben masih punya tenaga, ia memukul kembali wajah Sour dari arah berlawanan dari yang telah dilakukan Yale. Sour pun tersungkur pingsan. 
Ben dan Shea mendatangi Yale yang bergeliat di tanah, lalu Ben hanya melewatinya. Shea mulai berhenti menangis, ia hanya memegang erat Ben. Ben terus berjalan dan entah berjalan kemana di sekitar Muse Hall. Lalu, ia berhenti. Ben mengadah ke atas, “Di atas sana, cahaya itu, Whaledome Nose.” Ucap Ben lambat. “Pikirkan hal tenang, Shea.” Ben memegang erat tangan Shea lebih lagi. Shea pun melakukan hal yang sama. Seakan-akan keduanya berdiri tegak di tengah Muse Hall, menikmati cahaya yang menyinari Muse Hall
“Orang ini gila.” Ucap Jelly. “Ia mampu mengendalikan dirinya sendiri. Rasa sakit dalam dirinya. Orang ini gila.” 
Humm membalas, “Kurasa kita telah menemukan pemenangnya.” 
Gliss memandang ke arah Ben dan Shea di bawah sana, “Setiap tahun, kita selalu menemukan orang-orang menarik yang pantas menjadi Warriors.” 
Sesaat suara-suara itu segera menghilang, dan Ben sambil tetap memandang ke atas, ia berurai air mata. 
“Selamat, Ben dan Shea, kalian telah berhasil melewati pertandingan ini.” Para Patrol masuk ke dalam Muse Hall dan membawa Sour dan Yale keluar. Keys dan Fish segera mendatangi Humm dan Gliss, 
“Pertandingan apa tadi?” Tanya Fish. 
Humm pun menjelaskan, “Kami melakukan seperti yang kalian lakukan. Membuat semua orang saling melawan satu sama lain.” 
Jelly menambahkan, “Kami membuat mereka semua merasakan suatu keadaan seperti berpenyakit Burns. Mereka tidak dapat mengendalikan diri mereka sendiri.” 
Gliss berkata, “Kami menggunakan kenangan masa perang di atas bumi yang asing bagi telinga mereka. Dan lihatlah, kita menemukan sendiri siapa pemenangnya.”
Ben segera tersungkur dalam pelukan Shea. Ia begitu lemah. Shea memeluk Ben dan bergumam, “Aaa~Aaa.” Ia meminta maaf. 
“Apa kita menang, Shea?” Kata-kata Ben sudah kembali normal. “Tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa.” Shea tetap bersedih. “Bukankah kalau kita menang, kita tinggal meminta binding tangan melakukan hal yang sama seperti kemarin?” Air mata Ben terus mengalir, “Ah, malunya. Aku menangis.” Ben segera menarik salah satu tangannya menutupi wajahnya. “Suara-suara itu begitu mengerikan, Shea. Mereka begitu mengerikan. Aku tidak dapat membayangkan kau juga mendengarnya.” Shea yang melihat Ben menangis makin membuat Shea terus mengalir air matanya karena terharu. Ben dan Shea tidak bergerak ke manapun. 
Dari jauh, Phil memandang mereka berdua. Phil segera mendatangi Alex dan Sharon, “Apa yang kalian lakukan? Pertandingan yang terakhir ini, mereka mau melawan siapa?” Phil segera ingin memasukkan pikirannya kedalam Alex dan Sharon, hanya sekilas, seketika Sharon mendengungkan detak jantung yang kencang yang hanya didengar oleh Phil. Phil segera keluar dari pikiran Sharon dan Phil mencoba untuk mengembalikan detak jantungnya yang baru saja mungkin akan meledak oleh dentungan dari Sharon. 
Tien segera memperhatikan Phil, “Apakah kau baik saja?” Phil memandangi Tien, “Kalian tahu kalau Shea adalah seorang berpenyakit Burns. Mengapa kalian tidak menghentikan pertandingan ini. Sudah jelas, pasangan Shea dan Ben tidak bisa memenangkan pertandingan ini. Apa permainan yang ingin kalian lakukan?” 
Tien menenangkan Phil, “Tenanglah.” Phil menunggu jawaban Alex dan Sharon. 
Lalu, Sharon menjawab, “Seorang yang berpasangan atau mempertahankan seorang berpenyakit Burns, adalah pembelot. Hukuman mereka adalah hukuman mati.” Phil segera memucat. 
Dolora bertanya, “Apa maksud mu, Sharon?” 
Sharon meminta Alex berbicara, “Kami tidak akan menghentikan pertandingan ini. Warga The Whaledome harus tahu kalau sejak awal kita tidak mentolerir orang berpenyakit Burns menjadi seorang Warriors.” 
Rum menengahkan, “Phil, kau harus menerima kenyataan. Sejak awal, anak itu memang sakit lalu Air menyelamatkannya. Tapi, yang ia ingini telah melanggar hukum. Ia sampai menjadi pemenang Warriors, dia telah melanggar seluruh aturan mengenai penyakit Burns.” 
Phil segera membalas, “Dan kalian akan membunuh mereka dengan pertandingan terakhir kalian?” S haron membalas, “Bukan hanya mereka.”
“Ben!” Terdengar suara teriakan menggema di dalam Muse Hall
Ben membuka matanya, “Gwen?” Terdengar suara langkah kaki berlari dari kejauhan dan Gwen berdiri di sana. 
“Ben!” Gwen mendatangi Ben dan mereka berpelukan. 
Dari belakang Gwen, Bob berdiri. Shea beranjak dan berjalan. Bob melihat luka di seluruh badan Shea. Bob segera melangkah cepat dan memeluk Shea, “Apa yang terjadi, Shea?” 
Shea seakan lemah, “Ahh~ahhh,” untuk pertama kalinya Bob mendengar suara itu secara nyata.
 “Shea?” Bob melihat dengan kepalanya sendiri. 
Shea bersuara, “Ooow..” Ia memanggil Bob. Bob menutup matanya dan ia kembali mengingat penglihatan dalam mimpinya, suara yang sama, yang ia bayangkan. 
“Apa yang terjadi pada wajahmu?” Gwen menitikkan air mata, “Bukankah kita baru saja dipisahkan sebentar?” 
Ben hanya mencoba menikmati pandangannya selama mungkin menatap Gwen, “Aku terus memikirkan mu.” 
Gwen menatap Shea dan Bob, “Apakah ini perbuatan mu, Shea?” Shea berbalik. “Apa yang terjadi?” Gwen mencoba kembali memperhatikan Ben. 
Shea pun hendak mendatangi tapi ia ditahan oleh Bob, “Ini bukan perbuatan siapapun, Gwen.” Gwen hanya memandang wajah Ben yang penuh dengan goresan dalam, “Ben, aku tidak mengerti, bagaimana kau dapat bertahan?” 
Ben hanya membalas, “Kau juga harus memeriksa Shea. Ia terluka parah.” Gwen tidak memperhatikan Shea. 
Bob memandang Shea dan ia pun bingung harus mulai dari mana untuk membasuh luka Shea. Bob segera membuka pakaiannya, ia robek dan segera membalut tangan Shea, melap luka-luka di kepalanya, dan demikian juga Gwen. Itu yang mereka lakukan selama para Warriors berunding.
Phil pun mengumpulkan suara bersama dengan Dolora, Wandina, Pin, Bill, Adam, Patch, Moon, Luna, Olds, Joe, Jelly dan Gliss, mereka menolak untuk keempat peserta itu dieksekusi mati. 
Sharon pun menegaskan, “Apakah kalian juga mau menjadi seorang pembelot?” 
Phil membalas, “Kami bukan pembelot. Kami hanya tidak mau menjadi main hakim
sendiri.” 
Pin dan Bill menambahkan, “Bukankah sudah dites juga oleh Jelly dan Rum kalau Shea pantas mengikuti pertandingan selanjutnya.” 
Jelly menerangkan, “Sharon, Rum, kalian lihat sendiri. Ben, anak itu bahkan memiliki kemampuan menyeimbangi Shea. Apakah kalian semua tidak memikirkan bahwa di bawah sana ada dua calon kuat untuk menjadi penerus Warriors. Siapapun dia, kita tidak dapat menutup mata.” 
Gliss mendatangi Phil dan berbisik sesuatu. Phil tiba-tiba tertegun. Humm, Keys, dan Fish mendengar bisikan Gliss. Phil pun menjadi tenang. 
Ia menghadap ke depan Alex, “Lakukan pertandingan yang sebagaimana kau rancang, undang Old Voyages.” 
Humm menjawab, “Old Voyages tidak punya kepentingan di dalam pertandingan Warriors.” 
Gliss memandang Humm, “Oh, ya? Lalu bagaimana pada masa kita, Humm? Old Voyages yang mengetahui kelayakan kita menjadi Warriors. Aku tahu apa yang kau lakukan, Keys, kemarin malam.” Ucap Gliss. “Kau menaruh penawar dari apa yang telah kutaruh pada Shea selama ini. Namun, yang kupertaruhkan bahkan Shea memang tidak membutuhkan bantuan apapun. Kau tahu apa yang kulihat dalam Shea? The Cure.” Gliss memandang semua, “Bukankah selama ini itu yang kita harapkan? Penyakit Burns ini telah memakan begitu banyak warga The Whaledome. Kita berusaha memisahkan mereka, dan mungkin sejak awal, Air tahu Shea adalah jawaban dari penyelesaian penyakit Burns ini.” 
