“I ALWAYS THOUGHT YOU’DE BE THE ONE TO SAVE ME. I WAS
WRONG. YOU’RE THE ONE THAT PUSHES
ME OFF THE EDGE.”
Summer 2013, Patong Beach
Hiruk pikuk jalan raya di siang hari
terdengar dari jendela yang setengah terbuka dari rumah susun sederhana milik
Gwen. Gwen dengan hanya memakai kaus kutang, celana pendek, mengipaskan diri
dengan lembaran Koran. Kakinya satu ia naikkan ke atas sisi kursi yang ia
duduki, ia terduduk di depan meja memandang mesin ketiknya.
Di sekitarnya begitu berantakan, seperti
bungkusan mie instant bertumpukan, buku-buku berserakan, dan baju-baju kotor
tidak tahu mana lagi yang layak dipakai. Ruangan itu, tepatnya kamar Gwen
sendiri. Beberapa inci dari meja itu, langsung tempat tidur besi dengan kasur
yang sudah tua, bahkan terlihat lebih tua dari umur Gwen.
Di dalam ruangan itu, hanya ada kipas
angin. Gwen hanya memandang beberapa saat ke arah kipas angin itu dan ia menghela
nafas, lalu kembali memandangi mesin ketiknya. Lalu, pintu kamar Gwen diketuk
dari luar,
“Gwen, ini aku, Ened.” Suara lelaki dari
luar. Gwen hanya menggeram, begitu malas ia hanya untuk memperbolehkan
seseorang itu masuk. Pintu terbuka, dan sesosok lelaki tinggi, berbadan tegap,
begitu langsing, berpakaian kaus oblong yang menunjukkan otot-otot kencangnya,
berambut keriting seleher, berwarna merah diwarnai. Ened tersenyum, menunjukkan
kesenangannya melihat Gwen.
“Apa yang sebenarnya kau lakukan?” Ened
tertawa sambil berjalan menuju tempat tidur, ia terduduk di sampingnya, tempat
paling terdekat dengan kursi Gwen. “Kau tidak cukup mendapatkan inspirasi?”
Ened menyodorkan, minuman kaleng dari kresekan plastik yang ia bawa. Gwen
mengambil dengan cepat dan membukanya tanpa berpikir panjang. Ia segera
meminumnya.
“Bukankah hari ini begitu panas?” Gwen
berbicara dengan suara yang begitu lelah, “Aku tidak bisa memikirkan apapun
untuk tulisan baruku.” Gwen kemudian mengacakacakkan rambutnya yang sudah
panjang, berikat kuda di belakang. “Aku mencoba memikirkan tentang non-fiksi
apa lagi yang belum kutulis. Tapi segalanya sudah tertulis.”
“Kamarmu begitu berantakan.” Ucap Ened,
“Kau mau kubantu rapikan?” Ened segera berdiri dan mulai memungut baju kotor.
Ened hanya memandang dari jauh seakan ia sebenarnya kurang berekspresif.
“Panas sekali!” Gwen yang sudah kehabisan
minuman, ia seperti melemaskan seluruh punggung dan bahunya pada sandaran
kursi. Gwen benar-benar berbeda jauh dari Ened, ia agak bongsor, dan brewokan.
Tapi, dengan ia memakai kaus kutang, ototototnya pun begitu terbentuk hingga
tidak dapat dilupakan. Sayangnya, ia begitu jorok. Ia tidak dapat melakukan hal
lain selain menulis dan menyeduh makanan atau minuman apapun. Hal paling rajin
yang dapat ia lakukan adalah mengepang rambut panjangnya. “Kau tahu, Gwen?”
Tiba-tiba Ened yang sambil berkeliling kamar berbicara, “Kita bisa saja
langsung memulai penulisan kisah tentang diri kita sendiri.” Gwen
menggelenggeleng,
“Orang yang membaca akan membawa diriku,
seorang pecinta non-fiksi, dipertanyakan karena membuat fiksi.” Ucap Gwen.
“Baiklah,” Ened mulai berpangku tangan
sambil bersandar pada dinding di dekatnya, “Aku dapat membantumu. Kau tahu
gerakan terorisme dan sindikat sedang banyak diperbincangkan.”
“Hal
yang menjijikkan.” Ucap Gwen.
“Apa
menurut mu cara terbaik mencabut akar dari keberadaan hal itu?”
“Kau tak akan pernah bisa mencabutnya
selama masih ada orang di sana senang melihat kematian atau pertumpahan darah.
Akar? Ya, pengajarannya. Ajaran balas dendam.” Ened mendengar itu hanya
terdiam, “Apa yang telah terjadi di pemerintahan sebelumnya, biarlah berlalu.
Yang terutama adalah penerusnya. Terorisme dan sindikat tidak akan pernah
memberikan perdamaian bagi masyarakat.”
“Kau
bisa membedah hal itu.” Ened tersenyum.
“Aku
tidak mau memulai Perang Dunia III.” Jawab Gwen.
“Kau tahu maksud ku, Gwen.” Tatapan Ened
mulai serius, “Aku membicarakan tentang kisah kita. Bukankah itu keberadaan
kita hingga saat ini? Menceritakan tentang keberadaan kita?”
Gwen dengan cepat berdiri berjalan menuju
jendela dan segera mengangkat pintu jendela itu. Jendela itu terbuka lebar dan
ia melihat jalan raya. “Negara tropis yang panas. Aku tidak pernah menyangka
bisa seterik ini. Udara di luar bisa tidak bisa bernafas.”
“Kau yang bilang, ingin sekali melihat
laut, setiap hari, jika kau bisa mendapatkan kesempatan itu.” Ucap Ened. Gwen
segera berbalik. “Apa gunanya, kebebasan kita saat ini tanpa ada mereka?”
“Aku tidak pernah mengatakan aku tidak akan
menulis, Ened. Aku… aku sudah lama melakukannya.” Ucap Gwen. Ened terdiam. “Ada
di laci samping tempat tidur ku.” Ened memandang ke arah laci itu dan ia segera
mendekati, membuka lacinya, dan mengambil sebuah lapisan kulit layaknya sampul
buku, dan memiliki ikatan, mengunci apa yang ada di dalamnya. Ened membuka
ikatan itu. Dan didalamnya, sebundel kertaskertas, cukup tebal, dan hampir
setiap lembar penuh dengan kata-kata.
“Kita akan menerbitkannya sekarang.” Ucap Ened dengan senang. “Gwen
tersenyum. “Apa yang harus ditunggu lagi?” Ened berdiri sambil memeluk Gwen,
“Terima kasih, kawan.”
“Aku hanya belum selesai.” Gwen terdengar
ragu, “Maksudku, itu belum menceritakan tentang kita, Ened. Aku menuliskan
tentang Shea.”
“Aku mengerti.” Jawab Ened. “Aku akan
mencoba membacanya.” Ened kemudian berjalan meninggalkan Gwen, “Kurasa aku
harus pergi. Tugasku sebagai editor, menunggu.”
“Ened?” Gwen memanggil. Ened hanya
berbalik, “Tak bisakah kita menunggu beberapa hari lagi, kau tahu cerita itu
belum selesai kutulis.” Ened hanya tersenyum. Ia terus melangkah ke depan pintu
utama.
“Cobalah terus menulis. Ingatan datang
kapan saja.” Ucap Ened. Gwen menghela nafas lalu pintu tertutup. Ia tahu maksud
perkataan Ened, kalau Ened akan tetap menerbitkannya,meski buku itu belum
selesai. Gwen melihat dari jendela. Menunggu melihat Ened keluar dari gedung
dan berada di jalanan.
Ened keluar ke jalan, ia berjalan dengan
membawa bundelan itu. Ketika beberapa saat, seorang wanita cantik melewatinya.
Ened segera berhenti, dan terlihat berbalik badan. Ened kemudian bergerak
berbalik arah dan mengejar wanita cantik itu. Mereka berkenalan. Lalu, berjalan
bersama.
Gwen hanya tertawa. Ia kemudian kembali
menatap ke mesin ketiknya itu. “Kurasa aku harus memulai melatih imajinasiku,
ingatanku.” Ia berbicara sendiri. Ia melangkah ke tempat lain di dalam ruangan.
Ruangan itu begitu berantakan. Ened sempat merapikan baju-baju kotornya, namun
buku-buku tetap betebaran dimana-mana. Buku-buku karangannya sendiri, Gwenneth Throne. Tulisan-tulisan nya
berbau politik, perkembangan perekonomian, permasalahan hak asasi manusia,
budaya lokal, dan penelitian. Di dinding kamar, terpampang artikel-artikel
mengenai dirinya menjadi sorotan media.
Ia dikenal dengan pemuda jenius yang mampu
memberikan pandangan-
pandangan baru di
dunia modern ini. Gwenneth tertulis berasal dari perguruan tinggi di atas gunung. Dari perguruan tinggi
terpencil, ia mampu mengerti hampir seluruh penyelesaian dari permasalahan yang
ada di dunia saat ini. Ia berumur 23 tahun saat itu. Sekarang, ia berumur 29
tahun.
Gwen mendekati kembali mesin ketiknya, kali
ini ia sudah berpakaian rapi. Ia hanya menutup jendela, mematikan kipas angin,
dan mengambil dompet di atas meja. Ia segera berangkat keluar. Ia berjalan di
lorong yang kumuh dan menuju lift, yang ada di ujung lorong.
Pintu lift terbuka sebelum ia sempat menekan tombol. Di dalam nya,
seorang wanita berambut hitam legam, panjang ikal, dan berponi rata. Wajahnya
berdandankan eyeshadow hitam dan bibir berlapis warna merah terang. Gwen
terkejut, sama seperti wanita itu.
“Hai, Elena.”
Gwen memulai perbincangan. Wanita itu tidak menjawab apa-apa. Gwen berbicara
lagi, “Apa… apa kau ada keperluan di lantai ini?” Gwen mengenal Elena.
Elena Lou, berpakaian hitam, dengan gaya teraneh yang bisa Gwen simpulkan.
Tapi, Elena tetap tidak menjawab, bahkan bergerak. Gwen pun akhirnya masuk ke
dalam lift, ia hendak memencet tombol, dan ia melihat seluruh tombol lift
dihidupkan. Gwen memandang Elena seakan tidak percaya, bersamaan dengan pintu
lift itu tertutup.
Setiap lift itu sampai ke satu lantai,
pintu lift itu terbuka, dan tidak ada yang masuk. Lalu, pintu lift tertutup
lagi. Gwen sebenarnya ingin keluar saja, tapi itu akan sangat mengganjal
baginya, karena pertama kali dirinya dan Ened pindah ke negeri tropis ini, dan
memiliki rumah susun termurah yang ada, Elena adalah orang yang pertama kali ia
sapa. Elena, mengingatkannya kepada Shea.
Seakan,
ingatannya akan buku yang ia tulis kembali merema. Ia dan Elena sama sekali
tidak berbincang, tidak berpandangan. Namun, pintu lift terus tertutup dan
terbuka. Entah apa yang ada di dalam pikiran Elena. Dalam pikiran Gwen, ia
berharap apa yang ia tuliskan adalah cukup sebagai awal. Gwen menutup matanya.
Ia pindah ke negeri tropis ini karena ia ingin sekali hidup setiap hari melihat
pantai. Bahkan, ia memilih rumah susun termurah tersebut karena ia mampu
mendengar desiran ombak pantai dimana pun ia berada, termasuk di dalam lift.
Suatu hal yang selama ini dalam ingatannya, seperti
tidak pernah ia
lihat sebelumnya.
Lift itu terus turun. Hingga, sampai di lantai bawah. Pintu terbuka,
dan seseorang di sebelah Gwen, bukanlah Elena. Ia berpakaian putih, dengan
rambut yang sama, panjang ikal, berponi rata, hanya saja warna rambutnya pink
muda. Kali ini,
Gwen membuka matanya dan memandang seseorang itu. Gwen tersenyum,
“Hai,
Shea.”
Chapter I
The
History
Kisah ini dimulai ketika terjadi Perang Dunia ke III. Perang Dunia III ketika seluruh dunia sudah
memberlakukan free boarding, seluruh dunia selayaknya satu Negara semata. Dan
tentunya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hingga
kemudian perang itu terjadi, layaknya tidak ada tempat yang aman dimanapun itu.
Tidak ada tanah hijau, air yang bersih, ataupun makhluk hidup. Semua berusaha
mengalahkan lawan yang lain dan tidak ada yang memikirkan perdamaian.
Di saat itu, orang-orang kaya berdatangan
ke NASA dan meminta untuk membentuk kapal luar angkasa terbesar, untuk mereka
meninggalkan bumi yang sudah tidak layak untuk tinggal lagi. Kapal luar angkasa
itu benar berhasil dibuat dan dari semuanya, hanya ada satu orang kaya yang ingin menyelamatkan
orang-orang miskin. Orang itu meminta pihak Ahli Geologi dan Meteorologi
membangun Dunia Bawah Tanah, suatu kubah bawah tanah yang sangat besar untuk
dihidupi semua orang. Namun, perang yang terus terjadi menyebabkan pergerakan
perginya orang-orang kaya ke NASA menjadi ketahuan, demikian pula dengan
pembangunan Dunia Bawah Tanah.
Mereka yang jahat, berusaha menghancurkan
itu semua. Orang kaya yang ingin ke luar angkasa berusaha secepat mungkin
meluncurkan kapal mereka dan orang kaya yang membangun Dunia Bawah Tanah itu,
secepat mungkin menyelamatkan mereka yang ingin diselamatkan. Namun, tidak ada
yang tahu kapan mesin bom waktu meledak, seseorang sejak awal merencanakan apa
yang menurutnya terbaik untuk Perang Dunia ini dan ia pun meledakkan bom nuklir
di seluruh wilayah dunia. Di saat itulah, seluruh kapal luar angkasa meluncur
dan pintu menuju Dunia Bawah Tanah mulai ditutup.
Kisah ini telah menjadi kisah 70 tahun lamanya
bagi orang-orang Dunia Bawah Tanah untuk mengenang kemurahan hati seorang yang
kaya yang mau membangun kubah terbesar yang pernah ada di seluruh dunia, yang
disebut The Whaledome. Selama 70
tahun lamanya, The Whaledome hidup berdasarkan cahaya listrik, dan mereka mampu
bertahan. Namun, 20 tahun terakhir, terdengar kegemparan bahwa mereka yang ada
di dunia atas menyerang Dunia Bawah Tanah. Para Tetua The Whaledome menyebut
diri mereka Old Voyage, menceritakan
orang-orang yang berada di atas sana adalah mereka yang selamat dari bom nuklir
dan termasuk di dalamnya mereka yang berasal dari kapal luar angkasa, mereka
orang-orang kaya, yang menjadi sahabat dari sang orang kaya yang membangun The
Whaledome, mereka ingin merebut keberadaan The Whaledome karena di atas sana,
kehidupan setelah bom nuklir adalah tidak layak lagi. Dan mereka yang tinggal
di kapal luar angkasa itu juga tidak mungkin bertahan lama di luar angkasa
sehingga mereka kembali ke bumi dan mendapati bumi mereka tidak sama seperti
yang dulu. Semua orang di atas sana berusaha merebut The Whaledome, Old Voyage
memberikan mereka label sesuai dengan nama kapal luar angkasa itu, dalam buku
harian Sang Orang Kaya, Another World.
Semenjak Another World pertama kali menyerang
The Whaledome, para tetua Old Voyage pun mempersiapkan para jiwa-jiwa muda,
memulai mendapatkan wajib militer. Namun, kehidupan wajib militer ini, bagi Old
Voyage tidaklah cukup, mereka membutuhkan para pemimpin muda. Oleh karena itu,
Old Voyage mengangkat orangorang muda. Perang Dunia telah terjadi 70 tahun lalu
dan para anak muda tidak bertumbuh untuk berperang, namun diajarkan untuk
mencintai The Whaledome. Sayangnya, serangan Another World itu pun mengharuskan
mereka untuk berlatih berperang. Yang pada akhirnya, Old Voyage harus membuat
suatu pelatihan, yang disebut Rebellion.
Rebellion mengisahkan dalam setahun
terdapat dua belas bulan, dan setiap anak muda yang telah berumur 13 tahun
harus memulai pelatihan nya untuk pada akhirnya mengumpulkan nilai mengikuti
pertandingan Warriors, pada akhir
tahun. Warriors seperti pertandingan adu ketangkasan untuk semua nilai
pelatihan yang telah didapat, terlebih lagi untuk mereka yang mendaftar harus
mendapatkan pasangannya karena pemenangnya akan menjadi pasangan yang akan
mendapatkan anugerah berubah Ancient
Enchants Gifts, didapatkan oleh para pendiri The Whaledome, teori sains
dari menyatukan dua jiwa manusia akibat tegangan listrik, memberikan efek
kemampuan melebih dari manusia biasa. Ancient Enchants Gifts ini hanya dimiliki
oleh para tetua Old Voyage, mereka semua menyatukan jiwa-jiwa mereka dan
mendapatkan kekuatan sama kuat satu sama lain namun mereka tahu mereka sendiri
harus memiliki penerus, dan Warriors lah jawabannya.
Rebellion telah berjalan
selama 14 tahun sejak 20 tahun lalu. Selama penyelenggaraan, 28 orang telah
terpilih dan memiliki kekuatan yang melebihi manusia biasa, sama dengan yang
dimiliki Old Voyage, namun perbedaannya, para tetua Old Voyage memiliki semua
kekuatan yang sempurna dari Ancient Enchants Gifts, sedangkan
Warriors hanya
diberikan satu dari tujuh keajaiban Ancient Enchants Gifts. Ketika Warriors
akan dianugerahkan Ancient Enchants Gifts, mereka akan diperlihatkan
masingmasing kekuatan dan kelebihan-kekurangan yang dimilikinya. Salah satu
keajaiban itu akan dimasukkan ke dalam kedua Warriors melalui penyatuan kedua
jiwa Warriors, disebut binding.
binding ditandai dengan warna rambut yang dipilih untuk dipakai keduanya
selamanya. Warna rambut itu akan secara menyeluruh mengenai syaraf otak dan
mempengaruhi anggota tubuh yang mendapat kepemilikan keajaiban apa yang
dimiliki oleh Warriors tersebut.
a.
Bagi yang memiliki binding di
jantung, dengan warna rambut merah, ia memiliki ketahanan badan tujuh kali lebih kuat dari manusia
biasa.
b.
Bagi yang memiliki binding di
balik telinga, dengan warna rambut hijau, ia memiliki kemampuan mendengar suara sejauh atau tembok manapun
berlapis-lapis.
c.
Bagi yang memiliki binding di
tangan, dengan warna rambut ungu, ia alih melaksanakan sesuatu dengan tangannya sangat cepat dan
bijak.
d.
Bagi yang memiliki binding di dahi, dengan warna rambut white
grey, ia memiliki otak yang
cerdas.
e.
Bagi yang memiliki binding di
kaki, dengan warna rambut biru, ia mampu berjalan seperti layaknya orang berlari secepat apapun.
Bahkan mampu melebihi kecepatan pesawat.
f.
Bagi yang memiliki binding di
punggung, dengan warna rambut emas, ia mampu bertahan pada
segala tusukan, tembakan, bahkan api sekalipun. Seluruh anggota tubuhnya mampu
mengeluarkan kekuatan sekuat gunung batu.
g.
Bagi yang memiliki binding di
mata, dengan warna rambut pink, ia akan mampu melihat sejauh manapun mereka inginkan, dan mereka
dapat bermimpi. Terlebih lagi, efeknya sangat besar, mereka, para pasangannya
dapat melihat apa visi yang masingmasing ingin perlihatkan.
Dari 14 tahun itu, telah terpilih 28
Warriors, namun terdapat sejarah kelam, pada putaran ke-6, disanalah Another
World untuk kedua kalinya menyerang, dan ketika Warriors ikut berperang, salah
satu Warrior yang baru saja memenangkan pertandingan gugur di medan perang.
Semenjak itu, Warriors bersepakat menyembunyikan nama asli mereka, untuk
menyembunyikan masa lalu mereka, termasuk sang Warrior yang telah gugur itu.
Bahkan, semenjak itu juga, para anak muda yang mengikuti Rebellion mendaftar
diri mereka dengan nama panggilan saja, itu menjadi gaya bagi mereka. Selain
itu, selama 14 tahun berlangsung, dua kali pemutaran tujuh keajaiban diberikan,
masingmasing keajaiban didapatkan oleh empat Warriors, hal itu membuat di dalam
Warriors sendiri ada pengelompokkan warna.
Chapter II
The
Burns
Selama 70 tahun mereka hidup di dalam The
Whaledome, ternyata bom nuklir itu mempengaruhi kehidupan mereka. Beberapa
mereka memberikan efek penyakit-penyakit kulit, penyakit dalam, hingga
kegilaan. Para tetua Old Voyage saat itu bersama Sang Pendiri, mereka
mengklasifikasikan orang-orang itu Burns.
Burns dikatakan penyakit yang diawali
dengan penyakit kepala, neuron dalam kepala seperti terbakar, kemudian itu
mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Belum lagi dengan perubahan
lingkungan, banyak orang-orang generasi pertama diselamatkan mengalami penyakit
kulit dan penyakit dalam, namun bagi mereka yang mengalami penyakit burns
bersamaan dengan penyakit lain mengakibatkan tekanan psikologis yang berat
hingga harus diasingkan dan bagi mereka yang tidak terselamatkan, mereka
menjadi gila. Dengan demikian, penyakit Burns ini menjadi panggilan bagi mereka
semua yang mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan kehidupan
sebelumnya.
Penyakit Burns diusahakan untuk tidak tertular
hingga akhirnya, dibangunlah, di Dunia Bawah Tanah, wilayah Detown. Detown adalah tempat para
orang-orang Burns, bahkan disana mereka dibiarkan gila hingga mati. Hal ini
dikarenakan penyakit Burns menunjukkan keganasan, perubahan mental, dan juga
perubahan wujud. Detown hingga kini dijagai oleh Old Voyage dan hingga saat ini
juga, segala perubahan bentuk lain hingga kecacatan yang dianggap mengganggu
neuron otak, akan segera diklasifikasikan sebagai Burns dan dibawa ke Detown.
Dari semua kisah sejarah ini, ada seorang anak
perempuan, yang sejak kecil dikatakan sebagai salah satu yang mengalami
tanda-tanda Burns. Anak perempuan ini dilahirkan dari keluarga yang memang di
tingkat pekerja buruh, atau sering dikenal dengan sebutan Sector Lines.
Namun karena dikatakan memiliki tanda-tanda
Burns, ayah dan ibunya berusaha menyembunyikan nya. Ayah dan ibunya merawatnya
hingga berumur 10 tahun, namun di waktu itulah Another World melakukan
penyerangan kedua mereka. Para tetua Old Voyage, enam pasangan Warriors, dan Patrols (Para Polisi) berperang hingga
titik darah penghabisan. Ayah dan ibu anak perempuan itupun harus ikut
berperang dan akhirnya ia dititipkan oleh Kakek dan Nenek Penjaga Hutan The Whaledome. Hutan The
Whaledome adalah daerah yang paling dekat dengan permukan bumi, wilayah yang
dapat melihat langsung langit bumi dari Dunia Bawah Tanah Secara tidak langsung
dapat dikatakan, tempat yang paling krusial terjadi kebocoran udara dari dunia
luar, namun di sana juga, adalah tempat paling aman karena alur ventilasi udara
The Whaledome terbentuk. Namun, ayah dan ibu anak itu tidak pernah kembali
selama serangan satu malam pertama.
Nenek Penjaga Hutan itu pada awalnya
menyadari kalau anak perempuan itu memiliki tanda-tanda Burns. Namun, Kakek
Penjaga Hutan mengasihi anak perempuan itu sama seperti ibunya dan Kakek itu
selalu memberikannya seduhan-seduhan tradisional yang ia racik dari tanaman di
Hutan The Whaledome. Lalu, saat itu, ternyata perangnya hampir mencapai Hutan
The Whaledome. Kakek dan Nenek Penjaga Hutan tidak diperingati dan anak
perempuan itu sedang bermain di luar rumah.
Anak perempuan itu melihat di depan matanya
sendiri sesosok bersenjata Another World akan menembaknya dan ia berteriak,
sesosok Another World itu segera menembak ke leher anak perempun itu. Anak
perempuan itu tersungkur dan saat itu juga anak perempuan itu melihat bayangan
punggung dari seseorang menghancurkan orang Another World itu. Anak perempuan
itu mulai kehilangan kesadaran dan bayangan orang itu begitu gelap dimatanya.
Anak perempuan itu kesakitan dan hampir mati, lalu orang itu seperti
menyandarkan dahinya pada dahi anak perempuan itu dan menenangkan anak
perempuan itu. Kesakitan anak perempuan itu menggenggam sabuk gelang, tanda
prajurit perang, pada pergelangan tangan orang itu. Sesaat cahaya besar nampak
dari langit bumi. Kakek dan Nenek Penjaga Hutan The Whaledome juga melihat ada
cahaya sangat besar hingga mereka pun tidak sempat melihat ada seseorang
bersama dengan anak perempuan itu. Setelah cahaya itu memudar, Kakek dan Nenek
Penjaga Hutan tidak melihat siapa-siapa lagi dan Para Warriors berdatangan.
Semua menemukan anak perempuan itu seperti memegang sabuk pergelangan tangan
dan ia segera dibawa untuk diselamatkan.
Anak perempuan itu selamat dan ia kehilangan
suaranya. Para Warriors mendapatkan sabuk pergelangan tangan itu adalah milik
kawan Warriors yang dinyatakan gugur dalam perang. Anak perempuan itu dianggap
satu-satunya orang yang terakhir diselamatkan oleh Sang Warrior. Namun, anak
perempuan itu secara fisik memiliki tanda-tanda Burns. Anak perempuan ini
dikenal sebagai anak pembawa sial bagi kalangan-kalangan masyarakat. Titik bola
matanya yang putih, rambutnya yang beruban di usia muda, dan ditambah anak
perempuan itu tidak bisa bicara.
Akhirnya Old Voyage pun menurunkan keputusan memeriksa tanda-tanda
Burns yang dimiliki anak itu apakah benar membuatnya harus ditempatkan di
Detown. Ternyata, ketika diuji, anak itu memenuhi semua persyaratan sebagai
anak perempuan pada normalnya. Hanya matanya yang tidak memiliki pigmen dan
suaranya yang hilang akibat luka tembakan. Para Warriors yang melihat itu
menyimpulkan bahwa yang dikenang dari kawan Warriors mereka yang gugur ialah
untuk menunjukkan bahwa anak perempuan itu harus dibebaskan dari jeratan hukuman
Burns. Akhirnya Old Voyages memutuskan bahwa anak perempuan itu tetap hidup dan
diperlakukan layaknya anak normal The Whaledome beserta hak-haknya.
Anak perempuan itu tumbuh dan matanya tetap
menunjukkan ketidaklayakannya hidup bersama masyarakat The Whaledome. Bagi
Kakek dan Nenek Penjaga Hutan The Whaledome, sang anak perempuan ini tumbuh
sebagai anak yang tekun dan berbudi pekerti. Anak perempuan itu sering
diceritakan sesosok anak perempuan yang berantakan, rambutnya hitam beruban
keriting panjang dan tidak teratur. Anak perempuan itu tetap dikenal sebagai
anak pembawa sial, tidak ada yang mau menjadi temannya karena takut penyakit
Burns menyebar. Semua anak memanggilnya Shea (“Sial”), tapi sang Kakek dan
Nenek Penjaga Hutan selalu ingat nama sebenarnya Shea. Bagi Shea, selama Kakek
dan Nenek Penjaga Hutan bersamanya, semua akan baik-baik saja, tidak boleh ada
yang memisahkan mereka.
Dengan bertumbuhnya Shea, demikian juga
berlanjutnya perekrutan Warriors, setelah berhenti tiga tahun akibat perang The
Whaledome dan Another World. Semua anak di The Whaledome dimulai memasuki umur
13 tahun, mereka mendapat kesempatan untuk mendaftar mengikuti pelatihan
Warriors. Selama masa pelatihan, mereka akan mendapatkan Poin-poin Kebenaran. Semakin tinggi poin kebenaran yang didapatkan,
akan mudah seseorang didekati oleh calon kuat pemenang Warriors lainnya.
Pemenang Warriors harus berpasangan, karena demikian dikisahkan mereka harus
dikirimkan berpasang-pasangan untuk saling mengingatkan dan saling menopang.
Bagi mereka yang tidak mendaftar Warriors
pada umur 13 tahun, diberi kesempatan hingga berumur 18 tahun untuk mendaftar
atau diharapkan bersegera mendaftarkan diri pada Sector Lines. Sector Lines tak lain adalah pelatihan pekerjaan
lainnya dengan peraturan yang sama, pada umur 18 tahun, seluruh pendaftar yang
telah mendapat poin kebenaran sesuai dengan bidangnya akan bertanding untuk
menjadi Leaders dari tiap Sector
Lines. Meski bukan seorang Warriors,
seorang Leaders akan menjadi pemimpin dari Sector Lines itu sendiri. Bagi
mereka yang mengikuti pertandingan baik menjadi Warriors maupun Leaders Sector
Lines namun gagal, akan diberi kesempatan hingga ia berumur 21 tahun untuk
kembali mencoba. Namun, jika telah melewati 21 tahun, bagi pendaftar Warriors akan
segera masuk sebagai Prajurit Militer / Patrol. Sedangkan bagi pendaftar Sector
Lines akan mendapatkan pekerjaan sebagai buruh-buruh sesuai Sector Lines
masing-masing. Namun, bagi mereka yang tidak mendaftar dimanapun hingga pada
umur 21 tahun, mereka akan dianggap pembelot. Bagi seorang pembelot, hukumannya
tidak lain adalah hukuman mati.
Shea dinyatakan memiliki penglihatan yang sebenarnya nilai
pandangnya mendekati minus dan tidak bisa kemampuan untuk mengikuti pelatihan
Warriors maupun Leaders, Shea tidak bisa memilih hal lain selain akan menjadi
seorang buruh-buruh. Kakek dan Nenek Penjaga Hutan selalu melihat bagaimana
Shea bertumbuh. Ia pendiam dan selalu memilih menyendiri di tengah hutan.
Namun, selalu mereka perhatikan Shea seperti berbicara dengan seseorang namun
tidak ada yang mendengar suara keluar dari mulut Shea. Shea terlihat seperti
mengigau atau melantur, hal itu disimpan erat oleh Kakek dan Nenek. Shea
diyakini oleh Kakek dan Nenek bahwa ia memang memiliki penyakit Burns. Namun,
setiap kali ia tidak sendirian, Shea mampu menjadi layaknya manusia normal. Ia
seperti melihat, ia seperti mengerti apa yang dibicarakan, serasa itu semua
adalah keajaiban.
Semenjak itu, Kakek dan Nenek Penjaga Hutan
selalu berargumen apa yang harus mereka lakukan terhadap Shea. Bagi Shea, ia
tidak bisa membangun hubungan yang baik dengan sang Nenek, namun ia berusaha
sebaik mungkin tidak memperlihatkan penyakit Burnsnya.
Apa yang sebenarnya terjadi ialah, penyakit
Burns yang dimiliki Shea tidak lain ialah kegilaan dan perubahan pada mata dan
rambutnya. Kegilaan karena ia tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain.
Matanya yang cacat membuat dirinya sebenarnya tidak dapat melihat dan dengan
suaranya yang hilang, ia tidak dapat membalas. Ia hanya dapat mendengar dan itu
menyebalkan. Shea sendiri memiliki sifat kesal pada dirinya sendiri. Ia tidak
mengerti dan ia berusaha memarahi dirinya sendiri. Namun, Shea selalu menemukan
suara di dalam pikirannya. Dan, suara itu selalu mengajaknya berbicara. Suara
itu yang membawa Shea menjadi mengerti bahasa orang-orang The Whaledome, bahkan
suara itu mampu memberikan Shea penglihatan akan apa yang ada di depannya.
Hanya saja suara itu datang ketika keadaan
membutuhkan, sehingga Shea selalu hampir tertangkap menunjukkan tanda-tanda
Burns, dimana ketika suara itu menghilang dan tidak lagi menuntunnya, Shea akan
mengalami ketakutan yang sangat hebat, dan sang Kakek selalu berusaha
mendapatkannya sebelum dilihat orang lain. Namun, Baik sang Kakek maupun sang
Nenek tidak pernah tahu suara apa yang ada didengar Shea, yang mereka tahu
suara itu adalah satu-satunya jalan keluar bagi Shea untuk dapat hidup
bersosialisasi.
Shea bertumbuh hingga ia berumur 13 tahun.
Sang Nenek mulai mempertanyakan apa yang harus dipilih oleh Shea untuk
mendaftar. Jika Shea tidak mendaftar, orangorang akan mulai menanyakan kembali
tentang Shea dengan penyakit Burns nya. Jika Shea mendaftar, Poin-poin
kebenaran bagi Shea akan menunjukkan juga apakah Shea memiliki penyakit Burns
atau tidak. Tidak sedikit anak yang ditangkap akibat kasus seperti Shea,
ternyata mereka memiliki tanda-tanda penyakit Burns. Bagi satu keluarga The
Whaledome, adalah hal yang najis ketika anaknya mendapatkan tanda-tanda
penyakit Burns, dari sana ayah dan ibunya tidak akan disalahkan, mereka hanya
akan melupakan. Sedangkan anak-anak mereka akan dibawa ke Detown.
Hingga di
suatu pagi, Sang Kakek dan Sang Nenek menemukan Shea tidak berada di Hutan The
Whaledome, mereka berdua mencari dan didapatkan Shea berada di tengah
Truth
Bearer Field The Whaledome. Lapangan ini biasa
dijagai oleh The Truth
Bearer. The Truth Bearer adalah para orang pilihan dari Warriors dan
Leaders dari tiap Sector Lines. Ketika seorang anak berumur 13 tahun, ia
diperbolehkan masuk ke dalam lapangan ini untuk mendapatkan Poin-poin Kebenaran
yang sesuai ia daftarkan. Bagi yang mereka tidak mendaftar sekalipun, The Truth
Bearer akan membantu menyingkapi poin-poin kebenaran apa yang ia miliki. Bagi
Sang Kakek dan Sang Nenek, keberadaan Shea di dalam lapangan itu adalah cari
mati, karena sekali The Truth Bearer melihat Shea, mereka akan segera tahu
tanda-tanda Burns. Saat itu, yang sedang berada di lapangan, dari Warriors,
adalah Gliss.
Sang Kakek segera secepatnya masuk ke dalam
lapangan namun tepat disana, Shea mendatangi Gliss. Gliss sesaat memandang Shea
dan ia terlihat menyadari Shea adalah anak perempuan yang dahulu diselamatkan
oleh Warriors. Sang Kakek mendatangi Shea, berharap Shea tidak ditangkap. Namun
Sang Kakek teringat jelas apa yang ia lihat. Gliss sesosok Warrior binding
hijau, ia memiliki wajah seperti perempuan cantik, namun ia laki-laki.