Phil menekankan kembali, “Undang Old Voyages. Kami memiliki alasan yang kuat untuk Old Voyages dapat memperhatikan.”
Olds menambahkan, “Kalian tidak dapat menolak. Old Voyages memiliki hak untuk menerima atau menolak. Itu bukan suatu larangan hanya mengundang mereka, bukan?” 
Sharon membalas, “Old Voyages tidak perlu tahu kesalahan kita yang membiarkan seorang berpenyakit Burns memenangkan pertandingan!” Dengungan jantung terkena oleh semua Warriors. Mereka semua segera menunduk dan bertahan dengan tekanan yang ada. 
“Sharon!” Alex menenangkan. Sharon tidak dapat mengontrol dirinya, “Kita tidak perlu memberitahu mereka mengenai penyakit Burns itu.” Alex pun berkata kepada semua, “Beritakan kepada mereka dan kami akan memanggil Old Voyages.” Alex masuk ke dalam ruang Warriors bersama dengan Sharon. Semua Warriors pun turun.
Dalam sekejab, mereka semua sudah berada di bawah dan mengelilingi keempat orang itu. Bob dan Gwen berwaspada. 
Phil mulai berbicara, “Kalian berempat akan mengikuti satu pertandingan terakhir. Bukan lagi secara pasangan, namun salah satu dari kalian akan diuji untuk menjadi Warriors. Siapapun yang akan menang, mereka akan dipasangkan. 
Ben yang setengah bertenaga masih dapat bertanya, “Apakah itu adil? Bob dan Gwen sudah gugur, bukan?” 
Chow pun mendatangi Ben dan Gwen, “Apakah kalian tidak tahu, siapapun yang menyembunyikan atau mempertahankan keberadaan seorang berpenyakit Burns, mereka akan dihukum mati?” 
Ben segera panik, “Apa yang kalian maksud? Gwen sudah gugur, kalian tidak dapat mengikutsertakan Gwen. Biarkan Gwen pergi.” 
Gwen membalas, “Maksud kalian kami berempat akan dihukum mati?”
“Old Voyages yang akan memutuskan,” Ucap Phil. Phil memandang Bob dan Shea. “Mereka yang akan menentukan hukuman mati itu.” 
Shea pun mendatangi Phil, “Ooowww... Naaa EEhh..” Shea menunjukkan kepada seluruh Warriors kalau biar dia saja yang dihukum dan melepaskan ketiga orang lainnya. 
Bob melihat itu, “Lalu, jika kami dihukum mati. Maka, tidak ada pemenangnya?” Shea mendengar itu segera berbalik kepada Bob, meminta Bob untuk diam saja. Bob pun malah melanjutkan, “Ini semua salahku. Aku yang membongkar identitasnya.” 
Queen membalas, “Dan kami juga tidak melupakan kesediaan Gwen untuk menggantikan posisimu menjadi pasangannya. Bukankah itu juga bagian dari berdiri mempertahankan Shea?” 
King membenarkan, “Kalian berempat sudah sepantasnya terkena hukuman. Kalian telah melanggar hal tertinggi dalam The Whaledome, menyelundupkan seorang berpenyakit Burns dalam pertandingan Warriors.” 
Bob kembali bertanya, “Jika kedua orang dari kami menang, kedua orang yang kalah bagaimana?” 
Rain mendekati Shea, “Kami berharap mereka dapat menjalani hidup mereka seperti sebelumnya.” Lalu, Bob dan Gwen diminta menghindar dari Shea dan Ben. Keduanya pun kembali diobati lukanya oleh para binding tangan, secara cepat, luka-luka dalam badan mereka telah dibalut dan bersih. “Hanya ini yang dapat kami lakukan.”
Ben sudah dapat merasakan dirinya kembali kuat, meski ia hanya saling memandang kepada Shea. Shea hanya memandang ke arah Bob. 
Bob mengajak Shea berbicara, “Kita akan baik-baik saja.” Mata Shea sudah sangat sembab. Shea tidak menginginkan ini semua. “Kita akan baik-baik saja.” Ucap Bob lagi, “Kau mengerti?” Shea hanya memandang jauh ke Bob, “Ia juga pasti menolong.” Bob mengingatkan seseorang yang ada di dalam pikiran Shea. 
Shea teringat akan Air. Ia melihat ke arah Phil, dan Phil juga kembali memandangnya. Lalu, dari atas podium, terdengar suara, yang semua orang telah kenal, suara Tertua Old Voyages, Alvian Whale dan Beau Kyoto. Mereka semua datang, Jeremo Falton, Diaro Mona, Rima Omile, Kalama Souire, Steven Gald, Ruby Jane, Lord George, Amber Strip, Chad Thasia, dan Maiden Vee. Dua belas Old Voyages hadir. 
Para Warriors segera bergegas ke atas. Mereka semua menghormati para Old Voyages. Beau Kyoto memulai perbincangan, “Apakah benar yang dibicarakan Alex dan
Sharon, sang binding Jantung, mereka berempat mengetahui the cure?” 
Maiden Vee membalas sendiri, “Ada yang kalian tidak beritahukan kepada kami?” 
Joe, ia memiliki hati yang sangat hormat kepada seluruh Old Voyages, ia segera menundukkan diri dan mengatakan, “Kami tidak mengetahui benar atau tidak. Tapi, kami berharap Old Voyages dapat mengetahuinya.” 
Olds pun menjawab, “Apa yang kalian dapat lihat adalah empat peserta, dua dari mereka sejak awal telah kami eliminasi, dan masing-masing pasangan mereka telah memenangkan pertandingan terakhir dengan ujian yang selama ini selalu kami simpan.” 
Lord George membalas, “Ujian The Burns, hanya para binding Balik Telinga yang dapat membuatnya.” 
Humm, Gliss, Keys, dan Fish segera menunduk. Gliss menjawab, “Ini keputusan saya, Humm, dan Jelly.” 
Jelly pun ikut menunduk, “Kami percaya kemampuan mereka dapat melewati ujian tersebut.” 
Maiden Vee menjawab, “Berikan kami gambaran.” Binding Mata, Phil, Snow dan Fire segera mengadahkan tangan mereka terbuka ke atas, lalu seluruh Old Voyages menutup mata mereka.
Pandangan perjalanan dimulainya mereka semua bertanding dalam Muse Hall begitu juga seluruhnya membuat mereka mengerti. 
“Air.” Terdengar suara Alvian Whale, ia segera menyelesaikan dan membuka mata. Alvian berjalan ke pinggiran podium, “Inikah anak itu?” 
Sharon memperhatikan pandangan Alvian, “Ya, Old Voyage.” 
Alvian yang sudah bersuara berat menanyakan, “Bagaimana mungkin ia bisa melewati sampai pertandingan ini?” 
Kalama Souire memperhatikan, “Gwenda Abboth. Anak dari Leaders Patrols,
Foulcan Abboth. Bennedict Saul, The Fanners. Dan, Bob, the unclasified Patrol children.” 
Beau Kyoto menambahkan, “From the juvenile.” 
Alvian pun berbalik dan mengatakan, “Lakukan pertandingannya.” Dan, pertandingan pun dimulai. 
Para Old Voyages menduduki podium Old Voyages, yang letaknya mengelilingi Muse Hall, di antara gua-gua yang ada, tepat di atas level podium podium Warriors. Para Warriors duduk ditempat mereka masing-masing. Phil, terutama, adalah yang paling cemas. Ia selalu duduk sendirian, disampingnya selalu ada bangku kosong. 
“Para calon Warriors.” Terdengar ucapan dari atas. Keempat mereka segera berdiri. Alex berbicara, “Pertandingan terakhir. Muse Hall adalah kawan Warriors. Percayalah kepada Muse Hall.” Lalu terdengar suara dengungan dari bawah tanah Muse Hall.
 Seluruh tanah retak dan gemuruh, Gwen dan Ben yang berpegangan tangan, tibatiba tanah di Gwen naik ke atas, Gwen tidak sempat mengecangkan pegangannya, ia melepaskan pegangannya dari Ben. Gwen naik ke atas bersama tanah itu, tanah itu berubah menjadi batuan tinggi. 
Gwen berteriak, “Ben!” Ben terjatuh ke tanah dan ia melihat Gwen terus naik ke atas. 
Bob dan Shea yang melihat itu memperhatikan tanah di sekitar mereka. Dan, terjadi. Bob segera memegang Shea erat, tanah di sekitar mereka seperti terjatuh dan runtuh. “Pegang erat, Shea!” Lalu tanah yang mereka pijak naik ke atas, Bob mendapatkan Shea yang lemah terus memeluk dirinya erat. Bob tahu ia telah melakukan kesalahan membongkar penyakit Shea, dan ia hanya takut jika Shea akan terjadi sama seperti ayah dan terutama, sahabatnya. 
Sama seperti Gwen, mereka menjadi berdiri di atas bebatuan tinggi dan berseberangan tidak jauh dengan dimana Gwen berada. Shea melihat Gwen sendirian dan Shea menyadari Ben tidak ada bersama Gwen. Gwen berteriak ke bawah, dan Shea pun ingin melihat ke bawah, ia melepaskan pelukannya dari Bob, namun Bob tetap memegang erat tangan Shea. Shea melihat Ben di bawah, hanya bayangan kabur karena begitu jauh. 