Gliss membungkuk dan tersenyum mengatakan,
“Anak perempuan ini mendaftar untuk Warrior. Kau benar-benar menginginkannya,
Nak?” Dan Shea tersenyum sambil mengangguk. Gliss menjawab, “Kurasa seseorang
itu benar-benar memberitahukannya padaku dengan sangat jelas. Sampaikan salamku
padanya.” Lalu Gliss melihat keberadaan Sang Kakek dan mendatanginya. Ia
berbisik pada Sang Kakek, “Jika bukan aku yang menjaga hari ini, anak ini
mungkin tidak begitu beruntung. Ia benar-benar memiliki Poin Kebenaran Seorang
Warrior. Hanya, tanda Burns juga ada padanya. Apa yang harus kulakukan, Kakek
yang Bijaksana?” tanyanya.
Lalu Sang Kakek itu menjawab, “Berikan anak
ini kesempatan untuk menunjukkan Poin Kebenaran nya. Berikan anak ini waktu.”
Gliss dilihat oleh sang Kakek sesosok yang sangat rupawan, “Bahkan seorang yang
rupawan seperti anda pasti juga memiliki hati dermawan.” Katanya.
Gliss tersenyum dan mengatakan, “Aku dapat
mendengar hati mu yang tulus untuk anak perempuan ini. Aku akan memberikannya
kesempatan.” Lalu Gliss seperti membisikkan sesuatu pada Shea. Shea seperti
bergumam lalu Gliss menjawab, “Anak yang baik. Suaramu indah.”
Sesaat setelah itu, Gliss segera
mendeklarasikan bahwa Shea telah mendapat poin kebenaran darinya dan ia mulai
mendaftar sebagai seorang Warrior. Semenjak itu, Shea mampu mendatangi Truth
Bearer Field dan mendapatkan Poin-poin Kebenaran. Poin-poin Kebenaran tak lain
adalah permainan-permainan ketangkasan yang sesuai dengan apa yang mereka
daftarkan. Shea untuk beberapa permainan ketangkasan tidak dapat diikuti,
seperti ketangkasan di dalam kegelapan dan ia harus bekerja sama keluar.
Matanya yang cacat dan tidak bersuara menyulitkannya. Shea juga tidak mampu
membaca dengan cepat. Namun, ia mampu mendengar dengan baik. Untuk ketangkasan
personal ia mampu menyelesaikannya dengan baik. Itulah mengapa dirinya tetap
tidak memiliki banyak teman. Shea terus berusaha sebaik mungkin selama 5
tahun.
Tibalah waktunya Shea berumur 18 tahun dan
mendaftar untuk pertandingan The Warriors. Sang Kakek dan Sang Nenek percaya
selama suara dalam pikiran Shea itu tetap menjaganya, ia akan baik-baik saja.
Sang Nenek untuk terakhir kalinya didatangi Shea sebelum Shea pergi ke
pertandingan, ia berpamitan. Sang Nenek menanyakan, apa yang sebenarnya terjadi
sehingga Shea saat kejadian Truth Bearer Field, tak ada yang menemukan
tanda-tanda Burns ada padanya. Shea memberikan kata-kata isyarat, dan dikatakan
kalau Gliss menghipnoptis badannya, selama ia berada di lapangan, tak akan bisa
badannya menunjukkan tanda-tanda Burns selama ia berada di Truth Bearer Field.
Shea juga mengatakan, pertandingan The Warriors ini mungkin terakhir kalinya ia
akan berjumpa dengan Sang Nenek, karena ia tahu tanda-tanda Burns akan terlihat
karena ia mungkin tidak lagi bertanding di lapangan Truth Bearer. Untuk
terakhir kalinya, ia ingin sekali sang Nenek memperbolehkannya bersalaman.
Namun, Sang Nenek bahkan segera memeluknya. Sang Nenek bilang, “Mengapa kamu
tidak memilih saja Sector Lines, mengapa harus sesulit ini, Nak?” Ia menangis
dan Sang Kakek melihatnya menjadi terharu. Malam itu, malam yang panjang.
Tiba fajar datang, Shea tahu kalau ia
sedang mendatangi jalan kematiannya sendiri. Ia hanya tidak ingin permasalahan
dirinya sebagai Burns membawa Sang Kakek dan Sang Nenek Penjaga Hutan The
Whaledome ikut dihukum. Shea mendengarkan suara dalam pikirannya, selama ini,
Shea menyadari seseorang Warriors adalah yang menjaganya. Shea ingin berjumpa
dengan Warriors itu, sesosok bayangan yang selalu hadir dalam pikirannya,
sesosok gambaran hitam yang selama ini menuntunnya. Ia tahu, jika ia masuk
sebagai Warriors ataupun Patrol sekalipun, ia akan menemui orang itu. Itulah
alasan utama ia masuk sebagai Warriors. Namun, ia tahu penyakit Burnsnya
sendiri juga akan terekspose, dan setidaknya ia mati nanti, telah berusaha.
Pada pendaftaran ulang pertandingan
Warriors, mereka yang telah melakukan pendaftaran ulang akan diminta memilih
pasangan mereka. Pasangan mereka dapat dilihat pada layar daftar Poin-poin
Kebenaran, beserta para peserta yang belum mendapat pasangan. Shea tidak dapat
melihat dan ia tidak mengerti, sehingga ia hanya terus menunggu hingga namanya
dipanggil. Untuk pemanggilan, seseorang akan memberikan tanda pager kepadanya
dan pager itu akan menunjukkan jalan terdekat untuk menemukan pasangan yang
memanggilnya. Ketika kedua pasangan itu telah setuju maka mereka akan
melaporkan diri dan keduanya segera masuk ke daftar pertandingan. Bagi mereka
yang hingga akhir tidak mendapatkan pasangan, ia hanya tinggal menunggu kembali
lagi tahun depan, setidaknya ia akan diberi kesempatan hingga berumur 21 tahun.
Dan benar, Shea pulang dengan cepat karena ia tidak mendapat pasangan.
Sang Kakek dan Nenek Penjaga Hutan
bersyukur setiap kali Shea kembali ke rumah. Selama 3 tahun, seberapa pun usaha
Shea menaikkan Poin-poin Kebenarannya, ia tetap tidak mendapat pasangan, hingga
tiba ia berumur 21 tahun. Sang Kakek sudah tahu Shea tetap akan maju untuk
tahun terakhirnya ini. Sang Kakek selalu bersih keras meminta Shea mengundurkan
diri dari pertandingan Warriors tersebut dan lebih baik pindah ke Sector Lines,
karena ada kawan-kawan Sang Kakek mau menolong Shea, jika Shea berpindah ke
pertandingan Sector Lines. Namun, Shea tetap percaya kepada suara dalam
pikirannya, tempatnya ialah di Warriors.
Sebelum melepaskan Shea pergi dan Shea
menggunakan bahasa isyarat bahwa ia hanya pergi beberapa hari, Sang Kakek
menjawab, “Pulanglah, Nak. Kembalilah ke Hutan The Whaledome.” Shea terharu
mendengar hal itu. Meski ia tidak berbicara, namun Shea berteriak dalam dirinya
kalau ia harus tetap pergi mencoba, meski ia bisa saja ditangkap pada akhirnya
jika ia dinyatakan berpenyakit burns.
Seluruh rakyat The Whaledome seperti
berencana ingin Shea gagal. Shea sama sekali tidak diberi kesempatan untuk
mengikuti pertandingan, sejak ia sampai di tempat menunggu pasangan pilihan.
Jika ia pada umur 21 tahun juga gagal mengikuti pertandingan, Shea
dikhawatirkan akan diangkat permasalahannya tentang tanda-tanda Burns yang
dimilikinya, kematiannya akan sia-sia. Pada tahun terakhirnya itu, Shea
sebenarnya sudah kehilangan harapannya. Ia berada di ujung tanduk dan ia
seperti ingin meledak. Ia memandangi pager yang ia pegang dan tak ada satupun
yang memanggilnya. Shea juga berusaha memencet asal-asalan apa yang ada pada
layar daftar peserta yang belum mendapat pasangan, namun setiap kali
didekatkan, pager itu hanya berhenti. Pasangan itu telah pergi sehinga Shea
harus mencari lagi. Sampai ia terduduk, ia hanya menunggu waktu pendaftaran
berakhir.
Chapter III
The
Meet
Pada tahun itu, seorang pendaftar baru
Warrior, berumur 18 tahun, datang. Ia dikenal dengan nama panggilan Bob
(“uang”). Bob adalah seorang anak yang pernah memiliki laporan kriminal. Bob
pada umur 7 tahun, ia membunuh ayah dan sahabatnya sendiri. Namun, saat itu
sebenarnya tidak ada bukti yang kuat bahwa ia telah membunuh, ia hanya dilihat
berlumuran darah dan ayah juga sahabatnya mati terkapar di depannya. Bob
memiliki masa lalu yang begitu mengerikan untuk diterima oleh anak berumur 7
tahun. Bob kemudian tumbuh di bawah pengawasan Patrol. Orang-orang yang
melakukan kejahatan namun tidak dinyatakan memiliki tanda-tanda Burns, dilatih
untuk menjadi Warriors. Mereka diajarkan untuk berbuat baik dan mengendalikan
naluri jahat mereka. Pada intinya, keberadaan mereka ada semenjak Perang dengan
Another World terakhir, dimana banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya
akibat perang dan memberikan efek psikologis untuk membalas dendam, termasuk
membunuh. Namun, untuk Bob, ia berasal dari keluarga yang keras.
Ayahnya merupakan dari Sector Lines dan
seorang buruh pekerja, tidak ada yang mengira tanda-tanda Burns ada pada mereka
yang telah diterima sebagai pekerja. Dan, hal itu memberikan efek Bob sejak
kecil mendapat tekanan psikis dan fisik dari ayahnya. Kisah dimana ayahnya
dibunuh oleh anaknya sendiri, saat itu, Bob hanya menangis sambil memeluk
sahabatnya, “Ia membunuh Bob. Ia membunuh Bob.” Semenjak itu, ia menghapus
namanya sendiri dan memakai nama sahabatnya. Kedua orang tua sahabatnya
ternyata dinyatakan terkena penyakit Burns dan mereka berdua bunuh diri
bersama. Kisah sedih di masa lalu Bob membuat Bob bertindak dingin kepada
dirinya sendiri.
Bob sebenarnya tidak peduli akan
pertandingan Warriors ini. Sejak awal ia telah hidup untuk menjadi Warriors dan
tidak dapat memilih. Demikian juga anak-anak yang tumbuh bersama dengan dia.
Baik kalah maupun menang, mereka akan tetap menjadi seorang Patrol The
Whaledome. Bob mengikuti pertandingan untuk pertama kalinya, dan saat itu, ia
melihat Shea. Sesosok wanita muda berambut hitam beruban panjang dan
berantakan. Pertama kali Bob melihat Shea, ia teringat akan sahabatnya. Namun
matanya yang putih, membuat Bob bertanya-tanya.
Bob mendatangi Shea dan bertanya, “Apa kau mau berpasangan denganku?
Siapa namamu?”
Shea segera memberikan isyarat dan Bob
tidak mengerti sama sekali. Bob bertanya, “Kau tidak bisa berbicara?” Shea pun
mengangguk. Bob bertanya, “Kau tak bisa melihat?” Shea pun mengangguk. Bob
bertanya, “Apa kau seorang Burns?” Shea segera terdiam.
Bob memegang rambut hitamnya, itu
mengingatkannya akan sahabatnya kembali. Bob bilang, “Sahabatku dan ayahku
adalah seorang Burns. Aku tidak takut pada para Burns.” Shea seketika
terhentak. Jawabannya menunggu selama ini ternyata datang sendirinya. Bob
bilang, “Ayo, kita daftar.” Dan, untuk pertama kalinya Shea akan menghadapi
pertandingan Warriors yang sebenarnya.
Bob bilang, “Aku tidak menjamin kau akan
melewati pertandingan pertama tanpa ketahuan kau seorang Burns.” Shea segera
memegang tangan Bob dengan erat. Bob seakan terkaget namun ia tahu, Shea tidak
ingin dirinya gagal. Bob bilang, “Aku juga telah menunggu saat ini lamanya,
tenanglah.”
Bob dan Shea dikenal dalam mereka yang
berhasil mendaftar sebagai pasangan yang tidak disangka. Bagi mereka, keduanya
dikatakan “A Fugitive Allys “. Bob, terutama, hanya terdiam dengan
ucapan-ucapan mereka ketika Shea sendiri tidak mengerti. Bob bilang, “Bagaimana
mungkin kau memiliki Poin-poin Kebenaran namun hingga sekarang tidak pernah
sekalipun kau ditangkap?” Shea kemudian memberikan isyarat yang tidak
dimengerti oleh Bob. Namun, mereka terus mengikuti ceremony pembukaan
pertandingan. Hingga akhirnya, semua pendaftar ada 100 orang, 50 pasangan. 100
orang ini dibawa ke lapangan Truth Bearer. Dan disana telah ada Pasangan
Warriors termuda: Patch dan Adam.
Keduanya baru menginjak umur 19 tahun.
Keduanya adalah saudara lelaki kembar, begitu gagah. Mereka layaknya model
papan atas, dengan rambut pendek biru mereka, keduanya menghipnoptis para
remaja perempuan The Whaledome. Apalagi dengan kemampuan mereka berdua yang
sangat cepat berlari. Mereka memiliki badan atletis yang diharapkan oleh semua
calon Warriors laki-laki. Dan, terlebih lagi, mereka begitu periang. Mereka
tahun lalu, menghadapi 13 penyeleksian, dan tidak ada yang menyangka bahwa
mereka pemenangnya. Dikisahkan, keduanya tidak pernah mendaftar sekalipun
menjadi Warriors sejak umur 13 tahun. Namun, pada umur tepat 18 tahun, mereka
mendaftar dan berhasil menyelesaikan seluruh penyeleksian. Mereka disebut pasangan
jenius, ramah serta penuh dermawan.
Patch mengucapkan: “Selamat datang para calon
Warriors. Seperti kalian ketahui, pertandingan ini akan berlangsung selama 14
hari dengan 14 penyeleksian, kalian akan diuji oleh seluruh Warriors yang ada.
Jika kalian mampu menyelesaikan penyeleksian pertama, kalian dapat berangkat
menuju seleksi berikutnya. Siapa yang mampu menyelesaikan penyeleksian ini
tercepat, merekalah yang berhak mendapatkan gelar Warriors pada tahun ini!”
Adam mengucapkan: “Sebagai Warriors termuda,
tentunya kami memiliki hati yang dermawan, sehingga kalian tidak perlu
mendapatkan tugas yang terlalu sulit dan juga tidak cepat disimpulkan untuk
dikatakan mudah. Di lapangan Truth Bearer ini, telah ditanam pager tempat
kemana seleksi berikutnya berada, dan hanya ada 50 kursi yang harus kalian
dapatkan disana. Silakan mencari! Dan jangan lupa, larilah secepatnya!”
100 orang segera menggali dan terus
menggali, beberapa dari mereka mendapatkan. Bagi mereka yang mendapatkan,
ketika pager itu ditekan, Patch dan Adam segera mendatangi mereka dengan cepat
dan meminta mereka keluar dari lapangan, dan masuk ke dalam bus. Begitu
mudahnya, sehingga hampir semua orang cepat-cepat mendapatkan pager yang ada.
Bahkan, untuk mengambil pager yang ada di depan mereka. Terlihat begitu brutal
namun para calon Warriors telah diperingatkan bahwa di dalam arena pertandingan
Warriors, kekerasan diperbolehkan. Hanya saja tidak diperkenankan membunuh atau
memotong bagian tubuh seseorang.
Bob dengan kemampuannya mencoba menggali,
namun semuanya terlihat sama dan ia tidak juga mendapatkan pager tersebut meski
sudah sepuluh kali menggali dan mengelilingi lapangan. Bob sendiri melihat
telah hampir 20 orang masuk ke dalam bus dan akan terus bertambah. Bob bilang,
“Dimana kita mencarinya lagi?” Lalu Shea tibatiba mendengar suara dalam
pikirannya dan pandangannya tiba-tiba menggambarkan masa ingatannya ketika ia
pertama kali bertemu dengan Gliss. Ia mengingat apa yang dikatakan oleh
Gliss.
Saat itu juga, Shea mengikuti penglihatannya
itu dan ia berdiri tepat dimana Patch dan Adam sedang berada. Bob awalnya hanya
terdiam namun ia akhirnya mengikuti. Patch dan Adam tentu mengenal Shea,
sesosok orang yang dikenal diselamatkan oleh Warriors yang pernah gugur. Setiap
kali penilaian Poin-poin kebenaran dan giliran Patch atau Adam dalam setahun
awal ini, mereka tidak terlalu memperdulikan Shea.
Lalu Patch bertanya, “Apa yang kau
inginkan?” Tapi Shea tidak menjawab. Shea malah mendatangi Adam dan Adam
bertanya, “Apa yang kau inginkan?” Shea hanya melangkah mendekati Adam dan Adam
berjalan mundur. Seketika itu juga, Shea menebas pasir di bawah kaki Adam
dengan kakinya sendiri, dan ia mendapatkan pager itu. Bob melihat semua itu dan
ia tersenyum. Patch dan Adam terkejut karena tidak ada seorang pun yang
mengetahui kalau mereka sendiri menginjak pager yang mereka tanam. Bob dan Shea
masuk ke dalam bus sebagai urutan ke 41 dan 42.
Bus itu ternyata tidak semata sebuah bus.