Lalu, Bob berteriak, “GWEN, AWAS!” Gwen melihat dari belakangnya, ada bebatuan lebih tinggi daripada yang lain dan jatuh akan menimpa ke arah Gwen. 
Dari bawah, Ben juga histeris, “TIDAK!” Hal itu terjadi begitu cepat. Lalu, Gwen pun melihat ke belakang, dengan cepat ia berusaha loncat kepada bebatuan Bob dan Shea. Bob segera meraih tangan Gwen, hal itu tidak sengaja membuat tangan Bob melepaskan tangan Shea. Shea pun tak sempat menguatkan pegangannya, Bob terlalu meraih Gwen hingga dapat, namun keduanya pun terjatuh.
Shea segera bersiul. Lalu, terjadi kembali keduanya melayang. Seluruh Old Voyages tercengang. Bob dan Gwen melayang dan semua gerakan bebatuan yang ada menjadi melambat. Bob memegang Gwen dan ia melihat Shea, dengan perlahan keduanya seperti berjalan di atas udara menuju kembali pada Shea. Dari bawah, Ben melihat itu, ia sendiri tercengang. Ketiganya kembali pada bebatuan dan Shea berhenti bersiul. Seluruh bebatuan kembali bergerak semula. Shea diperhatikan oleh seluruh Old Voyages. 
Alvian Whale seakan melihat keajaiban, “Ia seorang Warriors, ia memiliki kemampuan mengontrol Muse Hall secara alami.” Beau Kyoto tidak bergeming sama sekali. “Beau, ini adalah penemuan baru.” 
Steven Gald yang duduk di sebelah Beau Kyoto pun berkata, “Ia seorang Burns.” 
Rima Omile duduk disebelah Steven Gald segera membalas, “Selesaikan dulu mereka bermain. Hari sudah menjelang malam. Jika mereka tidak selesai sebelum Pukul 6 esok, kita tidak akan mendapat siapapun.”
Lalu, tiba-tiba Muse Hall kembali bergemuruh. Dari bawah, Ben merasakan tanah yang ia pijak juga akan bergerak. Namun, ia tidak tahu. Dari kejauhan terdengar suara mengerikan. Bob, Shea, dan Gwen mendengarkan, dari bagian tergelap Muse Hall, Gwen segera berteriak kepada Ben yang ada di bawah, “Ben! Lari!” Apa yang Gwen lihat menggetarkan diri Bob sendiri. Shea tidak melihat, namun karena itu, Bob memeluk Shea begitu erat. “Ben! Lari!” 
Ben berbalik, namun ia tidak melihat apapun. Ia memandang ke atas dan Gwen meminta untuk lari. Ben pun berlari ke arah berlawanan dari suara itu berasal. Ia berusaha dengan tenaga yang ia punya. Gwen segera berbalik pada Shea yang sedang dipeluk Bob. “Bersiul lah! Buat Ben dapat juga naik ke atas!” Shea segera menggelengkan kepala. “Lihat di sana! Itu ombak tanah!” Seperti longsor besar akan menelan Ben. 
Gwen melihat dengan kepalanya sendiri, tidak ada yang bisa menolong Ben. Ben melewati bebatuan tinggi mereka. Tak ada yang bisa dilakukan, Ben sendiri tidak memiliki kekuatan untuk memanjat bebatuan tinggi itu. Ia hanya terus berlari lalu luapan tanah seperti ombak raksasa itu melewati  bebatuan tinggi mereka dan dari kejauhan, mereka semua melihat Ben terlahap oleh longsor tersebut. “BEN!!!” “Tinggal tiga lagi.” Ucap King. 
Semua tercengang melihat gugurnya Ben. Terutama Jelly. Phil memandang Gliss. Gliss hanya menggelengkan kepala. Phil mengerutkan kepalanya. Alex memandang Sharon, bukan karena ada yang ingin disampaikan melainkan karena Sharon sendiri menggenggam erat tangan Alex. “Tenanglah,” bisik Alex kepada Sharon. 
Patch dan Adam bergumam, “Apakah ini sudah keterlaluan?” 
Keys membalas, “Kalian masih muda. Kalian tidak melihat apa yang telah para Burns lakukan pada masyarakat Whaledome sebelum terdapat Detown. Menurut kalian ini hal yang mudah untuk diperbolehkan?” 
Fish hanya memandang ke arena, “Apa yang mereka lakukan? Bukankah yang gugur itu anak pilihan Jelly? Apa mereka memang ingin menggugurkan mereka semua?” 
Gwen merasakan perasaan yang tersayat-sayat. Hatinya hancur, ia merasa Ben bahkan tidak dapat terselamatkan. Ia hancur berkeping-keping. Luapan tanah itu memang melewati bebatuan tinggi mereka, namun tidak terlalu tinggi untuk ikut menelan mereka yang ada di atas. Air mata Gwen mengalir deras dan ia terus menyerukan nama Ben. “Apa yang telah kau lakukan?” Tiba-tiba Gwen menarik Shea dari pelukan Bob dan memukul wajahnya keras, “Apa yang kau lakukan membiarkan Ben mati?” Shea terpukul sangat kencang, bibirnya berdarah. 
Bob segera menengahi mereka. Ia melindungi Shea, namun tangan Gwen bertahan pada leher Shea, Shea pun akan menerima pukul yang kedua kalinya, “HIIAAAH... AAAA...IIHHH!” Ucap Shea. 
“Cukup, Gwen! Cukup!” Teriak Bob. 
Gwen tetap menangis, “Kamu membunuh Ben!” 
Shea kembali memandang Gwen dan meraung dengan suara yang sama, “UEE....”  Gwen tidak mau dengar, “DIAM KAMU!” Akhirnya Gwen memukul kedua kalinya. 
Bob melihat itu segera mendorong Shea terlepas dari pegangan Gwen, Bob yang menampar Gwen. Gwen berteriak, “Dia tidak menolong Ben!” Bob segera memeluk Gwen. Gwen menangis keras. 
Shea memegangi lehernya. Dengan suara yang ia dapat keluarkan, semua itu berkat Ben. 
“Kenapa dia tidak menolong Ben?” seru Gwen lagi. 
Shea mengingat momen singkat bersama Ben dan ia tahu dirinya tidak bisa bersiul, ia sendiri tidak tahu. Shea tahu kalau ada di dalam dirinya yang masih dikontrol oleh penyakit Burns. 
Lalu terdengar gemuruh lagi. Kali ini, batu-batu dari dinding-dinding berjatuhan ke arah mereka. Shea seperti tidak bergeming atas rajaman bebatuan itu. Penyakit Burnsnya telah kembali. Sedangkan Bob dan Gwen segera berlindung, turun dan berlindung di balik bebatuan tinggi itu. 
“Shea!” Teriak Bob, namun Shea membelakangi Bob, ia hanya terus memandang terakhir Ben ditelan oleh tanah itu. Shea kemudian memandang ke arah podium Warriors, ia memandang tajam dan ia seakan dikontrol oleh hal lain. 
Shea kembali mulai bersiul. 
Seluruh bebatuan itu menjadi mengelilingi Shea membuat putaran di sekelilingnya. Lalu, tiba-tiba saja bebatuan itu dengan sangat cepat jatuh dan masuk ke dalam longsoran tanah tadi. Mereka terjun dengan sangat cepat hingga saat menembus tanah, mereka membuat lubang-lubang. 
“Apa yang ia lakukan?” tanya Snow dan 
Fire bergumam, “Apakah ia benar Shea atau...” Snow mendengar dan ia pun memandang dengan pandangan yang sama. 
Pin mulai cemas, Bill melihat itu menanyakan dan Pin berbisik, “Kau sama sekali tidak tahu apa maksud dari pertandingan terakhir ini? Mereka akan memantau jantung semua peserta, dan dari sana mereka akan tahu kebenaran di dalamnya. Jantung seorang berpenyakit Burns akan berdetak sangat kencang karena meski mereka sedang berada di stadium tidak mengenal siapa diri mereka, meski mereka terdiam, tapi dalam diri mereka berusaha melawannya, mereka seperti memiliki dua jiwa dalam satu tubuh, dan itu menguras detak jantung sangat besar.” 
Bill pun bertanya, “Bagaimana saat ini menurutmu, Pin?” 
Pin pun menunjukkan pandangan Moon dan Luna, “Itu yang paling kutakutkan.” Moon dan Luna sudah saling berpegangan tangan seakan mereka tahu apa yang sedang terjadi. 
Lalu, tiba-tiba Shea mengangkat kembali bebatuan itu keluar dari tanah. Seluruh Old Voyages tercengang. Bebatuan itu kembali turun dengan cepat kepada tanah, Shea melepaskan semua nya dan batu-batu itu jatuh. Seluruh tanah di bawah pun berguncang dan keluarlah tubuh Ben dari salah satu lubang tanah. 
“BEN!” Teriak Gwen. Bob dan Gwen sudah kembali naik ke atas, dan mereka hendak mendekati Shea. Shea mendengar suara Gwen. Shea segera memandang Gwen dan segera mendatangi Gwen. Ia mendorong Gwen keluar dari bebatuan tinggi itu,  “SHEA!” Teriak Bob, Shea dan Gwen menjatuhkan diri mereka ke bawah. 
Jantung Gwen seakan mau berhenti, suatu gravitasi jatuh yang sangat cepat dan Shea berada di atasnya. Gwen memandang Shea dan untuk pertama kalinya, Gwen melihat diri Shea yang sedang dikuasai oleh penyakit Burnsnya. Tatapan pembunuh. 