Di dalam bus itu ternyata ada sajian makanan dan minuman prasmanan yang lezat
dan enak. Terdapat layar kaca menampilkan pemberitahuan “WAKTU ANDA
MENYELESAIKAN SELEKSI 1 adalah 15:09:22” yang menunjukkan waktu mundur. Selama
itu, mereka dipersilahkan menikmati makanan dan minuman yang tersedia dan jika
sudah selesai, diharapkan untuk segera masuk ke dalam lubang seluncuran yang
berada di ujung bus. Semua orang banyak yang bercengkerama dan saling
berkenalan. Mereka bilang, mereka punya banyak waktu untuk masuk ke dalam
lubang. Bob dan Shea pun menikmati makanan dan minuman yang tersedia. Setelah
itu, mereka segera meluncur pada waktu 11:00:01.
Ternyata tepat di akhir seluncuran, ada
Patrol yang membantu mereka berdiri. Patrol itu bilang, “Kalian urutan ke 27
dan 28. Mari kami antar ke tempat peristirahatan.” Penyeleksian ke dua, tidak
lain adalah di dalam underground. Bob bilang, “Kami pernah dilatih ditinggalkan
sendirian dalam ruangan kecil di level underground. Suara-suara binatang melata
mengerikan dapat kami dengar. Tapi, itu tidak menakutkanku. Kami dilatih untuk
tidak takut.” Shea mendengar itu menjadi tenang. Lalu mereka berdua dimasukkan
ke dalam satu ruangan dan dimintai beristirahat. Ruangan itu begitu nyaman dan
akhirnya mereka pun tertidur. Mereka tidak tahu, kalau saat tertidur, mereka
diberikan asap udara obat bius dan mereka semakin tertidur lelap. Pintu kamar
terkunci.
Ketika
terbangun, Bob dan Shea tidak menyadari kalau mereka terbius dan tertidur
sangat lama. Bob mencoba keluar dari ruangan dan pintu kamar itu terkunci. Shea
tidak tahu harus berbuat apa. Tapi, ia masih dapat merasakan keberadaan
lapangan Truth Bearer. Shea mengisyaratkan bahwa efek lapangan Truth Bearer
masih dapat mengontrol tanda-tanda Burns ditutupi. Tapi, Bob tidak mengerti.
Bob berusaha menggunakan seluruh tenaganya dan begitu kuatnya pintu itu, pintu
itu tidak bisa didobraknya. Bob bilang, “Sudah berapa lama kita di dalam
ruangan ini?” Shea berusaha menghentikan
Bob namun Bob tetap
mengatakan, “Kau tidak perlu khawatir, kita akan keluar dari sini.”
Setelah berapa lama, Shea hanya menjadi
diam dan menunggu Bob kelelahan. Kemudian, Bob terduduk lelah. Shea pun
akhirnya mulai membantu, ia memukul pintu tersebut dengan barang yang ada di
ruangan itu. Tapi, malah Shea yang kesakitan, itu membuat Bob tertawa. Shea pun
terduduk di sebelah Bob dan Bob bilang, “Sepertinya kita tidak bisa keluar. Apa
pintu terkunci ini menandakan seleksi kedua kita telah dimulai?” Shea tersadar
dengan perkataan Bob. Shea meminta Bob untuk melihatnya, Bob serasa tidak
percaya mengapa ia berani memilih Shea sebagai pasangannya, yang ia sendiri
tidak mampu berkomunikasi dengan Shea. Tapi, Shea tidak melakukan bahasa
isyarat, ia mengelilingi ruangan sambil menaruh telinga pada dinding-dinding
ruangan. Hal itu mengingatkan Bob tentang kisahnya pernah dikurung di level
underground dan mendengar suara
binatang-binatang melata di dalam tanah.
Bob tersadar, “Dari kita ada di dalam
ruangan sebelum kita tertidur dan setelah kita terbangun, suaranya tidak ada
lagi. Shea, apakah berarti, kita masih berada di dalam mimpi?” Seketika itu
juga, pandangan mereka berubah dan semuanya menjadi putih. Ada Snow dan Fire
disana.
Snow dan Fire adalah pemenang Warriors dua
tahun yang lalu dan pemilik binding mata. Snow adalah seorang perempuan berumur
20 tahun dan ia bertubuh pendek. Namun, yang dilihat Bob dan Shea, terdapat
hujan salju disekitarnya. Sedangkan Fire, ia berumur 21 tahun laki-laki, ia
bertubuh kurus dan sangat tinggi. Di sekitar Fire, terdapat lidah-lidah api.
Keduanya berjalan mendekati Bob dan Shea. Dari semua itu, rambut berwarna pink
mereka begitu manis terlihat. Bob hanya merasa mengganjal dengan warna rambut
itu pada Fire apalagi keriting.
Snow mengucapkan: “Selamat, kalian telah memecahkan persoalan
seleksi ke dua dengan waktu setengah hari. Apa yang kalian lihat sekarang
adalah penglihatan yang kami salurkan kepada kalian yang sedang tertidur lelap.
Lalu kemudian, apa kalian pasangan kekasih?”
Snow mengelilingi Bob dan Shea dan tertawa
geli. Bob segera menjawab tidak dan Shea hanya mengangguk. Snow pun membalas,
“Bob dan Shea… Bob dan Shea… kedua nama kalian tidak begitu enak untuk
diucapkan. Mengapa kalian memilih nama itu?” Namun, Snow berhenti berbicara
ketika Fire mulai berkata.
Fire mengucapkan: “Ada seseorang dibalik
sana, Snow. Apa kau melihatnya? Siapakah dia?” Snow pun memandang ke arah putih
jauh disana dimana Bob dan Shea ikut melihat namun mereka tidak melihat
siapapun. Snow kemudian terkejut. Snow mengucapkan: “Apakah aku telah begitu
dalam masuk ke dalam jurang? Dunia sanakah ini?” Fire segera memegang pundak
Shea, “Shea… Sheakah namamu?” Shea menjadi terkejut karena tiba-tiba
lidah-lidah api menjelajah ke tubuhnya. Bob segera mendatangi Shea, namun Fire
tanpa menengok segera menepisnya jauh dan Bob terpelanting jatuh.
Snow mengucapkan: “Fire, cukup. Kita tidak
diperbolehkan memasuki ingatan para peserta lebih dalam. Cukup, hentikan.”
Namun, Fire terus memaksa, “Jawab! Jawab!”
Bob dari jauh seperti hampir pingsan. Namun, ia mendengar suara Shea tiba-tiba
mengucapkan sesuatu. Suara yang begitu jernih seperti ringan dan merdu. Suara
Shea terdengar mengucapkan, “Ia yang menuntu…” lalu Bob pingsan dalam mimpinya
dan terbangun di dunia nyata.
Bob dapat merasakan badannya begitu
terkejut dan ia terbangun seperti ia baru saja bermimpi melompat dari jurang.
Bob terbangun dan melihat sekitarnya masih seperti sama, hanya kali ini, suara
binatang-binatang mengerikan itu masih ada dan pintu terbuka. Bob segera
memandangi Shea, ia memandangi Shea. Seluruh badannya terasa hangat panas. Bob
teringat apa yang terjadi di dalam mimpi. Bob segera menampar Shea, tiba-tiba
Shea segera terbangun. Shea seperti mengalami lompatan yang begitu berat dan
detak jantungnya begitu kencang.
Bob segera memeluknya dan mengelus
punggungnya, “Ini aku, Bob. Kita di dunia nyata.” Bob dapat merasakan panas
badan Shea sudah kembali normal. Bob dapat merasakan jantung Shea yang mulai
kembali normal. “Apa kau mulai membaik?” Bob memandangi Shea. Shea mengeluarkan
air mata yang cukup banyak, ia begitu ketakutan. Bob menyadari Shea seperti
bergumam. Bob memandangi gumaman itu, dan ia masih terkenang suara indah Shea
dalam mimpinya. Dari sana Bob seperti memiliki imajinasi bahwa saat Shea
bergumam, demikian suaranya dan berkata, “Air…air…” Bob segera berteriak
seseorang untuk menolong. Lalu Patrol datang dan membantu mereka menenangkan
diri.
Bob dan Shea memiliki waktu satu hari untuk
beristirahat. Bob selalu di sebelah Shea dan Shea sama sekali tidak ingin
menutup matanya. Ia tidak ingin tidur, ia begitu stress. Bob tahu, tanda-tanda
para Burns, mereka akan sulit ditenangkan. Ketika seorang Burns sulit ditenangkan,
ia akan mulai melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri. Dalam hal
ini, Shea mulai menahan nafasnya. Bob menenangkan, “Kau tidak boleh
melakukannya, Shea. Mereka akan melihatnya ada yang tidak beres. Shea, Shea,
aku butuh kau kembali. Shea, Shea.” Bob melihat pada layar neuron sens Shea
meninggi. Bob teringat Shea terakhir mengatakan kata air. “Shea, kau ingat apa
yang kau katakan terakhir, air? Apa kau mengingatnya? Air?” Sesaat Shea
menyadari kata “air” yang dikatakan Bob. Shea dapat melihat pandangan Bob dan
Bob dapat melihat Shea mulai kembali bernafas. Bob melihat gumaman Shea dan ia
dapat mengimajinasikan Shea mengatakan, “Ia menuntunku.” Bob teringat kata itu
yang diucapkan dalam mimpi. Bob segera memeluk Shea, “Bertahanlah, Shea.”
Patrol segera datang dan mendapati Shea
telah kembali normal, layaknya Bob. Patrol itu mengajak untuk memasuki ke
seleksi berikutnya. Bob menanyakan berapa orang yang sudah masuk ke dalam
seleksi ketiga, dan Patrol menjawab sekitar 27 orang. Patrol bilang
pertandingan ini diberi waktu 14 hari dan melewati itu, pertandingan
diberhentikan. Patrol itu mengingatkan lebih cepat, lebih baik.
Bob dan Shea dipersilahkan memasuki lift
menuju semakin ke bawah. Mereka berdua masuk sendirian dan lift itu mulai berjalan.
Shea segera memegang kembali tangan Bob begitu erat. Mereka berdua
berpandangan, Shea bergumam dan Bob dapat mengartikan, “Aku tidak mendengarnya
lagi.” Bob tidak mengerti apa yang dimaksud tidak mendengar, lalu lift itu
terbuka.
Suatu ruangan dan disana lah Moon dan Luna.
Moon dan Luna adalah Warriors dengan binding terkuat dari semua binding, yaitu
kekuatan jantung. Warna rambut mereka yang begitu merah, begitu juga dengan
pakaian mereka, terbuat dari bahan kulit berplastik, sehingga semua terasa
begitu mengkilap. Moon dan Luna adalah pasangan Warriors yang sangat pendiam,
mereka saling menyisir satu sama lain. Bob dan Shea mendekati mereka yang
terduduk ditengah ruangan berwarna hitam dan kursi putih. Di sebelah tempat
duduk mereka ada tangga putar menuju ke langit atas.
Moon mengucapkan: “Seseorang sedang
menyembunyikan sesuatu. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rahasia
tentang seseorang yang tak diperbolehkan diucapkan.”
Luna mengucapkan: “Kami meminta kalian
untuk menaiki tangga ini. Tangga ini akan membawa kalian ke atas. Moon, tidak
bisakah kau tidak termakan oleh perbincangan yang lain? Pikirkan perasaan kedua
pasangan ini daripada memuaskan pemikiranmu.”
Moon membalas: “Banyak hal yang dapat kita
inginkan Luna, namun kita mendapat kemampuan mengetahui seseorang berbohong
atau tidak. Baik kita kembali pada tugas kita. Selamat mendaki.”
Kemudian Moon dan Luna segera melangkah
dengan cepat mendaki tangga itu. Sangat tinggi dan sangat jauh, bagi Bob dan
Shea, seakan Moon dan Luna memiliki ketahanan tubuh yang luar biasa hingga
mereka sampai di ujung tangga itu mereka melambaikan tangan.
Luna mengucapkan: “Kalian peserta beruntung hari ini yang dapat kami
jumpai. Semoga berhasil!” Dan, bayangan mereka menghilang dari cahaya luar. Bob
dan Shea segera mulai mendaki tangga itu. Bob menceritakan, “Kami dilatih akan
ketahanan tubuh. Seperti melatih kekuatan fisik, berpuasa, dan berada di
ruangan yang cukup panas.
Selama yang kami
mampu. Banyak dari kami yang tidak mampu, lalu kami dibawa ke ruangan
rehabilitasi, disana kami ditenangkan dan belajar juga menenangkan hingga kami
mampu mengendalikan diri kami.” Ketika Bob menceritakan, Shea berada di
depannya, dan ia seperti tidak mendengarkan. Pandangannya menghadap ke atas
cahaya, dan cahaya di atas meski jauh serasa menyinari wajahnya. Bob memanggil
namanya dan Shea tidak mendengar. Bob dapat melihat Shea seperti memandang
terus ke atas seperti ada yang menunggu di atas.
Bob kemudian melihat Shea berguman dan
kembali ia mengimajinasikan apa yang dikatakan Shea dengan suara lembut dalam
mimpinya, “Up…and out… Up and out.” Bob pun membalas, “Shea, ya, kita akan ke
atas dan keluar.” Sesaat Shea seperti berhenti menaiki tangga dan berbalik
kepada Bob. Bob saat itu melihat kecantikan di wajah Shea. Bob seperti ingin
menggapai rambutnya, “Shea…”
Seketika Shea seperti menutup mata dan
badannya oleng, Shea terjatuh keluar ganggang tangga dan Bob segera menggapai
tangannya, “SHEA!” Teriak Bob.
Shea kemudian memandang ke arah Bob. Mereka
sudah berada di tengah jalan. Seketika, Shea merasakan jantungnya berdegup
sangat kencang dan ia kembali tidak terkontrol. Bob mulai kehilangan
genggamannya dan kekuatan lengannya mulai kendor karena Shea terus
menggerak-gerakkan badannya. Bob berteriak, “Shea, tenang! Aku memegangmu, aku
memegangmu!” Namun, Shea tidak juga berhenti. Bob mulai kelelahan dan ia
berusaha menarik Shea dengan kedua lengannya. Bob sampai mengeluarkan keringat
dan bergumam, “Kumohon, Shea….”
Seketika, keringat Bob sampai terbang turun
ke wajah Shea. Shea dapat merasakan genggaman kedua tangan Bob yang juga penuh
keringat mengenai telapak tangannya. Saat itu juga, Shea kembali pada dirinya
sendiri dan menguatkan genggaman tangannya sendiri, menenangkan diri, dengan
mudah Bob mengangkat Shea ke tangga. Bob begitu kelelahan hingga ia berusaha
mengatur kembali nafasnya. Di lain pihak, Shea hanya memandang Bob, dan Shea
mulai memeluk Bob. Bob dapat merasakan kedua tangannya yang gemetar namun ia
tetap memeluk Shea, “Sudah, tidak apa-apa.” Kata Bob.
Hingga kemudian, terdengar suara gemuruh.
Dari bawah, tangga-tangga itu mulai berubah menjadi hanya ganggang, anak
tangganya mulai menghilang. Shea segera berdiri dan membantu Bob untuk mulai
berlari menaiki tangga.
Bob mulai merasa berada di titik batas kemampuannya dan ia masih
melihat betapa tingginya tangga itu masih harus diselesaikan. Bob mulai
bergumam, “Dapatkah kita berhenti?” Namun Shea tetap mendorongnya dari
belakang, “Ruangan…rehabilitasi.” Namun, Shea menyadari mereka tidak boleh
untuk berhenti. Jika berhenti, anak-anak tangga itu akan mulai menghilang dan
mereka akan terjatuh. Tidak ada jalan keluar. Shea segera mendahului Bob dan
segera menarik tangan Bob yang dengan lambat menggenggam ganggang tangga. Shea
terus menarik dan ia melihat bayangan Bob menundukkan kepala di depannya,
seketika itu juga Shea segera menaikkan dagu wajah Bob dan menamparnya.
Seketika itu juga, Bob seperti terbangun.
Shea memegang dengan kedua tangannya, mendekatkan wajahnya kepada Bob. Bob
memegang kedua tangan Shea di wajahnya dan ia dapat merasakan Shea menunggunya
untuk sadar kembali. Bob segera mulai menghilangkan pikirannya untuk menyerah
dan ia mulai melangkah cepat. Shea mengikuti. Dalam waktu 25 menit, mereka
tepat sampai ke atas permukaan dan tepat mereka sampai, lubang dari bawah itu
tertutup.
Mereka berdua terduduk di ruangan berkaca.
Bob terlihat begitu lelah bersama juga Shea. Dan di dalam ruangan kaca itu,
berdiri sekitar 40 orang Patrol. Dan terdengar suara Warrior berikutnya, Chow dan Tien.
Chow mengucapkan: “Sama seperti para
peserta yang telah menyelesaikan seleksi ini, bertarunglah melawan 40 patrol
ini dengan tangan kosong. Karena itu yang kami lakukan sebagai seorang binding
tangan.” Dan Tien menambahkan: “Yang tercepat, dia memenangkan. Jangan sampai
kami menghambat kemenanganmu. Selamat mencoba.”
Bob segera mendatangi Shea yang terlihat
terkulai tak berdaya. Shea begitu lemah, ia kembali dalam masa di ambang Burns.
Bob segera membuatnya pingsan, “Maafkan aku.” Sesaat Shea terkejut karena ia
dibekap dan ia pun pingsan. Bob, mencoba kembali berdiri, “40 Patrol?” Ia
berdiri tegap, “Piece of cake.”
Shea
terbangun dengan terduduk di sofa single.