Lalu berteriaklah Alex dari podium Warriors, “Sharon!” Tiba-tiba Sharon berdiri dari tempat duduknya dan mengarahkan tangannya ke arah mereka jatuh. Tanah dari bawah mereka segera naik dan menangkap mereka berdua membentuk bebatuan tinggi yang baru. Tapi ada tanah lain yang segera meninju Shea menjauh dari Gwen, dan Shea terlempar ke arah lain. Shea pun tidak terjatuh keras ke bawah, karena Muse Hall melindunginya. 
Gwen berusaha menenangkan dirinya di atas bebatuan itu. Ia memandang ke sekelilingnya. Lalu, Gwen melihat dimana Shea berada. Shea sudah berdiri di bawah sana. Ia berlari. Ia berlari ke arah podium Warriors. 
Lalu, terdengar suara parau, “SHEA!” Teriak Bob. Shea segera terjatuh, dalam dirinya menyadari ia telah kembali dikontrol. Namun, penyakit Burns itu pun membakar kepalanya. Shea mulai memukulkan kepalanya ke tanah. Bob yang melihat itu, memandang apa yang pernah dialami oleh sahabatnya. Bob segera mencari cara untuk turun. Tapi, bebatuan itu terlalu tinggi. Bob mulai frustasi.  
Lalu ia teringat perkataan awal, “percayalah kepada Muse Hall.”  Bob tidak mengerti, tapi ada didalam dirinya harus melakukannya. Bob sendiri loncat dari bebatuan tinggi itu. Semua terkejut. Bob hanya melakukan hal yang sama dengan yang Shea baru saja lakukan. Sharon tidak sempat menolongnya. Sesaat saja Bob sudah terjatuh ke tanah. 
“Apa ia ingin bunuh diri?” Teriak Chow. 
Lalu, dengan pandangan berat, Bob membuka matanya. Ia takut ketinggian, ia cukup mual dengan apa yang baru saja ia lakukan. Tapi, ia tidak merasa sakit sama sekali. Ia berdiri dengan tegap. Muse Hall tidak akan membunuh satupun dari mereka. Bob memandangi dirinya sama sekali tidak terluka. Adrenalin, ini maksud dari pertandingan terakhir ini. Bob segera berlari kepada Shea.
“Kau berbuat curang, Sharon.” Seru Phil, “Kau tidak ingin mereka tahu kalau Muse
Hall tidak akan membunuh mereka. Kau membuat seakan-akan Shea akan membunuh Gwen!” Semua Warriors mendengar. 
Sharon menjawab, “Aku tidak melanggar apapun. Setidaknya aku tidak menolong mereka.” Sharon hanya terus memandang ke arena. Phil seakan ingin marah, namun ia kembali memperhatikan arena karena Bob berteriak memanggil Shea.
“Shea!” Bob sampai pada Shea. Shea terus menggeliat di tanah. Ia mengerang dengan suaranya yang merdu, bagi Bob. “Shea, berhentilah, berhentilah.” Bob segera menarik Shea dan menyadarkan Shea. 
“Aaaah! Iiii!” Ia menunjukkan kepalanya kesakitan. 
Bob memeluk kepala Shea, “Aku bersamamu.” 
Gwen masih teringat dengan pandangan yang dimiliki oleh Shea, ia baru saja berhadapan dengan penyakit Burns yang ingin membunuhnya. Gwen pun menyadari seakan-akan ia merasa terancam. Ia memiliki jiwa Patrols, selama ini ia kira menkarantina para penyakit Burns itu tidak beradab, dan ia melihat sendiri hasilnya. Gwen kemudian melihat apa yang dilakukan Bob. Gwen melihat juga tubuh Ben yang berada di bawah sana, Gwen begitu marah pada keputusannya sendiri. 
“Shea, ingat Shea, kamu ingin menang, bukan?” Bob mengajak Shea yang terus mengerang dalam pelukan Bob, “Kalahkan, Shea. Aku tahu kamu ada di dalam sana. Kalahkan, Shea. Sebentar lagi kita akan menang.” 
Dalam pikiran Shea adalah ia tidak lagi dapat bertemu dengan orang yang ada didalam pikirannya semenjak kemarin malam. Rasa sakit ini lebih dari yang pernah ada. Tangannya sampai gemetar, bibirnya yang berdarah itu pun gemetar. 
“Jangan menyerah, Shea! Jangan biarkan mereka menghukum mu. Kumohon, Shea.” Bob pun berbisik, “Kumohon, siapapun yang selalu menuntun Shea. Bawa Shea kembali.” Gemuruh lalu kembali datang. 
Kali ini, tanah-tanah Muse Hall terbelah. Bebatuan tinggi pun jatuh. Gwen pun ikut terjatuh. Namun, Gwen berusaha mencari pegangan, hingga akhirnya ia selamat sampai bawah. Gwen segera berlari pada tubuh Ben. Ia menyelamatkan tubuh Ben dari belahan-belahan tanah yang berusaha membuat mereka terjerumus.
Bob melihat retakan tanah mendatangi mereka. Lalu, terbukalah tanah itu. Shea berteriak, “AAAAAAAAA!!!” Lalu, Shea segera mendorong Bob ke salah satu bagian tanah, Bob seakan tak sempat melakukan apapun karena Shea tiba-tiba melakukan hal itu dan segera mengagetkan dirinya. Keduanya terpisah oleh belahan retakan tanah. Mereka berdua tidak terjatuh, tapi keduanya dijauhi oleh jarak yang keduanya tak bisa loncati.
 Bob memperhatikan Shea yang tersungkur dan menundukkan kepalanya. Shea merasakan tangan yang baru saja menyelamatkan dirinya dan Bob, ia kembali pada dirinya sendiri. Shea lalu memandangi dirinya yang baru saja gemetaran melawan penyakit Burns itu sendiri. Shea seakan dapat merasakan dirinya mampu. Lalu, ia segera menengok ke arah Bob. 
Tepat, apa yang ia lihat, mengejutkan dirinya sendiri. Gwen memegang batu besar dan memukul kepala Bob dari belakang. Ia hanya memandang sekilas pandangan Bob yang tidak melihat apa yang ada di belakangnya. Lalu, kepala Bob mengucurkan darah, Bob merasa pening, dan pukulan kedua kembali dilakukan oleh Gwen, Bob segera tersungkur. Gwen memandang Shea dengan terengah-engah. Gwen begitu membenci Shea dan ia menunjukkan dirinya melempar batu besar itu masuk ke dalam jurang belahan tanah itu. Kemudian, Gwen menendang tubuh Bob masuk juga ke dalam jurang tersebut. “AAAAAAAA!!!!” Teriak, Shea. 
“Ha...ha...” Terdengar suara tawa Gwen. Ia membalas apa yang telah dilakukan
Shea kepada Ben. “Kau pikir kau bisa memenangkan pertandingan ini, Burns?” Seru Gwen. Shea mendengar hal itu dan ia tidak mengerti apakah Gwen adalah kawan atau lawan. “Sekarang tinggal kita berdua, bukankah seharusnya pertandingan ini berakhir, bukan?”
Gwen meneriaki para Warriors di atas sana, “Akhiri pertandingan ini!” Shea merasakan amarah yang amat sangat. Gwen mulai menantang, “Aku yang akan menjadi pasangan Warriors mu. Apakah kau masih mau? Ha ha ha!” Tawanya. 
Shea mulai meneriaki Gwen, “AAaah! AAAKH!” Shea seperti panik dan tidak dapat mengeluarkan apapun. Ia tidak mengerti mengapa Gwen melakukan hal itu. Shea juga kembali memandang ke bawah memanggil Bob, “OOO! OOO!” Ia berharap Bob dapat mendengarnya. Shea tidak dapat loncat, mulutnya bergetar untuk bersiul, ataupun memikirkan ini waktu yang tepat untuk bersiul. Shea meraung-raung. 
Gwen kemudian mendatangi tubuh Ben yang berada di dekatnya. Tawa Gwen berubah menjadi isakan dan cucuran air mata, “Hai, Ben. Aku memenangkan pertandingan ini. Maukah kau bangun, sekarang?” Ben sama sekali tidak bergerak. Leher Ben seperti terkilir, dan itu yang membuat Gwen yakin Ben tidak hidup. “Ini semua salahku. Aku, begitu bodoh.” Gwen mencium kening Ben lalu bibirnya, “Aku tak akan membiarkanmu pergi sendirian. Aku tidak bisa hidup tanpa mu.”  Airmatanya membasahi wajah Ben hingga masuk ke dalam mulut Ben. 
“Apa maksud anak itu?” Maiden Vee mendengar perkataan Gwen. Begitu juga para binding balik telinga Warriors. 
“Seseorang, hentikan perbuatannya!” Ucap Fish. Tapi, Gwen tiba-tiba mengeluarkan seperti silet kecil, yang ada pada salah satu saku di pakaiannya. Ia membawanya sejak ia dipanggil kembali masuk dalam Muse Hall. Gwen segera memenebas kedua pergelangan tangannya dengan cepat dan darah keluar begitu banyak. Tidak ada yang dapat masuk sebelum pertandingan berakhir. Sebelum tersisa dua pemenang. Para binding kaki, bahkan tidak dapat masuk. “Apa maksudnya ini, bukankah sudah ditemukan pemenangnya. Gwen dan,” Sebelum mereka menyimpulkan hal tersebut, Ben terbangun. 
Ia terbatuk-batuk akan tanah, mungkin dikarenakan ada air masuk ke dalam mulutnya. Lehernya memang terkilir, tapi Ben segera mencoba meluruskan kembali. Ben memandang sekelilingnya dan mencoba mengembalikan pandangannya. Ia mendengar suara Gwen, “Ben...?” Ben seperti baru tertidur pulas, hanya itu. Badannya yang terlalu letih akan pertandingan sebelumnya lalu ia pada akhirnya tertimbun oleh tanah, Ben pingsan, namun badannya sendiri memilih untuk tertidur pulas.
Ben memandang darah disekitarnya, dan Gwen terkulai di sebelahnya dengan dua pergelangan tangannya mengeluarkan darah. “Gwen! Apa yang terjadi?” Ben memeluk Gwen, tapi pandangan Gwen lebih menakutkan. Ia pucat pasi. Ben melihat ada silet dan Ben tahu Gwen baru saja melakukan bunuh diri. Ben mepertahankan pandangan Gwen, “Lihat aku, Gwen. Lihat aku, don’t you dare die for me, Gwen!” Ben segera menekan kedua pergelangan tangan Gwen dan mengangkatnya ke udara. Lalu, Gwen pingsan. 
Shea melihat semua itu dan ia hanya terpatung. 
Para Old Voyages dan Warriors, mereka tidak dapat berbuat apa-apa, hingga Muse Hall mendengungkan suara yang mengerikan itu lagi. 
Air mata Shea seperti habis. Ia memulai pertandingan ini dengan Bob, dan Bob tidak ada bersamanya di saat kemenangannya. 
Ben sendiri meneteskan air mata sambil tetap mengangkat kedua tangan Gwen yang terus meneteskan darah. Ben memulai pertandingan ini untuk selamanya bersama Gwen, kali ini itu merupakan pilihan terburuk yang pernah ia ambil. 
Selesainya suara dengungan Muse Hall itu. Tanah-tanah yang terbelah itu mulai kembali, gemuruh itu mengembalikan seluruh batu yang telah pecah dan rusak, kembali menjadi semula. Demikian juga, yang terjatuh, Bob. Muse Hall menerbangkan Bob dari bawah, ia pingsan. Tanah kembali menyatu dan Bob tergeletak tidak jauh dari Shea berada. Shea hanya memandang, ia tak berani mendatangi.
Para Warriors dan para Patrols masuk ke dalam lapangan dan menolong mereka berdua. Salah satunya, adalah ayah Gwen sendiri, Foulcan Abboth. Mereka segera menyelamatkan Gwen dan keluar dari lapangan, demikian pula Bob yang pingsan. Ben sendiri terus bersama Gwen, hingga ia keluar dari lapangan. 
Shea pun didatangi para Patrols, ia sama sekali tidak bergerak. “Nak,” Patrol Ened, itu yang Shea lihat pertama kali, tag pada pakaian sang Patrol, “Kau tidak apa?” Patrol Ened mengulurkan tangan didepannya, “Kau menang, Nak. Ayo, keluar.” 
Para medis tidak berani mendatangi atau menyentuh Shea, karena sudah tersebar kabar ia seorang berpenyakit Burns. Hanya Patrols yang dapat memegang para penyakit Burns. Tangan Shea masih gemetar, tapi ia meraih tangan sang Patrol. Dengan tegas, Patrol Ened mengangkat Shea. Patrol Ened mengambil selimut dari para medis dan melingkupinya pada Shea. Shea memandangi orang-orang di sekelilingnya. 
Pandangannya berubah menjadi jelas. Salah satu orang medis berkata padanya, “Kau benar-benar seperti baru saja tertimpa musibah besar.” Seorang medis lain bahkan berkata, “Ia benar-benar menyelesaikan dan melewatinya. She’s survived.” 
Patrol Ened mengajaknya berjalan dan mengarah pada pintu permata kali Shea datang bersama Bob. Pintu bunker Muse Hall. Shea menyadari ia akan melewati pintu itu dan hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Dalam hatinya, ia memanggil satu nama, “...Air, apa kau melihatnya? ”


















Chapter VIII
The Begin

Seluruh luka Shea dibersihkan air steril. Shea dibisikkan oleh binding balik telinga, Gliss, dan Shea tidak merasakan sakit apapun. Ia dimandikan, dan dengan kecepatan tangan binding tangan, Rain, seluruh lukanya seperti bersih tak bercacat. Shea berada di ruangan operasi, ia tertidur pulas. Namun, ia tiba-tiba saja terbangun, dan sudah berada di ruangan kamar. Ia memakai pakaian para masyarakat Whaledome pada umumnya. Kain berwarna hijau. Kamar itu berdekorasi dengan gambaran tumbuhan-tumbuhan dan pepohonan. Seluruh barang-barang berwarna kayu dan hijau. Ia melihat ruangan itu memiliki kamar mandi tersendiri. Ia masuk dan ia melihat kamar mandi yang indah seperti yang dimiliki oleh ruangan Rain. Shea menyadari ia berada di salah satu ruangan kamar Warriors. Shea mendatangi pintu kamarnya yang tinggi dan terukir gambar satu pohon besar, dalam hati Shea, ia tahu itu pohon Whaledome Nose. Knob nya sendiri terukir seperti ada dedaunan yang merambat. 
Shea membuka pintu itu dan ia berjalan di lorong Warriors yang pernah ia lewati. Ia berjalan menuju satu pintu yang ia tahu, podium Muse Hall. Ia terus melangkah dan ia menemukan ujung lorong yang dihadapannya pintu Muse Hall.
“Apa yang kau lakukan?” suara dari belakang Shea mengagetkan dan Shea segera berbalik, Phil di sana. Phil sendiri juga memakai kain hijau, “Kau ingin masuk kedalam Muse Hall. Kamu pikir kamu bisa masuk, Burns?” Shea yang mendengar itu segera pucat pasi. Entah kenapa, tiba-tiba Phil segera memeluk Shea, “Syukurlah kau tidak apa-apa,” katanya. Phil memeluk erat tubuh Shea yang bahkan lebih kecil dari badan Phil. Shea tenggelam dalam harum badan Phil yang besar itu. Harum badan yang menenangkan.
 “Apa yang kalian lakukan?” tiba-tiba suara Moon dan Luna lewat. 
“Euh...” ucap Luna, “Ternyata, suka daun muda.” 
Moon segera menarik Luna, “Ayo, biarkan saja mereka berdua.” Mereka berdua pergi menuju arah lorong lain, Phil dan Shea segera melepas pelukan mereka. 
Phil segera mengisi kekosongan, “Mereka memang seperti itu.” Shea hanya memandang Phil karena ia sendiri cukup menikmati pelukan itu. “Apa kamu sudah bertemu dengan Ben, pasanganmu?”
Pasangan? Itu merupakan kata yang asing bagi telinga Shea. Ben bukan lah pasangan Shea, Ben adalah pasangan Gwen. “Aku dapat mengarahkan mu menuju kamarnya.” Shea hanya mengangguk. Kemudian Phil memimpin perjalanan mereka berdua. “Kau tentu tahu para lelaki Warriors tinggal di kamar ujung lorong ini. Hal ini, untuk menghargai keberadaan para wanita Warriors dan melindungi keberadaan mereka.” Shea melewati pintu-pintu kamar dengan simbol-simbol ukiran yang berbeda, “Ukiran pada pintu untuk memberikan kenangan pada Warriors akan keberadaan mereka berasal. Sepertimu, Whaledome Nose.” Shea mengangguk-angguk. “Kau dan Ben adalah pasangan Warriors pertama yang berasal dari Section Line Fanners. Para Fanners jarang ingin menjadi Warriors karena keberadaan Fanners sama pentingnya dengan keberadaan Warriors, bahkan tanpa Warriors lebih baik daripada tanpa Fanners.” Tiba-tiba Shea membuat bahasa isyarat, “Maaf, aku tidak mengerti.” Phil menghentikan jalannya. Shea pun berusaha berkomunikasi dengan Phil, lalu ia menunjukkan gestur kedinginan. “Oh, ya, Selain Fanners, Section Line Icers juga penting.” Shea mengangguk. 
Mereka kembali berjalan dan Shea dapat melihat ujung lorong itu. Tiba-tiba pintu terbuka, dan Gliss dengan kain hijaunya yang memiliki potongan berbeda, mendapatkan perhatian Shea, “Ah, Shea.” 
Shea memiliki penghormatan yang paling besar kepada Gliss. Ia yang memberikan banyak bantuan selama ini, yang mungkin seorang Burns seperti dirinya tidak layak mendapatkannya. Shea memperhatikan ukiran pada pintu Gliss. Ukiran itu seperti tong sampah dan sapu, namun dengan artistik ukiran yang cukup nikmat untuk dilihat. Shea tidak dapat membayangkan, tapi ia tahu Gliss berasal dari Section Line Domers, seksi orang-orang yang merawat kebersihan dan mesin-mesin pengolah kotoran yang dikeluarkan dari masyarakat The Whaledome. 