Ia memandang di sekitarnya, ia memikirkan
apa yang terjadi sebelumnya. Ia teringat, ia dibekap oleh Bob dan ia pingsan.
Setelah itu, ia tidak mengerti apapun. Bayangannya tidak jelas, ia merasakan ia
sendirian. Shea mencari keberadaan Bob, namun ia sendiri tidak berani berdiri
dari sofa itu. Shea mulai merasakan dorongan yang kuat dari dalam pikirannya,
ketika ia dibawah tekanan. Tanda-tanda Burns kembali memaksanya untuk lepas
kontrol. Shea mulai kejang, dalam dirinya ia memberontak. Shea mulai mengingat
bahwa pertandingan ini belum selesai. Terakhir kali ia terbangun, ia sendiri
tidak bisa mengendalikan penyakit Burns nya. Seluruh pertandingan Warriors ini
tidak lain menggagalkan mereka berpenyakit Burns.
Badannya berusaha untuk panik dan juga
berusaha untuk bertahan. Ia kemudian teringat bahwa ia tidak tahu sudah berapa
lama ia tertidur dan ia kehilangan Bob di sebelahnya. Ia teringat suara para
Warrior menyebutkan mereka harus melawan 40 orang dalam suatu ruangan. Ia
merasakan kegagalan akibat dirinya sendiri. Dalam pikiran Shea ia mulai
memikirkan untuk menyerah. Mungkin, Bob saat ini sudah dikeluarkan dari
pertandingan karena rekannya seorang pengidap Burns. Shea mengerti tidak
seharusnya ia masuk ke dalam Warriors, ia seharusnya mendengarkan perkataan
Kakek dan Nenek, namun ia pun tidak dapat berbalik ke belakang, waktunya telah
tiba.
Dari luar ruangan, Bob, setelah mengalahkan
40 Patrol, segera mengeluarkan Shea dari ruangan itu dan masuk ke dalam ruangan
dengan Warrior binding dahi, kepintaran otak, Pin dan Bill. Bob memandang Pin
dan Bill seperti sepantaran Shea. Keduanya memakai pakaian jas lab, namun cukup
stylish dengan rambut abu-abu putih. Mereka berdua beraksen inggris dan sangat
tinggi pun mancung. Billa memakai kacamata sedangkan Pin terus berada di
samping Bob. Keduanya memandang ke arah kaca yang langsung memandang Shea di dalam
satu ruangan.
Pin mengucapkan: “Kau lulus dari
tanda-tanda Burns, setelah terjadi baku hantam, orang-orang Burns akan lepas
kendali dan kau tidak. Dan, rekan mu, si mata putih. Kami tidak akan
menghakimi, karena rambut kami juga putih.” Pin tersenyum.
Bill mengucapkan: “Kami tidak dapat berbuat
banyak, Bob. Frame negative otak nya menunjukkan ia memiliki tanda-tanda Burns.
Pin, bukankah seharusnya ini kita laporkan?” Lalu Pin menjawab, “Aku penasaran,
bagaimana seorang Burns dapat berhasil sampai pada tingkat ini? Tidak kah kau
ingin tahu apa yang memampukannya?”
Bob telah mendapat waktu yang telah mereka
lalui yaitu tiga hari. Dan, ia hanya menunggu Shea mendapatkan kesimpulan dari
Pin dan Bill, apakah ia seorang Burns. Bob hanya terus memandangi Shea yang
terduduk dan tidak melakukan apa-apa. Bob mengatakan, “Ini tidak adil. Ia tidak
bisa berbicara, bagaimana kalian dapat mengetahui seorang itu adalah Burns atau
bukan?” Bob mencoba melawan Pin di sebelahnya, ketika Bill segera menghantam
badan Bob ke dinding kaca. Bill mengatakan, “Kami mulai mencurigai mungkin
tujuan mu kemari bukan sebagai Warrior, mungkinkah seorang pembelot? Pembelot
sangat suka berkawan dengan para Burns. Bukankah begitu, Pin?”
Pin tiba-tiba menengok ke arah Shea,
“Lihat. Apa kau melihatnya?” Apa yang dilihat Pin dan Bill, tak lain ialah Shea
mengenali isi seluruh ruangan itu. Shea berdiri seakan ia bisa melihat dengan
jelas apa yang ada di depannya. Ruangan itu tak lain ialah ruangan minum teh.
Penuh dengan biskuit, kue, dan teko maupun cangkir teh. Dan, yang sangat
mengejutkan, sangat sedikit orang yang masih ingat atau mempelajari gaya minum
teh. Dan, Shea berjalan layaknya seorang bangsawan wanita pada zamannya. Shea
mulai menyeduh teh, dan ia mulai mengambil kue dan biskuit ke atas piring
kecil. Membawanya ke meja kecil dekat sofa, dan ia mulai menuangkan tehnya ke
dalam cangkir. Ia mulai menikmati semuanya itu. Sesaat Pin dan Bill segera
memandang Bob. Bob hanya memandang balik, “Kepintaran tidak ada di dalam
seorang Burns. Mereka tidak mampu untuk melakukan suatu rutinitas, benar
bukan?” Pin menjawab, “Tidak mungkin.” Dan Bill kembali menengok frame negative
yang ada, “Ini hasilnya, Pin. Hasil seleksi ini mereka berdua dinyatakan
terbebas dari Penyakit Burns.”
Bill segera mendatangi Bob dan ia
membukakan pintu masuk ke dalam ruangan. Bob segera berlari dan mendapatkan
Shea, “Shea!” Teriaknya, lalu Bob memegang tangannya, namun entah kenapa,
sesaat, Shea sedang tersenyum namun ia tersenyum kepada sesuatu di belakang Bob.
Bob segera berbalik dan ia tidak melihat siapapun. Bob memanggil sekali lagi,
“Shea?” Dan kemudian Shea menyadari keberadaan Bob dan segera memeluknya. Bob
merasa lega, “Shea, ayo kita pergi dari sini.” Mereka berdua melangkah keluar
ruangan namun sesaat, Bob kembali melihat ke arah dimana Shea tersenyum, hanya
dinding kaca. Seakan, Shea sedang tersenyum dengan seseorang.
Pin dan Bill menyalami. Pin dan Bill segera
menceritakan kalau mereka tidak keberatan untuk mendukung Shea menang dalam
Warriors kali ini dan ikut binding dahi, menurut mereka, mata Shea adalah mata
tercantik yang pernah ada. Namun, Shea hanya tersipu malu dan Bob segera
memegang tangan Shea untuk segera pergi dari ruangan itu. Pin dan Bill terkenal
dengan penggoda muda. Keduanya partner kerja dan mereka sebaya dengan Shea. Pin
terakhir mengatakan, “Berhati-hatilah, Sayang. Lawan mu di depan sekuat gunung
yang tak akan bisa kau pindahkan.”
Bob dan Shea keluar dari ruangan dan
mendapatkan lorong yang cukup panjang. Bob menghentikan langkah Shea. Shea
memandang Bob dan ia seperti bingung. Bob mengatakan, “Kau sangat mirip dengan
sahabatku. Rambut mu, dan seorang Burns. Meski sudah lama aku meninggalkannya
dalam masa laluku, aku masih tahu cara menyembunyikan penyakit Burns nya dari
orang-orang. Lalu, aku melihat seorang penyakit Burns yang bahkan mampu
mengelabui para Warriors, sendirian?”
Shea tidak menjawab. Tentu saja, Bob
sendiri mengerti karena Shea tidak dapat berbicara. Bob menghela nafas seakan
dalam pikirannya terungkap, “Bodohnya aku memikirkan ada seseorang yang
membantunya.” Bob kembali memegang rambut Shea, seakan ia kembali mengenang
masa-masa bersama sahabatnya dulu. Shea tidak mengerti mengapa Bob selalu
mengelus rambutnya. “Kurasa kita harus terus berjalan.” Mereka berdua kembali
berjalan. Dan, mereka kembali ke lapangan Truth Bearer.
Bob seperti tertawa kecil, “Kita seperti
dipermainkan dan berputar-putar tidak jelas.” Namun, apa dikata, sebesar apapun
The Whaledome, semuanya tetap terbatas. Shea dapat menghela nafas karena ia
berada di lapangan itu, tempat dimana Burns nya dapat dikendalikan. Namun,
ternyata sangat banyak warga The Whaledome yang menonton.
Chapter IV
The
Gala
Bob dan Shea melihat sekeliling mereka dan
di hadapan mereka ternyata terdapat 20 pasangan lain. Bob mengatakan, “Apakah
kita yang terakhir?” lalu tiba-tiba keluar dari lorong lain, tiga pasangan
lainnya, Bob menambahkan, “23.” Lalu kemudian seluruh lorong ditutup. Dari satu
lorong, ada mereka yang berteriak meminta dibukakan, namun mereka cukup
terlambat untuk berjalan. “Beruntungnya kita.” Tambah Bob lagi. Bob memandang
Shea, ia melihat betapa tenangnya Shea saat ini. “Shea, tidakkah kau harusnya
takut ketika berada di luar seperti ini? Bagaimana jika tanda-tanda itu
datang?” Shea mendengarkan dan ia memandang Bob sambil menunjukkan pandangan
wajah, “Percayalah padaku.” Dan, Bob kembali mempertanyakan darimana keberanian
nya ini, yang sesekali ia lihat sebelumnya menghilang, dan seketika datang lagi
di depannya.
Seluruh orang bersorak di luar lapangan,
Bob tahu apa yang akan mereka hadapi dikenal dengan “The Gala ”. Acara seleksi
dalam Warriors yang dapat dipertontonkan oleh seluruh warga The Whaledome untuk
para sisa peserta Warriors memperebutkan 10 tempat, untuk dapat melanjuti
seleksi berikutnya. The Gala dikenal acara buatan dari Warrior King dan Queen,
binding punggung. Yang mereka lakukan ialah bertahan dari pukulan berkekuatan
batu yang dapat didapatkan dari keempat mata angin. Selama menahan dan
menghindar serangan itu, para peserta harus mencari pintu keluar dari
lorong-lorong yang terbuka dan tertutup dalam waktu secara acak. Hal yang
paling mengerikan ialah acara The Gala ini tidak akan berakhir hingga 10
pasangan peserta telah berhasil keluar. The Gala adalah acara yang paling
meriah juga menegangkan selama lima tahun terakhir.
Bob mencoba mengingat seluruh pelajarannya
selama ini bersama para patrol mengenai The Gala ini. Bagi beberapa orang, The
Gala yang diperlukan berusaha menghindar secepatnya. Bob berkata kepada Shea,
“Kita harus tahu kemana kita harus menghindar, Shea. Kita harus mengelilingi
lapangan ini, jangan hanya menunggu.” Shea segera mengangguk. Bagi Bob, The
Gala ini adalah perebutan yang dilakukan 46 orang untuk mendapatkan 20 kursi.
Hal yang mengerikan bukan kekuatan mengerikan yang akan menghantam badan para
peserta akibat kekuatan dari Warriors, melainkan bagaimana para peserta akan
mengorbankan peserta lain untuk mereka mendapat kursi tersebut. Bukan hanya
kekuatan Warriors yang menghantam namun kekuatan dari para peserta lain yang
tiba-tiba menyerang. “Jangan pernah berhenti melangkah, Shea. Atau mereka akan
mulai memburu kita.” Ucap Bob. “Kita akan memulai berlari ke arah Timur, sesuai
aba-abaku.” Shea hanya mengangguk.
Bob mengenal hampir beberapa dari 46 orang
di antara mereka. Bayangkan dari 100 orang dan masih tersisa banyak, ini
menandakan kemampuan mereka semua setara dengan Bob. Semua, yang memiliki nilai
tambah, mereka akan berusaha menyingkirkan Shea terlebih dahulu. Tidak ada yang
mau dikalahkan oleh Shea, sang cacat. Bob semakin menjaga perhatiannya.
King dan Queen datang selayaknya gempa bumi
di tengah lapangan. Semua peserta berguncang dan para penonton bersorak dari
luar. Shea terjatuh namun segera ditangkap oleh Bob, “Aku memegangmu.” Bob
membantunya berdiri dan badan Shea dapat dirasakan gemetar. Tiba-tiba seluruh
tanah di lapangan seperti berdebu sangat sehingga saling menutupi pandangan di
depan, dan kembali terjadi gempa. Kali ini, Shea bertahan. Bob terus memandang
Shea berada. Bob tahu, Shea mengandalkan pendengarannya. Hingga akhirnya, gempa
yang terakhir, Bob segera memegang Shea yang akan kembali jatuh, menahannya,
dan segera menariknya mulai berlari, “Shea, lari!” Shea memegang tangan Bob dan
ia mulai berlari.
Bob dapat melihat apa yang terjadi bagi
mereka yang berusaha berada di satu tempat saja. King dan Queen membuat gempa
di tengah lapangan, supaya debu di tanah berterbangan dan pijakan tanah menjadi
tidak stabil. King dan Queen bisa datang dari mana saja, yang paling mengerikan
ketika mereka muncul dari tanah, dengan sekali tinju dari bawah tanah,
seseorang akan langsung terpental ke langit lapangan, dimana itu akan sangat
menyakitkan dan pasti membuat seseorang pingsan. Juga, bagi mereka seperti itu
karena King dan Queen sudah mengunci letak tempat seseorang, dan mereka bisa
menghantam mereka tanpa terlihat dari segala arah mata angin. Dan kembali, itu
akan sangat menyakitkan. Apalagi, ketika kita ingin membalas, mereka tidak akan
merasakan apapun. Bagi Bob, itu tidak akan pernah menjadi permainan yang adil.
Satusatunya cara adalah pergi menghindar dan segera menemukan jalan
keluar.
Bob dan Shea terus melangkah hingga mereka
mendapatkan serangan pertama, langsung dari peserta lain, mereka yang memiliki
strategi yang sama, berlari dari belakang Shea dan salah satu dari mereka
segera menendang punggung Shea dari belakang. Shea tersungkur, namun Bob segera
melakukan penyerangan dan orang itu pun juga terkapar jatuh. Tepat saat itu,
Bob dan pasangannya berhadapan, mereka berdua berancang-ancang untuk saling
menyerang, seketika semburan angin tak terlihat menghantam lawan Bob dari arah
kanan badannya. Lawan Bob itu segera tersungkur dan pingsan. Bob sadar,
keberadaannya diketahui oleh King dan Queen. Bob segera menunduk dan melihat
keadaan Shea. Shea masih dapat berdiri dan mereka berdua kembali berlari.
Kali ini, datang dari arah depan, Bob dan
Shea berjumpa dengan peserta yang berlari ke arah berlawanan. Keduanya segera
menyengkal kaki Bob hingga Bob terpelanting jatuh ke depan. Lalu keduanya
segera mengincar Shea dengan tangan kosong, mengepalkan tangannya untuk meninju
Shea, namun Shea berhasil menghindar, yang satu juga mencoba meninju dari arah berbeda,
Shea yang terkejut, terkena dan ia mencipratkan darah dari gusinya, namun Shea
dengan cepat segera mendorong orang itu dan seketika, ia terkena tinjuan
langsung dari King dan Queen, terpelanting jauh hingga tidak terlihat lagi. Bob
sudah kembali berdiri dan bertarung dengan satunya lagi. Sesaat Bob hampir
menang, namun dari samping, Shea segera mendorongnya hingga keduanya terjatuh
ke tanah, dan lawannya itu terkena tinjuan King dan Queen juga hingga
terpelanting menjauh. Sesaat Bob seperti tak sengaja memeluk Shea. Namun, Shea
tidak memandang Bob, ia malah menunjuk ke suatu arah belakang Bob, dan Bob
melihat, di depan mereka pintu lorong itu mulai terbuka.
Shea segera berdiri, dan memberikan
tangannya kepada Bob untuk membantunya berdiri. Namun, saat Bob akan berdiri,
seseorang dari bayangan debu loncat dan menghantam Shea. Shea ikut
terpelanting. Bob berteriak dan segera berdiri. Ia terpisah dari Shea.
Gempa
kembali terjadi.
Tanah di pijakan Bob terbagi dua, dan
sesaat ada hantaman ke salah satu pecahan, dan tiba-tiba salah satu pecahan
pijakan tanah menjadi naik loncat tinggi, membuat Bob harus loncat ke tanah
yang lebih tinggi pijakannya. Lalu tanah kembali bergerak turun, hingga kembali
semula. Seluruh udara di sekitar Bob berdebu dan Bob berusaha menfokuskan diri,
“Shea! Shea!” Ia terus memanggil. Bob berlari dan ia menemukan seseorang. Bob
mendatangi dan memegang bahunya. Orang itu berbalik dan segera mencekik leher
Bob. Namun, dengan cepat, Bob menangkis tanganya dan Bob meninjunya hingga tersungkur.
“Shea! Shea!” Ia kembali mencari.
Bob dapat melihat dari jauh, di balik badai
pasir, Shea berlari ke arahnya. Bob pun menjadi ikut berlari ke arahnya, namun
hampir mereka akan saling berhadapan, Bob terhantam oleh sebuah tinju yang
tidak pernah terasakan oleh Bob sebelumnya.
Ia tidak melihat bahkan bayangan dari tinju
itu sendiri, juga orang yang meninjunya. Seakan, mukanya sedang ditebas oleh
sesuatu yang sangat besar dan mungkin tengkoraknya adalah satu-satunya hal yang
membuat kepalanya masih berbentuk.