“Bagaimana kabarmu?” Tanyanya. Shea tersenyum lebar. “Senang melihat mu dapat tersenyum. Ah, kau sedang memikirkan Section Line asalku, ya? Ya, orang tuaku dari Domers. Aku sendiri sempat menggantikan ayahku ketika ia sakit. Ia seorang Sewagers.” Shea benar-benar takjub dengan gambaran yang diceritakan Gliss. 
“Euh...” goda Phil. Namun, keduanya hanya tertawa. 
Shea segera berbahasa isyarat kepada Gliss. Banyak hal yang ia ingin ucapkan terima kasih, seperti salah satunya bisikan yang diberikan pada masanya di Truth Bearer Field. Phil tidak mengerti apa yang mereka bicarakan tapi Gliss dapat mendengar bisikan hati Shea. Shea merasakan ia menang dikarenakan Gliss. Gliss menjawab, “Bisikan ku sudah lama pergi, Shea. Sejak kamu masuk final, semua itu adalah kemenangan mu sendiri.” Shea terkaget. “Dan, apakah kau ingat suara mu yang kembali, Shea?” Shea lalu teringat ketika ia minum dan muntah. 
Phil mengerti, ia dapat melihat gambaran ingatan mereka berdua, “Apa maksudnya, Gliss?” 
Gliss menjelaskan, “Keys menaruh obat penawar agar Shea terlepas dari bisikan ku yang dulu. Dan kau tahu siapa yang berhasil membuatmu bersuara kembali, Shea?” tanya Gliss. Shea berusaha mengingat, dan ia tahu suaranya kembali karena ia muntah, seperti otot suara dalam tenggorokannya bekerja kembali. “Ben tahu kau mungkin keracunan dan ia memukul bagian vital yang dapat membuat mu muntah. Dia memang anak yang cerdas.” 
“Selama ini kau tahu Shea berpenyakit Burns?” tanya Phil. 
Gliss hanya tersenyum, “Aku harap perayaan hari ini berjalan lancar, Shea.” Lalu, terdengar dari dua pintu tidak jauh, berseberangan, keluarlah Ben. Semua memperhatikan. 
“Shea?” panggil Ben. Ben sendiri sudah kembali layaknya Ben sebelum final. Seluruh luka dan bahkan wajahnya sehat. 
“Pergilah,” Ucap Phil dari belakang. Shea segera mendatangi Ben. 
“Apa kamu ingin masuk?” Ben mengundangnya masuk ke dalam kamar. Ukiran pada pintu kamar Ben adalah kipas angin dengan rambatan-rambatan dedaunan yang indah. Shea membayangkan ayah dan ibu Ben merupakan gambaran akan ukiran tersebut. Dekorasi ruangan itu hampir sama persis dengan Shea namun dengan sentuhan yang maskulin bagi pria. Pintu pun tertutup. Ben hanya berdiri di depan pintu. 
Shea yang berdiri di hadapan Ben mulai berbahasa isyarat. Ben hanya memandang kosong pada Shea. Shea mulai berhenti bergerak. Tiba-tiba Ben datang mencekik Shea. Ben dan Shea terjatuh ke lantai. 
Ben menindih Shea dan terus mencekik Shea. Shea benar-benar terkejut dan ia memandang wajah Ben yang sekuat tenaga ingin mencekik dirinya. Apakah ini
dikarenakan Gwen? Apa yang terjadi pada Gwen? Hanya itu yang ada dalam pikiran Shea. Lalu, Shea mengalir air mata. Ia memang layak untuk dibunuh. Ia bahkan telah melupakan keadaan Bob. Bagaimana keadaan Bob saat ini?  
Seperti yang ia perkatakan dalam bahasa isyarat, di labirin bebatuan, sebelum Ben memutuskan memegang tangan Shea. “Kau bilang aku bisa membunuhmu jika kau berubah menjadi Burns,” Ucap Ben saat masih mencekik Shea, “Dan aku tidak lagi mempercayaimu,” Ben melanjutkan. Shea sudah megap-megap, lalu ia menutup matanya. Kedua tangan Shea hanya memegang lengan kain Ben. Shea sama sekali tidak melawan. Ia tahu, waktunya sudah tiba. Ia tidak mungkin juga berpasangan dengan Ben. Jika ia berpenyakit Burns, penyakit itu akan menular pada Ben. Itu adalah hal paling terburuk yang dapat diberikan kepada Ben oleh Shea, setelah Shea juga membuat Ben tidak dapat berpasangan dengan Gwen untuk menjadi Warriors.
Satu tarikan nafas terakhir Shea dari mulut atau hidungnya, tiba-tiba Ben melepaskan cekikannya. 
Shea segera terbatuk dan menarik nafas sedalam-dalamnya. Shea membuka matanya, dan Ben sudah berdiri. Ben mengulurkan tangannya. Shea segera mengambilnya dan ia pun berdiri. “Kau baik-baik saja?” Shea mengangguk-angguk. “Ternyata benar, apa yang mereka katakan. Kau sudah bisa mengontrol penyakit Burns mu.” 
“Aaaa...uhuk!” Shea terkaget. Ia sambil menghapus air matanya. 
“Mereka bilang kau sudah bisa mengontrol penyakit Burns mu.” Ben segera memberikan kain basah, dingin, “Taruhlah di leher mu.” Shea mengikuti apa yang Ben katakan. “Duduklah.” 
Shea terduduk di sofa tempat tidur. Ia meremas kain basah itu dan menaruhnya pada memar-memar pada leher. Ben terduduk di sebelahnya. “Aku, tidak mau menjadi Warriors.” Ucap Ben. “Aku ingin menjadi dokter dan menyelamatkan orang-orang sakit di Whaledome. Para Warriors adalah petarung. Ia sama seperti Patrols. Aku bukanlah seorang petarung. Aku hanya berusaha melindungi orang-orang yang kusayangi. Gwen.” Kata-katanya yang terakhir membuat Shea ingin menanyakan keadaan Gwen. Shea menanyakan dengan bahasa isyarat.
“Aku sendiri tidak tahu sudah berapa lama aku diobati dan tinggal di kamar ini. Kau tertidur cukup lama, Shea. Kurasa sudah tiga hari setelah kita memenangkan pertandingan. Terakhir aku melihat Gwen. Ia kehabisan banyak darah, ayahnya mentransfusi cukup banyak. Aku menunggu hingga para dokter selesai operasi dan mengatakan kalau Gwen selamat. Aku tidak sempat melihat Gwen bangun. Para Patrols sudah membawaku lebih dulu.” Shea hanya memikirkan Ben lebih beruntung dibandingkan dia yang sama sekali tidak mendatangi Bob yang pingsan di tengah lapangan Muse Hall sebelum ia dibawa oleh para Patrols. “Kudengar, hari ini, Gwen dan Bob akan datang pada perayaan.” Shea tahu dari perkataan Ben, Bob selamat. Itu cukup melegakan.
Ben memandangi Shea, “Maafkan aku, Shea.” Shea hanya memandang Ben. “Aku tahu kau menginginkan hal ini. Tapi, kau tahu kan, Warriors, dua tubuh, satu jiwa. Aku mencintai Gwen.” Shea mengerti. Shea kembali lagi berbahasa isyarat, lalu Ben tertegun dengan perkataannya. “Kau bersedia mengundurkan diri?” Shea mengangguk-angguk. “Ya, kita bisa kembali bekerja di Whaledome Nose dan kita bisa menjadi teman.” Senyum Ben. Shea tersenyum mendengarnya. “Maafkan aku telah mencekik mu.” Shea tertawa, ia masih menepuk memar-memar merah di lehernya dengan kain basah. “Kurasa sudah menghilang merahnya.” Ben memberikan kain putih, sapu tangannya. Tangan Shea basah, Ben pun spontan segera membersihkan air-air pada leher Shea. “Aku senang kau berhasil melawan penyakit Burns mu, Shea.” Shea hanya memandangi Ben yang menyeka lehernya. “Aku percaya padamu. Bahkan ketika kita menjadi Warriors,” ucapnya, “Tapi, aku takut Gwen tidak bisa menerimanya. Aku harap kamu mengerti.” Ben selesai menyeka leher Shea. 
Shea segera bersuara, “Aeiii... UUUuu.” Ia menunjukan bahasa isyarat kalau ia percaya juga kepada Ben, bahkan ketika ia dicekik tadi. “Beeuuaaaa...eees.” Shea ingin mengatakan kata janji. Ia tahu janjinya pada Ben, hanya Ben yang mampu membunuhnya tanpa ada keraguan. Itu yang membuatnya percaya pada Ben. Karena, hingga saat ini saja, Shea tidak mempercayai dirinya berbahaya atau tidak bagi orangorang di sekitarnya. 
Shea memberikan bahasa isyarat mengatakan: jangan pernah berubah. Dan, Ben menjawab, “Ya.” Lalu, terdengar suara derakan dari luar. Para Patrol telah datang. Mereka menjemput para Warriors untuk dibawa ke anjungan Truth Bearer Field. Salah satunya mengetuk pintu. Ben segera membuka dan Patrol Ened disana. Shea segera berdiri dari sofa karena ia mengenal Patrol itu. Ben dan Shea pun keluar. 
Para Warriors ditemani satu Patrol berbaris dan berjalan melewati mereka. Alex, Sharon, Humm, dan Gliss sudah berada jauh di depan. Shea mendapatkan senyuman dari Rain, tatapan hangat Dolora dan Wandina, tatapan Phil memperhatikan leher Shea, lalu mulai dari Keys, Fish, hingga King dan Queen sama sekali dingin memandang mereka berdua, dan Pin yang sempat memberi jabatan tangan pada mereka berdua sambil kembali menyatakan kalau binding dahi sangat mengharapkan mereka memilih binding itu, lalu Chow dan Tien yang menunduk sopan, Moon dan Luna yang selalu misterius, dan terakhir Patch dan Adam. Mereka berhenti dan menyalami.
“Pikirkan ini seperti arak-arakan,” Ucap Adam. “Kita akan berjalan sepanjang lantai 50 The Whaledome. Dimulai dari kita keluar dari Centros dan berjalan terus hingga pada Truth Bearer Field. Disana, keluarga dan sanak saudara kalian akan menyambut kalian beserta Old Voyages. Bukan hal yang sulit, bukan?” Keduanya mengerti dan mereka pun mulai ikut berjalan di belakang Patch dan Adam bersama dengan Patrol Ened. 
Lorong itu sama seperti lorong-lorong The Whaledome pada umumnya. Daerah Warriors tinggal dan Muse Hall adalah daerah paling ujung, mendekati lantai Dunia Bawah Tanah, Detown. Namun, Detown adalah bagian bawah tanah lain dari The Whaledome. Mereka pun masuk ke dalam lift, lift itu hanya cukup bertiga. Patrol Ened ikut masuk disana, “Setelah ini kita akan langsung keluar di bagian Centros Departemen Dek. Para Warriors bekerja disana memperhatikan seluruh bagian The Whaledome memimpin para Patrols, Pangers, dan dokter maupun ilmuwan.” Ben memperhatikan hal itu.  “Menjadi seorang Warriors, ia harus memimpin keempat bagian itu. Mereka memiliki kekuatan dari Ancient Gift Stones, itu yang membuat mereka dihormati. Kalian akan berbeda dari diri kalian yang sekarang. Bukan hanya menyatunya jiwa kalian, tapi seluruh pikiran dan ingatan kalian akan melebih dari manusia biasa. Kalian sudah pasti melebihi Patrols dan dokter maupun ilmuwan.” Lalu, pintu lift terbuka. 
Patrol Ened berjalan memimpin, Shea menunggu Ben bergerak. Ben seperti terdiam sebentar. Namun, ia kembali berjalan. Para Pangers di sana memberi tepuk tangan, dengan ketukan yang sama. Mereka tidak berbicara dan mereka hanya bertepuk tangan. Udara di sekitar menjadi dingin, karena pandangan mereka seperti tidak bersahabat. Banyak layar-layar, baik Shea dan Ben memperhatikan layar-layar itu menyorot aktifitas kehidupan seluruh lantai Whaledome. Mereka tetap berjalan menuju pintu keluar, lalu dari sana, terdengarlah suara sorakan besar-besaran. Masyarakat The Whaledome riuh berteriak dan memanggil kedua nama mereka.
Para Patrols telah membentukan pagar sehingga para Warriors dapat berjalan. Ben dan Shea hanya terus berjalan namun mereka tetap mendapatkan sorakan yang meriah. Shea mengenal jalan-jalanan ini. Ia biasa berjalan bersama Sang Nenek atau Kakek Penjaga Hutan, menemaninya untuk datang ke Truth Bearer Field. Di antara para penyorak itu mungkin teman-teman sepermainannya, yang selama ini selalu menjauhinya. Shea sekarang disorak-soraki, namun dengan pengertian berbeda, ia kini disanjung. 
Lalu, entah datang dari mana, ada yang melempar Shea dengan bubuk putih. Namun, Ben segera tahu ada yang mendatangi Shea, dengan cepat Ben bergerak menarik Shea dan memeluknya. Punggung Ben yang terkena bubuk putih itu. Itu adalah bubuk makanan. Semua terkaget. Patrol Ened segera berteriak untuk orang yang melempar itu ditangkap. Semua ribut. Namun, mereka dengan cepat menemukannya. Shea mengenal sang pelempar. Hanya saja, ia tidak pernah mengenal nama orang itu. Keluarganya adalah yang terkena penyakit Burns. Ia tidak pernah menyukai keberadaan Shea di Whaledome Nose, karena ia satu-satunya anak yang cacat namun tidak pernah ditangkap. Sedangkan tiga anaknya mengalami perubahan bentuk pada badan mereka, mereka semua ditangkap. 
Orang itu hanya berteriak, “Detown! Detown!” Lalu, para Patrols menarik orang itu menjauh dari kerumunan hingga tidak terlihat lagi. Para masyarakat kembali menyoraki dan menyalami. Seakan-akan mereka tidak menganggap hal itu baru terjadi.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Ben. Shea mengangguk. Patrol Ened meminta mereka untuk bergegas. Mereka pun berjalan cepat. Para masyarakat tahu mengenai rumor Shea merupakan anak yang berpenyakit Burns. Namun, mereka semua diberitakan sesuai dengan standar pertandingan Warriors, bahwa semua yang berhasil di pertandingan Warriors ini adalah yang memiliki kebebasan dari Penyakit Burns. Yang Shea tahu, karena pertandingan Warriors inilah ia mampu mengendalikan penyakitnya, bukan terbebas. 
Sampai lah mereka di pintu gerbang Truth Bearer Field. Terakhir kali Shea melihat ialah pada The Gala, King dan Queen. Terakhir kali ia disini, ia bersama Bob. Dimanakah Bob berada?  Mereka memasuki stadium, yang sama seperti Gala. Namun, terdapat bagian tempat duduk, podium, dan disana para Old Voyage berada. 
“Ayah, Ibu,” ucap Ben. Ben segera berlari ke suatu arah. Ayah dan Ibu Ben menyambut Ben di dalam lapangan. Dari kejauhan, Shea melihat dua sosok bayangan yang juga berada di dekat Ayah dan Ibu Ben. Shea tahu itu Nenek dan Kakek Penjaga Hutan. Shea segera berlari kencang dan mendapatkan pelukan mereka berdua. 
“Selamat, Nak. Selamat.” Ucap Sang Kakek.
“Terima kasih, kau selamat.” Ucap sang Nenek. 
Shea menangis di pelukan mereka berdua. Sang Kakek bahkan mencium kening
Shea, “Jangan pernah lupakan rumah mu, Nak. Hutan Whaledome selalu menerima mu.” 
Shea mengangguk, lalu ia berbicara, “EAaaa.” 
Sang Nenek dan Sang Kakek takjub, keduanya ikut terharu. “Kau bisa berbicara, Nak. Kau berbicara.” Shea terus mengeluarkan suaranya dengan kencang dan mereka bersuka ria bersama. 
Di dalam lapangan tidak ada masyakarat yang boleh masuk. Mereka semua terduduk di kursi penonton yang mengelilingi Truth Bearer Field. Shea memandang Ben dan mereka berdua sama-sama tersenyum satu sama lain. Namun, senyuman Ben segera hilang, Shea tidak mengerti. “Shea?” 
Shea mendengar suara di balik punggungnya. “ooo!” Shea segera beranjak dan memeluk Bob. 
Bob memeluk lebih erat lagi, “Kau berhasil.” Bisik Bob, “Kau hebat.” Shea mengangguk, “Aku percaya kamu akan menjadi seorang Warrior yang hebat.” Shea tidak memberikan tanda tentang kesepakatannya dengan Ben. “Aku akan masuk Patrol, dan aku akan menjagamu, Shea.” Shea hanya memegang wajah Bob dengan tulus, “Aku harap kita masih dapat banyak bertemu Shea.” Shea mengangguk kembali, Shea ingin memberitahu mengenai kemampuannya yang baru dapat mengontrol penyakit Burns. Namun, Bob tidak mengerti, ia hanya tertawa, “Kurasa aku harus banyak belajar bahasa isyarat.” Shea hanya tersenyum. Mereka kembali berpelukan. Bob memperhatikan Ben di belakang Shea mendatangi mereka. 
Bob menyalami Ben, Shea diantara mereka berdua. “Selamat, Ben.” Ben mengangguk. "Aku mempercayakan Shea pada mu.” Ben hanya memandang Bob, “Demi Gwen, Ben. Lakukan demi Gwen.” Shea tidak mengerti. 
Lalu, Ben bertanya, “Dia tidak datang ya?” 
Bob menjawab, “Tidak, dia ada di barisan depan. Dia, hanya tidak mau berjumpa dengan mu dan Shea.” Shea mendengar hal itu, “Maafkan aku, Shea.” Ucap Bob. Shea hanya tidak enak dengan keadaan itu. Shea pun memandang Ben dan ia menunjukkan pandangan kalau ia tetap pada pendiriannya. Sesuai dengan janjinya. Ben seperti menerawang, ia memikirkannya.

Lalu, para Patrol mengamankan Ben dan Shea. Bob, keluarga Ben, dan kedua kakek nenek Shea segera dikeluarkan dari lapangan, mereka ditempatkan pada tempat duduk khusus, tempat duduk para keluarga Warriors. Sang Kakek melihat di sekelilingnya. Cukup banyak orang tua dan beberapa orang berumur. Namun, seorang perempuan muda, berambut cokelat dan pendek potongannya, ia duduk sendirian, tepat di sebelah Sang Kakek. Nama perempuan itu, Woe, seorang buruh di Sector Lines Resources. Ia memandang kedatangan Sang Kakek dan Nenek begitu dalam. Sang Kakek pun memberikan tangan untuk bersalaman, namun Woe segera memalingkan muka tidak berbicara. Tepat ceremony itu pun dimulai.