Bob terlempar, dan ia dapat merasakan matanya yang begitu panas
beserta sebagian wajahnya. Ia mencoba berdiri dari tanah dan seluruh
penglihatannya berbayang. Ia dapat merasakan titik noda darah di dalam bola
matanya. Seluruh pandangannya menjadi merah. Ia kembali ingin berjalan, namun
seketika terdapat tinju pada bagian kedua betisnya. Seperti ada tali besar yang
sengaja membuatnya terjatuh telentang kembali ke tanah. Seluruh kakinya serasa
tidak berasa apapun bahkan untuk menggerakkan jari kakinya sekalipun. Bob
memandang ke langit dan ia menyadari sejak tadi apa yang ia lihat begitu kabur
dan penat akibat badai pasir di sekitarnya, ia tidak melihat apa yang ada di
atas kepalanya, langit yang begitu cerah. Lalu, ia merasakan bayangan menutupi
pandangannya. Ia melihat Shea.
Shea menunduk dan mencoba menyadarkan diri
Bob, rambutnya tergerai di sekitarnya. Bob, ia memegang rambut Shea yang
beterbangan, ia tersenyum. Shea terlihat berusaha mengangkat Bob, dimana Bob
terlalu berat. Lalu Shea, melihat ke suatu arah dan dengan segera menarik kedua
tangan Bob dan menyeret seluruh badannya ke sana. Bob seperti bergumam, karena
hampir setengah wajahnya memar. Lalu, gempa di tanah kembali lagi, dan kali
ini, tanah di bawah terbagi dua, dan Bob terperosok ke dalamnya. Shea bertahan
memegang tangan Bob dan terus menariknya agar tidak masuk ke dalam lubang
besar. Lubang itu kemudian menyedot seluruh pasir di atasnya, dimana Bob pun
menjadi ikut terhisap. Shea terus menarik tanpa henti sampai akhirnya hanya
kaki hingga pinggang Bob yang tertanam pada tanah, Shea langsung terjatuh.
Bob melihat Shea berjuang untuk
menyelamatkannya. Ia melihat Shea terengahengah karena letih. Tiba-tiba ada
orang datang, salah satu peserta. Seorang yang gagah namun badannya penuh memar
dan pakaian terkoyak. Bob melihatnya, seorang itu melihat ke arah Shea dan
orang itu segera menghantam Shea, memukul Shea sekuat tenaga. Shea yang tidak
memiliki suara, mengerang pun tak bersuara. Bob berteriak untuk berhenti.
Namun, ia pun tidak dapat menggerakkan pinggangnya yang tertimbun.
Orang itu berteriak, “Ha! Orang seperti mu
tidak mungkin menang!” Orang itu kembali menendang kepala Shea, Shea pun
benar-benar menutup matanya. Seluruh badannya gemetar dan banyak darah. Orang
itu terakhir kali menendang perut Shea, dan Shea mengeluarkan dahak berdarah.
Saat itu juga, Bob berteriak, “TIDAK!” lalu tiba-tiba seluruh memori Bob yang
samar ketika ia melihat sahabatnya dibunuh oleh ayahnya sendiri membuatnya
memiliki kekuatan untuk menggerakkan kakinya kembali.
Ia berdiri dari dalam tanah dan segera
menyerang orang itu, “PEMBUNUH!” serunya. Bob dengan kekuatan penuh, ia memukul
orang itu. Ia meninjunya hingga babak belur, ia bahkan seperti gelap mata,
seperti sesosok monster didalamnya telah kembali terbangun. Bob bahkan membuat
engsel pundak orang itu terlepas bukan karena pukulannya karena ia sendiri
menariknya. Suatu tangan memegang kakinya, dan Bob hampir menendang tangan itu,
ketika ia sadar, Shea menyuruhnya untuk berhenti. Bob kembali kepada dirinya
sendiri dan ia menyadari kakinya telah kembali bergerak seperti adanya. Bob
segera meninggalkan orang itu dan menggendong Shea pada kedua lengannya.
Bob terus berjalan lurus, ia tidak peduli
kepada apapun. Lalu, angin tinju itu kembali datang. Kali ini, dari depan dan
membuat kedua tangan Bob melepaskan Shea jatuh ke tanah. Bob kesakitan dan ia
pun berlutut sambil mengerang kesakitan kepada tangannya. Shea terkulai lemas,
namun ia masih dapat melihat Bob, Shea menjulurkan tangannya meraih Bob,
tiba-tiba angin tinju itu akan meninju tangan Shea dari atas. Saat itu juga,
Bob menyadari keberadaan datangnya angin tinju itu dan Bob segera mengepalkan
tangannya yang penuh rasa sakit itu, sekuat tenaga mengepalkannya ke atas Shea.
Seketika itu juga Bob berteriak lebih kesakitan dibandingkan sebelumnya dan ia
pun terkulai jatuh. Bob seakan-akan baru saja memukul sebuah bagian beton. Bob
terkulai disebelah Shea. Shea meraih tangan Bob, dan memegangnya erat. Shea
mulai bergumam. Seakan, ia seperti berbincang dengan seseorang. Lalu, seketika
angin pasir di depan mereka menghilang, dan ada satu lorong terbuka. Shea
menarik tangan Bob, tapi Bob tidak bergerak. Shea menampar wajah Bob
perlahan-lahan hingga Shea menyadari seluruh badan Bob terkuras sangat banyak
hanya untuk menyelamatkannya. Shea memeluk Bob begitu erat dan ia menangis. Ia
tidak ingin mengorbankan orang lain.
Lalu datang dua orang, yang ingin segera
masuk ke dalam, dan mereka menyadari Shea dan Bob berada tepat di depan pintu
lorong itu. Mereka berdua dapat dikatakan teman Bob, namun mereka tahu
kesepakatan semua orang untuk menyingkirkan Shea. Menurut mereka, lebih baik
Bob mengulang lagi di tahun berikutnya dibandingkan menang bersama dengan Shea.
Mereka kemudian menarik Shea dari pelukan Bob dan mulai kembali memukulnya.
Kali ini hanya sebentar, lalu Shea ditinggalkan tergeletak, dan keduanya
kembali mengarah ke arah pintu itu. Namun, kaki mereka terhentak jatuh. Bob
kembali berdiri. Ia dengan kesadarannya membuat kedua orang temannya itu tidak
bisa berdiri. Bob mendatangi Shea berada dan kembali memeluknya. Kali ini,
tangan nya sudah tidak kuat menggendong, Bob menaruh Shea di punggungnya. Bob
berjalan dengan mudah masuk ke dalam pintu, ia berbalik dan pintu itu segera
tertutup.
Seketika, dari luar pintu kaca, seluruh
lapangan terlihat kembali normal dan angin pasir itu menghilang. Samar-samar,
Bob melihat dua orang berdiri dari jauh, pria dan wanita. Mereka berdua
berambut emas dan tatapan keduanya begitu tajam, seakan mereka siap saja untuk
menerobos pintu kaca itu dan memukul Bob dan Shea berkalikali. Namun, seketika,
pintu kaca itu ditutupi lagi oleh pintu-pintu besar, dan sorakan orang-orang
serta cahaya dari luar menghilang. Bob dan Shea berhasil ke level selanjutnya.
Bob terus menggendong Shea hingga ujung lorong. Mereka berdua masuk ke dalam
ruangan serba putih, dan Bob melihat terdapat 20 kursi. Dari 20 kursi itu,
tinggal dua yang belum terduduki.
“Ini tidak mungkin!” Salah satu peserta
yang terduduk ingin berdiri, namun tibatiba ada sabuk pengaman yang membuatnya
tetap terduduk. Semua orang di dalam ruangan itu berbisik-bisik serasa tidak
percaya. 10 pasangan dan salah satunya tidak lain adalah Bob dan Shea. Bob
tanpa memedulikan yang lain, terus melangkah menuju kursikursi kosong berada.
Bob dengan perlahan menaruh Shea, yang tertutup matanya dan mencoba memperbaiki
rambut Shea, membuat pundak Shea dapat bersandar dengan nyaman. Bob kemudian
membiarkan sabuk pengaman kursi itu terpasang di pinggang Shea dan Bob mulai
melangkah ke tempat duduknya sendiri. Orang di sebelahnya yang duduk mengenal
Bob, Bob hanya memandang sebentar, dan ia duduk hingga sabuk pengaman terpasang
di pinggangnya.
Seketika Bob terduduk, semua orang terdiam.
Selama 10 detik tidak terjadi apapun, lalu salah satu wanita tertawa kecil,
“Apa sekarang? Kursi goyangkah?” lalu tiba-tiba seluruh gravitasi di dalam
ruangan menjadi sangat berat. Wanita itu segera bergejolak dan akhirnya ia
melepaskan sabuk pengamannya dan segera menjatuhkan dirinya ke lantai. Sesaat,
di atas kursinya, keluar tanda “X”, semua orang tahu, apa yang dimaksud dengan
tanda itu. Wanita itu dapat merasakan dirinya kembali bernafas dan kepalanya
menjadi ringan kembali. Ia memandang ke arah kursinya berada dan ia menjadi
panik, ia memandangi temannya yang masih bergumul dengan gravitasi pada kursi,
dan wanita itu pun mencoba kembali menaiki kursinya, seketika kejut listrik
mengenai nya dan wanita itu segera pingsan. Semua orang melihat itu dan
berusaha bertahan.
Shea terbangun dari tidurnya dan Bob yang
berada dalam tekanan melihat Shea juga dapat merasakan tekanan gravitasi. Bob
berusaha berbicara, “Shhhh…eea.” Shea memandangi sabuk pengaman di badannya dan
ia mulai meraba kunci pembukanya. Bob segera menahan tangan Shea, Shea
menyadari keberadaan tangan Bob, mereka berdua berpandangan dan Bob kembali
berusaha mengatakan, “Ja….ngannnn, berrrrtahan.” Shea kemudian mulai merasakan
penyakit burns nya keluar akibat tekanan. Ia mulai memukul kepalanya sendiri ke
sandaran kursi. Bob menyuruhnya untuk berhenti, tapi tangan kanannya berusaha
menahan tangan Shea melepaskan diri dari sabuk pengaman. Tangan kirinya ingin
sekali menghentikan namun tangan nya tetap berada di samping kursi, gravitasi
menahannya. Hingga akhirnya, benturan terdengar begitu keras, Bob segera
kembali fokus melihat Shea. Kepalanya mulai menurunkan darah. Shea tiba-tiba
tertawa, Bob tidak mengerti dan kepalanya semakin berat. Shea terus tertawa
dengan suara sangau yang bisa ia keluarkan. Lalu beberapa kursi juga
menampilkan symbol “X”. Mereka tidak keluar dari kursi mereka, mereka hanya
tertidur, pingsan. Bob menyadari kalau dirinya tidak boleh pingsan. Shea terus
tertawa hingga ia kembali memukul kepalanya pada sandaran. Bob merasa
terganggu. Namun, hal itu yang membuatnya tetap sadar.
Bob dengan sekuat tenaga mengangkat tangan
kirinya dari ganggang kursi dan segera meraih kepala Shea, ia mendekatkan
kepalanya dengan kepala Shea. Sesaat, Shea berhenti tertawa. Bob berbisik
dengan berat, “I…ni aku…” Nafasnya semakin berat. Sudah hampir 45 menit, dan
kembali ada yang gugur. Bob yang hampir kehilangan kesadaran menggerut lengan
baju Shea. Tiba-tiba tangan Shea yang berada di kunci sabuk pengaman, ia ikut
memegang kepala Bob. Shea telah kembali sadar dan ia pun mulai bertarung
melawan gravitasi tersebut. Tangannya menahan kepala Bob yang hendak menunduk
letih. Detik-detik menuju akhir, Bob seperti bernafas begitu kecil dan seperti
tersedak. Seluruh wajahnya panik dan memerah. Shea memandang kaget dan ia tanpa
berpikir panjang, menghirupkan udara ke mulut Bob.
Lalu, sejam berlalu, gravitasi telah
kembali seperti semula. Dan semua peserta seperti kembali bernafas dengan lega.
Bob memandang Shea yang menciumnya. Bob terbatuk dan segera menjauhkan diri.
Shea pun segera bersandar ke kursinya sendiri, ia bernafas sangat panjang.
Seketika ruangan dimasuki oleh para Patrol. Para Patrol itu segera membawa
keluar orang-orang yang gagal dan ketika mereka keluar, Para Patrol membantu
mereka yang tidak gugur membuka sabuk pengaman. Kira-kira ada 15 orang. Lalu
semua dibawa ke recovery room. Para
Patrol memberitahukan, akan ada pertandingan mini, dimana tiga peserta yang
kehilangan pasangannya akan bertarung merebutkan dua kursi.
Bob dan Shea adalah peserta yang memiliki banyak sekali cedera.
Bahkan dari pihak kesehatan recovery room, mereka dinyatakan tidak mungkin
sanggup bertahan untuk pertandingan selanjutnya. Bob mengenal salah satu Patrol
yang merawatnya.
Mereka berdua
berbincang, Patrol berkata, “Aku mengajarkanmu selama ini bukan untuk
mensia-siakan seluruh tubuhmu seperti ini, Bob.”
Bob membalas, “Ada kengerian di dalam
pertandingan ini, Omda. Mereka semua berusaha membunuh Shea.”
Omda menjawab, “Shea, seorang yang special.
Ia bisa sampai pada tahap ini jika bukan karena kau, ia juga memiliki keinginan
yang kuat.”
Bob membalas, “Omda, Shea memiliki
kemampuan, kekuatan yang tersembunyi. Tanpa diriku, Shea juga mampu.”
Omda
membalas, “Benarkah? Baiklah kita buktikan.”
Bob
bertanya, “Apa maksudmu, Omda?”
Omda, berperawakan sangat kekar untuk orang
berkulit hitam namun kurus apa adanya. “Keys dan Fish akan membawa ketiga
peserta dalam pertandingan mini, Shea akan berada disana. Shea akan bertarung
melawan ketiga peserta, hingga tinggal satu. Satu orang itu akan menjadi
pasangan mu selanjutnya.” Omda segera keluar. Bob mengejarnya namun pintu telah
tertutup. Omda berteriak, “Istirahatlah. Para peserta diberikan waktu 2 hari
hingga pertandingan berikutnya akan dimulai.”
Di dalam ruangan, Bob melihat begitu banyak
makanan, minuman, serta tempat beristirahat. Bob mencoba keluar dari ruangan
namun terkunci. Bob merasa kesal. Ia membanting seluruh barang dalam ruangan.
Ia berharap Shea baik-baik saja. “Apa yang sebenarnya mereka inginkan dari
Shea?” Bob hanya tersungkur di ujung ruangan.
Chapter V
The
Promise
Shea berada di dalam mimpinya sendiri. Ia
dapat berbicara di dalam mimpinya. Dan orang itu ada disana. Shea melihat
dirinya di depan cermin, penuh luka dan perban. Orang itu berada di
belakangnya, memeluknya dari belakang. Hanya Shea yang dapat melihat bayangannya
di cermin, karena itu pikirannya sendiri. Shea bertanya, “Apakah yang sedang
mereka lakukan padaku?” Lalu orang itu seakan berbisik sesuatu pada telinganya.
Lalu, apa yang ia lihat di depan cermin dirinya yang telah sembuh, tak ada
memar, bahkan pakaiannya cantik apa adanya. Shea kemudian berkata, “Apakah aku
cantik?” Shea melihat orang itu menjawab di dalam cermin, Shea tersenyum. Ia
kemudian bilang, “Bob, ia begitu baik padaku. Ia tahu diriku yang sebenarnya.
Tapi, tak sedikit pun ia berusaha melaporkannya. Aku berjanji, aku berjanji
akan menemukanmu. Aku akan memenangkan pertandingan ini.” Lalu raut muka Shea
terlihat gusar, “Aku tidak akan menyerah. Aku akan memenangkan pertandingan ini
untuk Bob, partnerku. Dan aku akan menemukanmu. Aku berjanji.” Orang itu
memberikan kecupan pada dahinya. “Kau akan selalu bersamaku, bukan? Hingga kita
bertemu lagi?” Namun, mimpi itu semakin pudar, tiba-tiba cermin kaca itu pecah
dan pecahannya terbang ke arahnya. Salah satunya memotong lehernya, dan saat
itulah ia kaget terbangun.
Shea menemukan dirinya di hadapan tiga
orang lainnya dan mereka berusaha mencelakakan Shea, namun tepat saat Shea
terbangun ia bisa terhindar dari pisau beling yang hampir menerkamnya. Shea
terduduk di suatu kursi besi, lalu ia segera berdiri dan menghindar, tanah di
sekelilingnya adalah beling-beling dan dari jauh, tiga orang itu berlari
mendatanginya untuk menjatuhkan Shea.
Shea tidak menemukan Bob dimanapun, ia pun
tidak mengenal dimana ia. Yang ia tahu, ia berada jauh dari kawasan lapangan
Truth Bearer.
Dan, ketika Shea berusaha menghindari
beling-beling di sekitarnya, ia berjalan mundur dan ia merasakan daun-daun
membelai wajahnya, ia berusaha melihat sekelilingnya dan terlihat jelas ia
berada di satu taman. Namun, Shea tidak bisa melihat dengan jelas, Shea berlari
bersembunyi di balik pot-pot tanaman besar yang ada, ia melihat bahwa di
seluruh tanah taman itu ada beling-beling, Shea menjadi bertanya tempat apakah
ini.