Setiap tahun,

Jadi nanti pas lagi ceremony diperkenalkan seluruh Sector Lines dan Warriors, hingga terakhir Old Voyages. Lalu, diputar video Burns. Itu yang membuat Ben memilih untuk menerima. Gwen disitu patah hati banget. Gwen percaya Ben harusnya ga akan ambil. Bob senang banget karena dengan itu Shea bisa terlepas dari jeratan Detown. 
Ceremony nya di depan seluruh masyarakat The Whaledome. Di situ, Gwen benarbenar benci banget dengan Shea apalagi Detown. Gwen pun sebenarnya tahu siapa-siapa yang merupakan Detown. Ben tahu Gwen berubah tapi dia memilih untuk Shea, ditanyalah mereka mau binding apa, lalu Ben bilang, “Mata.”
Yang kesenangan Phil dan Shea. Saling berpandangan segala macam, pas selesai, karena Shea punya double portions, Ben pun juga dapat kekuatan yang lebih. Seketika itu juga, Ben tahu siapa Shea dan orang dibalik Shea. 

Epilognya: Press Conferrence untuk launching buku Another Past. Beberapa menanyakan pengertian dari Another Past. Dari salah satu kursi penonton, ada Ened di sana. Gwen pun menceritakan tentang pandangannya akan reinkarnasi. Gwen bilang itu mungkin seperti dongeng, tapi bagi Gwen dia dapat menggambarkan nya seperti kisah ini. Lalu ada yang menanyakan gender yang berbeda dengan namanya digunakan. Gwen hanya tertawa dan mengatakan ia mengikuti perkembangan zaman dimana pemeran heroin wanita sangat diharapkan. Tapi ada yang menanyakan apakah Gwen seorang homo. Gwen menjawab tidak. Gwen menjelaskan ia tidak terpikir sampai sana. Semua tertawa, tapi Gwen menegaskan ia selalu melihat selalu ada sisi feminim dan maskulin dalam tiap orang. Gwen tertarik dengan karakter Ben dan ia menyebutkan bahwa Ben akan menjadi peran penting di installment kedua. Lalu akhirnya ada yang menanyakan bagaimana perkembangan karakter Shea. Lalu, Gwen mulai terdiam. Si penanya menanya lebih lanjut, apakah karakter Shea memang begitu spesial. Gwen hanya terdiam. Sang moderator mencoba menolong. Gwen entah kenapa ia menutup mata, lalu terlihat sekilas bayangan yang terjadi di installment kedua. Moderator menanyakan keadaan Gwen tapi Gwen akhirnya menjawab, itulah yang ingin disampaikan dari kisah ini. Bukan adanya karakternya, bahkan karakter Gwen pada akhirnya bukan hal penting. Karakter Shea akan membawa para pembaca mengerti dunia The Whaledome sebenarnya. Lalu terlihat kilas balik suara Shea berteriak kepada Gwen yang akan menembak. Gwen pun hanya tersenyum sambil mengerutkan dahinya. Dan si penanya menanyakan mana yang lebih penting, terlihat ada dua pemeran utama wanita. Lalu Gwen memandang Ened. Ened sudah berjalan akan pergi. Gwen menjawab, “Aku berharap Gwen yang dapat kalian cintai, tentunya.” Semua tertawa. Ened terlihat menggeleng kepala lalu pergi. Lalu ada yang menanyakan, “Mungkinkah ini diangkat ke layar lebar?”

Karena di another present. Monolog: Gwen menangis-nangis. Ia berada di depan mesik ketiknya. Gwen melempar semua barang dan berharap ia dapat melepaskan semua kesesakan di hatinya. Ia sedang berada di musim dingin, salju. Gwen mencoba untuk membuka jendela dan ia tahu udara dingin masuk menusuk hingga ke tulang-tulangnya. Nafasnya berembun tebal. Ia mendapat telepon dari Elena, dimana menjadi mailbox dan suara Elena sama persis dengan suara Shea, di dalam pikiran Gwen. Elena menanyakan kabar di tempat dingin itu, bagaimana salju. Elena lalu bilang ia berharap Gwen dapat kembali ke daerah pantai tropis itu. Gwen segera mendatangi handphone nya sebelum Elena mematikan. Gwen bilang, “Aku membunuhnya.” Elena pun membalas, “Apakah sudah sampai sana?” Gwen membalas, “Apakah yang kulakukan benar?” Elen menjawab, “Kau sudah melakukan yang terbaik, Gwen. Mungkin kau dapat membicarakan hal ini dengan Ened.” Gwen mencoba menghapus air matanya. Elena melanjutkan, “Ened bilang ia akan datang besok.” Gwen lalu menjawab terima kasih sudah memperhatikannya selama ini tapi Gwen membalas jangan menelepon dirinya lagi. Elena terdiam. Gwen menjawab, “Jika aku menjadi kau, seharusnya sejak awal kau sudah membenciku.” Lalu telepon ditutup. Gwen melihat ke bawah. Seorang tukang kebun membersihkan saljusalju di taman. Dan Gwen memandang menutup mata, ada Ben di sana.
Openingnya baru tuh Gwen nyeritain betapa ia mencintai Ben tuh bahkan sampai detil Ben tuh ngerti banget banyak hal setelah menjadi Warriors. Ia yang paling dicalonkan menjadi pemimpin Warriors. Tapi yang paling membuat Gwen sedih adalah ia tahu persis bagaimana ingatan Shea akan Ben yang selalu memperhatikan Gwen dari jauh, berusaha membenci Gwen karena jahat terhadap Burns, tapi tetap mencintai Gwen. Ben tidak pernah memberitahu efek dari binding dengan Shea. Ben selalu menutupi, namun Shea memang benar telah mampu mengendalikan. Masalahnya, Ben yang belum bisa mengendalikan. Nanti diceritain tentang video Teye Hangen dan hilangnya Air. Ketika Ben menyelidiki kehidupan Detown, Shea menyelidiki rahasia di hari Air menghilang. Disini, Shea menjadi dekat dengan Phil karena Phil memang berharap ia bisa berbicara dengan Air dalam mimpi Shea/ penglihatan Shea. Bob di lain pihak berada di posisi berusaha menjadi tangan kanan Gwen. Bob menjadi mata-mata bagi Ben. Di sini konfliknya itu Ben dengan Old Voyages, rahasia Old Voyages selama ini. Shea bermasalah dengan Resources, orang-orang di luar Whaledome, nanti Shea berkenalan dengan anak perempuan bernama Woe. Woe adalah orang yang tahu kejadian yang sebenarnya tapi ia menyimpan segalanya. Katanya, ada bagian The Whaledome yang sudah dihasut untuk kembali pergi ke atas.
Nanti Ben nya dicenangkan memiliki kemampuan yang sama dengan Air. Ini terkadang membuat Fire cemburu. Snow dan Shea berteman. Shea membangun hubungan dengan Bob. Phil cemburu. Semua mengira dengan penglihatan yang ada, Air masih hidup. Sampai nanti ada apa gitu, Ben mati di hadapan Shea, Gwen, dan Bob. Tersadarlah Shea, Air sendiri juga sudah mati. Hanya sebagian jiwanya masih berada dalam alam pikiran Shea. Menolong.
Di Another Future, Gwen lah yang membunuh Ben sendiri. Itu yang menyakitkan. Ia merasa jahat banget. Padahal intinya Gwen terjebak dalam rencana ayahnya, Old Voyages, dan Another World sendiri. Di Another Future, lebih menjelaskan tentang Another World itu apa. Hingga endingnya, Gwen sendiri yang naik ke atas bumi. Bob yang sejak awal berusaha menolong Shea juga gugur bareng Shea. Old Voyages semua mati, Sharon, Alex, Olds, Rain, Rock, Moon, Luna, Kings dan Queen, Jelly, Pin dan Bill. Yang tertinggal hanya Joe, Rum, Adam dan Patch, Fire dan Snow, Humm dan Gliss, Phil, Dolora dan Wandina, Key dan Fish, Chow dan Tien. Mereka semua di atas bumi melihat keadaan yang mengerikan. The Whaledome tertimbun di bawah. Mereka pun mengeluarkan semua orang dari The Whaledome. Karena merekghjgrciuytvuhgjkh a tahu tidak ada yang adil merengut sinar matahari dari mereka semua.
Lalu, Gwen yang mendapat kekuatan Shea, ia melihat sendiri betapa Ben mencintainya. Dan ia melihat semua ingatan Shea, hingga Gwen tidak tertahan lagi. Terakhir, Gwen ingin kembali ke Muse Hall. Di sana, Phil mengejar dan berteriak kalau ia ga mau Gwen juga pergi. Gwen pun hanya menyentuh, lalu, ia berharap itu bisa menyelesaikan segalanya. “Tell, tell our stories. Warn them.”
Epilog: Gwen memandang tempat yang dimaksud akan terjadi kejadian semua itu. Entah kenapa, dari belakang, ada seorang perempuan, Benedicta.  Benedicta penggemar tulisan Gwen. Benedicta hanya mengajak Gwen berbicara, “Bukankah kita bisa menikmati hari ini?” Gaya yang sama seperti yang dilakukan Ben pada Gwen. 

...Happy Ending. 

Comments

Popular posts from this blog

One Last Time

Richard Armitage and Lee Pace, another confession so far.