Shea merasakan ia seperti diburu. Seakan,
seluruh udara di sekitarnya kapan pun akan menyerangnya. Ia melihat ke atas,
dan Shea menyadari ia berada di dekat taman The Whaledome, satu-satunya wilayah
yang mendapatkan sinar matahari dan tumbuhtumbuhan dapat hidup. Lalu, tiba-tiba
seorang mendapatkan Shea, Ia keluar dari semaksemak dan mulai melemparkan
tinjunya. Seorang laki-laki, muda, namun matanya sipit, seakan wajahnya menjadi
tidak beraut muka, tak tertebak, yang Shea tahu anak lelaki itu ingin sekali
memukul dirinya. Shea menghindar dengan mudah karena badannya yang ringan dan
sempat sekali kena, namun Shea tanpa berpikir panjang mendorong anak itu jatuh
ke tanah. Lalu, anak lelaki itu kesakitan, Shea sadar ia membuat anak lelaki
itu terkena beling-beling pada punggungnya. Seakan, Shea sadar bagaimana ruangan
ini dapat digunakan untuk mengalahkan musuh. Shea mendengar anak lelaki itu
berteriak meminta pertolongan. Shea segera berlari ke arah sebelumnya.
Ia berlari dengan cepat. Taman ini tidak
begitu luas, namun ia berada di dalam satu ruangan. Shea menyadari itu kembali
ketika, ia menemukan dinding pembatas taman itu sangat tinggi, dan semuanya
diselimuti batang berduri dan lumut. Shea berusaha berlari ke direksi yang
berbeda dan ia menemukan hal yang sama, ia tidak menemukan jalan keluar.
Shea kembali bersembunyi, berusaha
bersandar pada pot-pot tanaman yang ada, karena ia tidak dapat jongkok. Shea
mengecek sepatunya, banyak beling-beling yang tertancap, dan Shea mencoba
mencabut semua. Taman ini begitu kecil, sehingga dalam beberapa waktu saja,
Shea sudah ditemukan. Kali ini, langsung bertiga. Anak lelaki yang kesakitan
itu sekarang beraut muka garang karena kesakitan dan yang lainnya mengapit
dirinya.
Satu wanita, ia berbicara, “Apa kau tidak
salah? Sudah kukatakan, bahkan para Warriors tidak menginginkan kau
menang.”
Lalu seorang lelaki lain, berbicara, “Jika
kami bisa membuatmu gugur, kami bertiga akan kembali masuk ke dalam
pertandingan.”
Dan anak lelaki yang terluka itu,
menambahkan, “Piece of cake.” Anak lelaki itu segera kembali menyerang Shea, ia
mendorong, dan Shea berusaha bertahan agar tidak terjatuh ke tanah. Namun, ia
lupa, sepatu kanannya terlepas, Shea hanya beralaskan kaus kaki, dan kakinya
pun terkena beling. Tapi, Shea bertahan. Telapak kaki kanannya langsung
merembeskan darah. Tidak sakit, Shea tidak merasakan apapun. Namun, dua orang
lain segera menghantamnya dari belakang, ini menjadi tidak adil. Shea hanya
berusaha berdiri, ketika kepalanya ditinju, didorong, dan dijambak.
Ketika Shea sudah mulai oleng, Shea menarik salah satu pakaian
seorang di antaranya, dan kemudian Shea tanpa memikirkan apapun segera
menghantam kepalanya kepada kepala orang itu. Seorang itu Shea dorong dan ia
menghantamnya ke dinding tumbuhan berduri. Ternyata orang itu adalah lelaki
yang satu lagi. Shea segera meninjunya. Ia meninju beberapa kali sebelum kedua
orang itu kembali mendatangi dirinya, Shea lalu menarik kembali lelaki itu dan
dengan cepat membuangnya ke arah teman-temannya datang. Shea berusaha berlari,
namun kakinya sudah penuh beling dan sangat sakit. Ia baru menyadarinya
sekarang.
Tiga orang itu kembali membuat formasi. Dua
laki-laki itu mendapatkan luka di punggungnya dan anak perempuan itu masih
segar bugar. Sedangkan dirinya, sudah penuh lebam di seluruh tubuhnya dan kaki
kanannya hampir tidak bisa digerakkan. Dari dua kubu saling berhadapan.
Lalu, penyakit Burns nya datang. Suatu
perasaan penuh liar yang ia tidak dapat bendung. Suatu keinginan yang ingin
keluar dan segera menyelesaikan pertandingan ini. Dalam kedudukannya,
orang-orang di depannya adalah mereka yang ingin membunuh dirinya. Dan penyakit
Burnsnya membuat dirinya begitu marah, hingga ia pun ingin sekali membunuh
mereka. Shea seakan, merubah raut mukanya, ia tidak dapat melihat keadaan
seperti ini. Suatu hal yang tidak sempurna, dan selalu dianggap sebelah mata,
dan bahkan ingin segera disingkirkan.
Shea pun terjatuh. Kepalanya begitu sakit.
Ketiga orang itu pun melihat Shea lengah dan mereka segera mendatangi Shea.
Yang Shea tahu, mereka ingin membunuh nya, dan Shea pun terkalahkan oleh
penyakit Burnnya, dalam pikirannya, ia ingin melakukan segala cara untuk
membunuh ketiga orang ini.
Shea segera berdiri dan di tangannya, ia
memegang pecahan beling dengan erat dan melemparkannya ke arah salah satu orang
itu, dan beling itu mengenai bibir peserta si perempuan, dan merobek wajahnya
begitu dalam. Kedua peserta lain terkaget ketika si perempuan itu panik dengan
apa yang terjadi dengan wajahnya. Shea tidak menyiakan kesempatan, ia segera
mengambil botol beling yang bawahnya pecah, ia menjambak dengan cepat peserta
lelaki yang ada di dekatnya, dan menghantam botol beling itu ke wajahnya,
sampai hidungnya yang mancung patah dan wajahnya tampak remuk. Ketika peserta
lelaki yang sejak awal menemukannya, segera menghantam Shea dan meninggalkan
dua temannya itu. Ia menjatuhkan Shea langsung ke tanah yang penuh beling.
Namun, Shea tidak menunjukkan dirinya yang kesakitan oleh luka di punggungnya,
bahkan yang tertancap pada kulit kepalanya. Shea malah tertawa dan itu membuat
ngeri sang anak lelaki itu. Shea lalu dengan mudah mengambil beling di tanah
dan menyerang wajah anak lelaki itu. Anak lelaki itu sempat menghindar dan
segera menahan tangan Shea.
Mereka berdua bergulat, yang berakhir, Shea
menggunakan tangan kirinya, menggenggam tanah dan melemparkannya ke arah mata
anak lelaki itu. Anak lelaki itu kesakitan dan perih. Ia menjadi tersungkur
menjauh dari Shea. Ia mengucek matanya
dan mengeluarkan darah. Ketiganya telah lumpuh, dan Shea melihat ketiganya
tidak berdaya di depannya. Penyakit Burnsnya membuatnya ingin kembali memukul,
namun, ia terhenti karena hembusan angin di wajahnya.
Sesuatu membuatnya untuk berhenti bergerak. Ada yang berbisik di
telinganya dan seketika dirinya berubah menjadi batu. Shea kemudian berhenti
bernafas. Bukan keinginannya untuk berhenti bernafas, suara itu menyuruhnya.
Shea merasakan kepanikan karena badannya tidak dapat bergerak sesuai
keinginannya. Hingga kemudian, Shea kembali dapat menggerakkan kakinya, dan
seluruh sakit luka itu membangunkan seluruh syaraf di badannya. Ia terjatuh dan
terbatuk-batuk, menghirup udara kembali.
Lalu, dua bayangan itu ada di depannya.
Keys mengatakan, “Kau telah melumpuhkan tiga peserta hanya dengan beling-beling
ini. Aku berharap kau membunuh mereka, bahkan memotong tubuh mereka. Dan,
kalian semua tidak akan ada yang lolos. Ternyata diantara kalian berempat, ada
yang masih menggunakan otaknya.” Keys mendatangi wajah Shea yang penuh simbahan
darah, “Maafkan aku. Aku hanya kesal, kau tahu? Hanya kami yang mendapat hanya
tiga peserta dari 15? Bukankah kau juga merasa ini tidak adil?”
Fish baru saja berkeliling menghampiri
ketiga peserta yang sudah tidak berdaya.
Fish mengatakan,
“Keys, tidak ada bagian tubuh yang terpotong dan mereka masih hidup. Kurasa,
kita telah menemukan pemenangnya?”
Keys membalas, “Mereka bilang, pertandingan
ini untuk mengalahkan wanita ini. Apa yang harus kita lakukan dengan dia
pemenangnya?”
Fish tersenyum, “Kita tidak perlu
memikirkannya. Peserta ini telah membuktikan kalau dirinya pantas untuk
mengikuti pertandingan yang adil dan yang sebenarnya, bukan?”
Keys tersenyum, “Kau benar. Aku akan
memberikannya hadiah.” Lalu, Keys membisikkan sesuatu ke telinga Shea, yang
membuat Shea akhirnya pingsan.
Keys dan Fish adalah pasangan Warriors
laki-laki dengan binding balik telinga. Sejak awal, mereka ada di dalam
ruangan, memperhatikan, mencoba melakukan kecurangan dengan menolong
orang-orang yang ingin mengalahkan Shea, namun, tak disangka, Shea berhasil
memenangkan pertandingan. Rambut hijau mereka begitu memukau, seperti warna
daun-daun tropical. Mereka bersembunyi menjadi bagian dari bayangan pepohonan
di taman.
Kemudian para Patrol masuk ke dalam
ruangan, dan semua peserta dikirimkan ke tempat masing-masing. Untuk para
peserta yang dinyatakan kalah, hanya akan dikirim ke rumah sakit The Whaledome.
Namun, seseorang seperti Shea, seperti suatu urgensi atau harus dirahasiakan,
Shea diselamatkan oleh Keys dan Fish, mereka berdua menghipnotis Shea melalui
bisikan ke telinga untuk Shea mampu bertahan mengikuti pertandingan Warriors
selanjutnya dan sehat. Lalu dikirimkan ke ruangan Bob.
Bob yang hanya terduduk dengan seluruh
barang berantakan di sekitarnya, lalu pintu terbuka, dan Shea berjalan dibopong
oleh dua Patrol. Bob segera berlari dan membawanya ke atas ranjang. Salah
seorang Patrol mengatakan, “Jika aku menjadi kau, Bob, aku akan meminta
mengundurkan diri. Aku tidak mengerti kekuatan apa yang ada di dalam anak
perempuan ini, tapi ia akan menjadi orang pertama yang mati dalam pertandingan
Warriors. Dan, kau Bob, mungkin akan dituntut sebagai pembelot.” Bob tidak
mendengarkan perkataan Patrol itu, ia hanya memperhatikan Shea yang tertidur
dan penuh lebam.
Para Patrol telah pergi, dan Bob melihat
luka pada kaki dan punggungnya. Ia tidak dapat memikirkan apa yang telah
dihadapi Shea. Selama ia menunggu Shea terbangun, ia mencoba membersihkan
kamar. Lalu, ia mengambil kursi dan terduduk di samping ranjang. Shea lalu
terbangun. Ia terduduk dan melihat Bob. Shea mulai menangis, dan mereka berdua
pun berpelukan.
Bob membelai rambutnya, ia mengatakan,
“Mulai saat ini, aku tidak akan membuat mereka memisahkan kita berdua.” Shea
terus menangis hingga ia memandang wajah Bob dan Bob menyeka air matanya. Bob
mulai menyuruhnya untuk istirahat, dan ia membantu mengganti perban Shea yang
ada di kaki, tangan, dan punggung.
Lalu, Shea kembali terlelap, tapi ia tidak
ingin Bob pergi, dan Bob pun tertidur di samping Shea dan mereka saling
berpegangan tangan.
Bob
mencoba tertidur namun Shea selalu tidak lelap dan bergumam, mimpi buruk, itu
membuatnya terus terjaga. Bob mencoba menghitung dan tinggal enam pertandingan
lagi. Bob memandang Shea yang begitu terkuras tenaganya, ia tidak dapat
membayangkan jika bukan dirinya yang menjadi pasangan Shea dalam pertandingan
Warriors, bahkan Shea benar-benar sudah mati sekarang. Tak ada orang lain yang
pernah hidup bersama dengan orang-orang berpenyakit Burns selama Bob,
sepengetahuannya, dan itu yang selama ini menjadi tiket penyelamat bagi Shea.
Namun, Bob pada akhirnya tertidur juga.
Terdengar suara Sirene, dan itu
membangunkan Bob. Ketika Bob terbangun, ia tidak melihat Shea di atas ranjang
tapi sudah berberes-beres di depan cermin. Di atas meja juga terlihat Shea
sudah makan. Bob segera loncat dari ranjang dan mendatangi Shea. Shea berdiri
dan segera memeluk Bob, menyuruhnya untuk makan.
Bob mengatakan, “Apa kau tidak merasa
sakit, Shea?” Shea menggelengkan kepala. Dan, apa yang dilihat Bob sangat
berbeda dengan apa yang dilihat kemarin. Pincang pun, tidak. Shea seakan sehat
hanya dalam waktu semalam. Bob hanya terdiam di depan makanan melihat Shea
mulai bersiap-siap. Bob menjadi ragu dengan apa yang terjadi, ia pun
mengatakan, “Tidakkah kita seharusnya sampai di sini saja, Shea?” Shea tidak
membalas, ia terus sibuk, Bob kembali membalas, “Kau hampir mati kemarin, kau
tahu?” Shea hanya tersenyum mengatakan kalau ia baik-baik saja. Bob menunjukan
tatapan marah, “Mereka tahu kau berpenyakit Burns, Shea! Apakah kau tidak
menyadari, meski kau memenangkan pertandingan Warriors ini, kau mungkin akan
langsung dituntut dan dimasukan ke Detown. Mungkin, sampai saat ini mereka
tidak menggugurkan mu karena mereka tidak pernah bereksperimen para Burns
mengikuti pertandingan ini dan terus lulus hingga tahap ini.” Bob memukul
mejanya dan ia pun berpangku muka. Ia mulai mengendorkan nada suaranya, “Tidak tahukah,
bahwa aku begitu kesal karena aku tidak bisa melindungimu hingga kau seperti
ini? Apa yang akan terjadi di pertandingan kedepan?”
Shea hanya terduduk di atas ranjang. Ia
memandangi Bob dari jauh. Andai ada cara supaya dirinya dapat berbincang dengan
Bob, ia ingin mengucapkan banyak hal kepada Bob yang sudah membantunya hingga
level ini. Lalu Patrol pun masuk, Patrol yang sama dengan kemarin, Patrol itu
bertanya, “Pertandingan akan dimulai 10 menit lagi, kurasa kita akan mulai
berjalan?” Bob dan Shea hanya terdiam di tempat. Patrol itu kembali bertanya,
“Ketidakberadaan kalian di lapangan pertandingan akan menyimpulkan bahwa kalian
mengundurkan diri. Kalian sudah memutuskan?” Bob mendengar hal itu kembali
mengangkat wajahnya, berpandangan dengan Patrol. Patrol itu tidak menunjukkan
raut muka apapun, Patrol itu segera pergi keluar ruangan. Bob memandang ke arah
Shea. Shea hanya tersenyum.
Arena pertandingan yang digunakan sudah
baru. Ia dinamakan Muse Hall. Muse Hall ini terletak di dalam gedung
Warriors, tepatnya di bunker paling bawah. Muse
Hall adalah tempat berlatih keempat belas Warriors setiap hari. Di arena
pertandingan ini, dapat dikatakan enam angkatan pertama Warriors akan
melaksanakan pertandingan nya di sini. Mereka disebut Finale. Dalam Finale ini, siapapun yang masuk ke tingkat
pertandingan ini, ketika ia kalah, ia akan mendapat poin sangat tinggi untuk
Poin-poin kebenarannya, dan tentu dapat dipromosikan untuk tahun depan. Dengan
keluarnya tiga finalis yang tidak memiliki pasangan itu, maka tersisalah 6
pasangan dengan Shea dan Bob.
Namun, hingga 5 menit, seluruh Warriors
telah masuk ke dalam Muse Hall dan
menempati kursinya masing-masing, dan satu pasangan belum datang. Yang paling
menanyakan keberadaan mereka adalah Pin dan Bill, dan sang Patrol yang
bertanggung jawab dengan Bob dan Shea, ia dipanggil dengan Patrol Mouse. Patrol
Mouse mengatakan, “Sepertinya mereka tidak akan datang.” Namun, sebelum
terompet dibunyikan, Bob dan Shea ternyata berjalan. Keduanya seakan tidak
menunjukkan pandangan bersalah karena telat. Patrol Mouse pun hanya menghela
nafas. Saat itulah, Shea pun segera merasakan ada yang melihatnya. Keys dan
Fish terduduk dan mereka senang Bob dan Shea dapat kembali lanjut. Bob
memandang keseluruhan ruangan. Ruangan yang begitu besar layaknya gua. Namun,
diukir begitu megah layaknya sebuah lukisan dinding. Pin dan Bill begitu senang
hingga mereka begitu berisik berbincangbincang.
Dan, saat itu juga, salah seorang Warriors,
yang duduk sendirian di singgahsana nya, berdiri dan mengucapkan salam kepada
seluruh peserta pertandingan, seiring pintu bunker itu tertutup. Seorang
Warrior tunggal dalam angkatan ke-6, Phil, binding mata. Rambutnya berwarna
pink dan pendek, tidak sama sekali mengedurkan kerupawanannya. Ia menggunakan
jas putih dan matanya begitu hijau muda, menunjukkan kekuatan mata itu
sendiri.
Phil pun mengatakan, “Selamat datang para calon Warriors. Selamat
datang di bunker Muse Hall. Tempat
ini adalah tempat paling sakral akan keberadaan dari Warriors The Whaledome.
Dibangun dengan kekuatan para Old Voyages dengan batubatu Ancient Enchants
Gifts. Batu-batu ini hanya akan bergerak sesuai dengan pemilik kekuatan
Warriors. Dan ini akan menjadi harta warisan bagi kedua dari kalian. Semua
dinding ini terukir sejarah dari keberadaan The Whaledome, dan sejarah dari The
Warriors. Kalian harus bersyukur memiliki kesempatan untuk sampai di tempat
ini. Terutama, bagi kalian yang memang akan kalah.” Seakan-akan Phil
berpandangan dengan Shea.
Karena, keberadaan singgahsana Warriors
sangat jauh di atas, tidak mungkin Shea dapat melihat. Namun, Bob melihat
pandangan Phil. Bob mengingat kisah Shea, ia diselamatkan oleh seorang
Warriors, yang berakhir dengan kematian sang Warrior itu sendiri, Warriors
ke-6, pasangan dari Phil. Dalam pikiran Bob, putusan nya untuk tetap ikut
kembali pertandingan ini adalah salah besar. Bagi Bob, Phil tak lain memiliki
tujuan untuk membalaskan dendamnya kepada Shea.
Phil mengatakan, “Pertandingan ini akan
dimulai dengan mudah. Enam pasangan bertarung untuk mendapatkan lima, lima
menjadi empat, empat menjadi tiga, tiga menjadi dua, dan dua menjadi satu
pasangan pemenang. Setiap satu pasangan gugur, akan berlanjut ke level
selanjutnya, tantangan selanjutnya. Untuk memperkenalkan lawan bermain kalian:
Joan dan Moore. Ben dan Gwen. Sweet dan
Line. Sour dan Yale. Vase dan Bass. Bob dan… Shea. Hal yang menguntungkan dari
pemenang kali ini, kalian akan mendapat kesempatan untuk memilih bebas
keinginan Anchient Gift yang kalian inginkan. Kalian akan menjadi putaran
ketiga dari tujuh Ancient Gifts yang dapat kalian dapatkan. Bukankah ini
menyenangkan?”
Joan dan Moore. Perawakan mereka seperti
telah bersih dan keduanya berambut pendek. Ben dan Gwen. Perawakan mereka
seperti anak masih sangat muda. Sweet dan Line, mereka pasangan yang tampan dan
cantik layaknya model namun dengan lebamlebam di muka. Sour dan Yale, Mereka
berdua terlihat begitu tangguh dengan tatapan seperti berpendidikan tinggi.
Vase dan Bass, keduanya berbadan sangat besar. Sedangkan Bob hanya seorang
petarung didikan Patrol, dan Shea, seorang penyakit Burns, seorang yang tidak
dipandang.
Bob hanya berusaha memikirkan apa yang akan
menjadi pertandingan selanjutnya. Apa yang dimiliki oleh bunker besar ini.
Semua dindingnya terlihat sama, batu-batu magis mana yang memiliki kekuatan.
Bob tidak pernah tahu dan ia berusaha tetap waspada. Shea sendiri, ia merasakan
seluruh badannya tidak sama sekali. Ia tidak mengerti, namun sebenarnya itu
adalah bagian dari hipnotis Keys dan Fish. Dalam yang sebenarnya, Shea itu
sekarat.
Terompet pun dimulai, entah dari mana, dan
terakhir kali terdengar suara Phil, “Believe your eyes.” Seluruh Muse Hall berdengung sangat kencang.
Seperti auman binatang-binatang bawah tanah namun lebih mengerikan yang bagi
para peserta, mereka berharap itu tidak mereka dengar lagi untuk kedua kalinya.
Kemudian, dalam hitungan beberapa detik, suara itu berhenti. Tidak ada yang
terjadi. Lalu, Bob dan Shea tidak tahu kalau namun tiba-tiba ada teriakan
mengenaskan, terutama dari dua kelompok, Glenn dan Vase. Lalu diikuti dengan
dua kelompok lainnya Sour dan Joan. Lalu, Bob melihat Shea. Shea sama sekali
tidak terjadi apa-apa. Bob melihat kemudian perubahan yang aneh pada wajah
Shea. Shea berubah menjadi sahabat Bob. Bob sampai menangiskan air mata. Lalu,
Shea tiba-tiba seperti berbayang berada di dalam gambaran sahabat Bob itu, Shea
tiba-tiba mengangkat tangannya dan ia memegang pisau dan segera menggorok lehernya
sendiri, yang tak lain leher sahabat Bob, kematian yang sama seperti
kenyataannya, sahabat Bob mati digorok di depan matanya sendiri. Dan, Bob
segera berteriak histeris.
Dalam kenyataan, Shea begitu kaget karena
Bob berteriak histeris kepadanya dan segera mencekik dirinya. Shea terdorong
dan ia tidak percaya dengan apa yang dilakukan Bob. Shea bahkan tidak dapat
mengerang, karena ia tidak memiliki pita suara. Shea hanya mencoba mencari
nafas dan megap-megap, dan memegang wajah Bob. Bob berteriak, “Why? Why?
Why?! ” dan Shea melihat Bob menangis.
Shea kemudian menampar dirinya sendiri.
Dari jauh, Pin dan Bill melihat seakan tak
percaya. Bill mengatakan, “Dia benarbenar tahu apa yang terjadi. Anak perempuan
yang menarik.”
Pin
membalas, “Aku benar-benar berharap anak itu menang.” Lalu, dalam beberapa saat
pandangan Bob mulai membingungkan. Ia melihat ada dua Shea yang sedang ia
cekik. Satu tertawa dan satu lagi seperti kesakitan dan terus menampar
wajahnya. Ketika cekikan tangan Bob melemah, Shea segera memukul kepala Bob
sekuat tenaga. Dan Bob pun menjauh, Shea mencoba bernafas seluas-luasnya.
Kepala Bob menjadi pusing, hingga ia mendapatkan kembali pandangannya.
Kali ini, ia melihat ayahnya. Dalam
kenyataan nya, Shea mendatangi Bob, namun di pandangan Bob, ayahnya yang
kembali hidup memegang pisau dan akan membunuhnya. Bob balik menyerang ayahnya,
dan kali ini, ia mengarahkan batu runcing ketika dalam kenyataan Shea tidak
bersenjatakan apapun. Bob menebas Shea, dan lengan Shea terluka dalam. Bob kembali
berteriak histerikal, seakan Bob berpenyakit Burns. Shea berusaha mengelak,
namun Bob yang memang sudah ahli dalam perang duel, benar-benar menjambak Shea
dan hampir menusuk Shea. Shea cepat berlari dan alhasil, rambut panjangnya
seperempatnya terpotong.
Bob dapat merasakan rambut Shea di
tangannya, ketika Shea berbalik seakan tidak percaya apa yang sebenarnya
dilihat oleh Bob. Lalu, apa yang dilihat Bob, adalah rambut sahabatnya dan
ayahnya menertawai seperti rambut-rambut tidak lain sudah ia kuliti dari kulit
kepala sahabat Bob. Bob semakin marah dan menyerang kembali Shea. Shea melihat
rambutnya dan ia tahu, apa yang dilihat Bob adalah masa lalu Bob sendiri.
Shea dengan sekuat tenaga berlari dari Bob dan berputar mendapatkan
berada tepat di belakang punggung Bob, Shea segera menyergap punggung Bob, dan
menutup matanya. Bob berusaha menurunkan Shea di atas punggungnya, namun Shea
berjuang bertahan, kali ini Shea memukul-mukul wajah Bob hingga Bob agak nyeri
dan Shea punya waktu untuk memegang tangan Bob yang memegang batu runcing itu
dan membuatnya menjatuhkannya. Lalu, Shea kembali bertahan menutup mata Bob.
Bob yang kerepotan akhirnya, terjatuh ke tanah. Ia mulai merasakan beban di
atasnya bergeser ke sebelahnya, ia membuka matanya dan, sesaat ia melihat Shea
yang terengah-engah memandangnya namun Shea kembali menutupkan mata Bob. Bob
dapat merasakan tangan Shea gemetaran, dan Bob menyadari, apa yang ada di
hadapannya bukanlah yang kenyataan yang ia lihat.
Bob segera berkata, “Ini aku, Shea. Ini
aku.” Katanya membuat Shea berhenti menepuk-nepukkan tangannya ke wajah Bob.
Ketika Bob ingin membuka mata lagi, Shea malah kembali menutupkannya, dan Bob
tahu, Shea memintanya untuk terus menutup mata. Dan, Bob berkata, “Aku akan
menutup mataku, baiklah.” Dan, perlahan, Bob memegang tangan Shea yang
gemetaran, kedua tertidur di tanah saling berhadapan dengan Bob tetap menutup
matanya. Shea hanya memandang Bob, yang terlihat kabur, namun karena begitu
dekat, ia tahu Bob ada di sana. Tangan Shea salah satunya memegang wajah Bob,
dan menghapus air mata Bob. Ia tidak mengerti apa yang dilihat Bob, namun Shea
akan melakukan apapun untuk Bob tidak lagi melihat hal mengerikan itu. Shea
kemudian menutup mata, dan ia berharap pertandingan ini cepat selesai. Shea memanggil
seseorang yang selalu berada di dalam pikirannya.
Shea merasakan keberadaan orang itu. Dalam
pikirannya membalas suara seseorang itu, “Apakah permainan ini adil?” Shea
kemudian mendengarkan seseorang itu berbicara. Sesaat, Shea melihat dari jauh yang
lain, memperhatikan dirinya dengan seseorang dalam pikirannya. Seseorang dalam
pikirannya tiba-tiba berjalan ke arah yang jauh itu. Shea berteriak, “Tunggu!
Tunggu! Apa kau akan meninggalkanku?” Lalu seseorang itu berhenti berjalan. Ia
mengatakan sesuatu. Shea pun menangis, lalu seseorang itu berbicara lagi, “Aku
tidak akan menyerah untuk Bob. Kau tahu itu.” Seseorang itu pun kembali
berjalan, Shea melihat dari kejauhan, seseorang itu seperti dipanggil, Shea
berlari dan memeluk nya dari belakang, “Aku akan menemukanmu. Ingatlah akan
diriku. Ingatlah.” Seseorang itu berbalik dan mencium keningnya, dia mengatakan
sesuatu yang membuat Shea menjawab, “Pergilah, ia menunggumu.” Seseorang itu
tersenyum. Namun, saat seseorang itu melepaskan tangan Shea, dari kejauhan ada
kobaran api yang besar, seperti luapan bom api yang meledak dan mendatangi ke
arah Shea. Bukannya seseorang itu pergi, ia tidak jadi melepaskan tangan Shea,
dan Shea sesaat melihat luapan api itu datang ke arahnya, seseorang itu segera
memeluk dirinya, melindungi Shea dari luapan api itu. Hal itu, mengagetkan
Shea, seakan Shea akan mati, dan itu membuka matanya. Tepat, pertandingan
menemukan pasangan yang gugur.
Tak disangka, pertandingan ini akan membuat
setiap pasangan berkelahi satu sama lain dengan apa yang dilihatnya. Bagi
pasangan yang salah satunya gugur akibat kawan pasangannya, maka merekalah yang
gugur. Dengan mudah, pasangan Vase dan Bass gugur. Orang yang terkena pion Phil
adalah Bass dan antara Vase yang tidak berusaha menyadarkan Bass sehingga Bass
langsung terjatuh atau malah sebaliknya, Bass dengan cepat menghabiskan
temannya sendiri. Keduanya tangguh, namun keduanya tidak ada rasa saling
kepercayaan.
Lalu, suara terompet berbunyi. Phil
mengakhiri kekuatan ilusi nya dan mencoba melihat lapangan, ia menatap ke arah
Shea dari tribun. Dan, ia menangis. Phil disentuh oleh seseorang dari belakang,
dan Gliss disana. Gliss bilang, “Aku juga mendengarnya, Phil. Ia memanggilmu.”
Namun, Phil segera menolak, “Tidak, tidak. Ia sudah tidak ada lagi. Apa yang
kau dengar hanyalah ilusi. Kita sedang berada di Muse Hall. Ingat?” Semua peserta kembali berdiri, dan Bob berdiri
muram di samping Shea. Ia merasakan dirinya tak berdaya, ia merasakan apa yang
baru saja terjadi adalah dirinya sendiri adalah bagian yang sama saja dengan
semua peserta lain, senjata yang mampu membunuh Shea.
Shea sendiri masih teringat rasa dipeluk
oleh seseorang itu dan luapan api yang menyelimuti dirinya tadi, ia memikirkan
apakah seseorang itu baik-baik saja. Lalu suara Phil terdengar lagi,
“Bagaimana? Apakah kalian menyukai pertandingan tadi? Menjadi seorang Warrior,
tidak sekedar menang dan memiliki Anchient Enchant Gifts. Menjadi seorang
Warriors, kau menyatukan jiwamu dengan jiwa orang di sebelahmu, entah itu
temanmu atau bahkan seorang yang kau baru kenal semenjak pertandingan ini
dimulai. Namun, kalian tidak akan bisa berbalik. Selamanya. Apakah benar orang
di sebelahmu dapat kau percayai akan nyawamu sendiri? Jika kalian perlu tahu,
ketika orang di sebelah mu mati, kau pun akan kehilangan belahan jiwa, dan
jangan bilang aku tidak mengingatkanmu.”
Bob semakin berberat hati. Darimana pun,
Shea adalah seoarang Burns. Dan Bob memiliki sejarah dengan Burns, sahabatnya
dan ayahnya. Bob mungkin menyayangi mereka namun Bob tidak akan pernah tahu
ketika jiwanya bersatu dengan Burns apakah ia juga akan menjadi Burns atau
tidak. Namun, Bob begitu menyayangi Shea, layaknya sahabatnya. Ia malah takut,
dirinya sendiri yang akan membunuh Shea.
Lalu terdengar suara yang berbeda. Kali ini
giliran Dolora dan Wandina. Dolora, seorang yang agak gendut namun berdada
besar, tembam, namun rambutnya berwarna biru, membuat dirinya begitu muda.
Dolora berumur tepat 30 tahun. Hal terbaik dari pasangan ini ialah mereka
pencinta lantai dansa, karena itu mereka memiliki binding kaki. Dolora dan
Wandina, sahabatnya, berumur sama. Wandina kurus namun pendek. Rambutnya ia
lilitkan seperti gulungan wol belum terpakai, rambutnya begitu panjang,
berarti. Dolora mengatakan, “Jangan pedulikan omongan tadi. Aku dan Wandina,
kami bertemu ketika pertandingan. Kalian bisa sampai saat ini bersama, bukankah
berarti kalian ada kesamaan? Aku dan Wandina, kami menyukai dansa. Dan,
beberapa tahun terakhir, kami mulai berpikir, para Warriors meski lahir untuk
menjadi seorang petarung, mereka pasti memiliki sisi romantis. Bukankah begitu,
Wandina?” Wandina membalas, “Dansa memberikan kita suatu harapan. Harapan akan
kebahagiaan The Whaledome, karena keberadaan kita, senyum kita untuk rakyat The
Whaledome. Kita bukanlah petarung bertangan besi, kita petarung dengan hati
penuh bijaksana. Langkahkan kalian dan mulailah berdansa.”
Sesaat semua terdiam dan bunker itu menjadi
sunyi. Para peserta saling berpandangan. Mereka tidak tahu apa yang mereka
harus lakukan. Menarikah?
Ben dan Gwen tepat berada di samping tempat
Bob dan Shea. Mereka berdua juga berpasangan. Mereka sepasang kekasih
muda.Tepatnya, Ben yang bersebelahan dengan Shea. Shea memandang ke arah Ben
dan Ben membalas pandangan itu dengan senyum. Shea tentunya tidak dapat melihat
senyum itu, karena mereka berada jarak jauh.
Namun,
Gwen disebelahnya bertanya, “Apa yang kau lihat, Ben?”
dan Ben berbalik dan tersenyum kepada Gwen,
“Seorang kawan Hutan The Whaledome.”
Gwen
bertanya, “Bukankah itu Shea, yang tidak bisa berbicara?”
Ben
membalas, “Aku hanya ingin kita menang, hingga pada waktunya.”
Gwen
ikut tersenyum, “As you wish, always.”
Ben kemudian mengambil tangan Gwen, dan
mulai berdansa. Ia mengatakan, “Itu yang kusuka darimu, Gwen. Kau penuh
kepercayaan padaku. Padahal kau tidak tahu siapa aku.”
Gwen tersenyum dan mengikuti Ben bergerak.
Gwen membalas, “Kau tahu kisah kapal bajak laut? Aku selalu memikirkan
bagaimana hebatnya sebuah kapal bajak laut selalu mampu memenangkan pertarungan
dengan kapal milik raja-ratu, lalu merampas seluruh harta yang ada di dalam
kapal itu. Dan, hanya karena awak-awak kapal bajak laut itu percaya akan kepemimpinan
Kapten kapalnya.”
Ben
membalas, “Aku tahu kisah itu. Hal yang paling membuatku penasaran adalah laut.
Banyak yang bilang laut itu seperti seorang wanita bagi sang kapten
kapal.”
Gwen membalas, “Hingga saat ini, aku tidak
pernah menemukan seorang peserta Warriors yang datang dan mengikuti
pertandingan namun tidak sekalipun mengerti apa itu Warriors, Anchient Enchant
Gifts, atau bahkan kekuatan mereka. Tapi, kau begitu bekerja keras memenangkan
setiap pertandingan.”
Ben menjawab, “Lalu, apa alasanmu mengikuti
pertandingan ini, Gwen?” Gwen bilang, “Memenangkan sesuatu.” Gwen tertawa
kecil, karena ia merasa begitu bodoh berdansa, tanpa musik, dan berbincang
mesra dengan Ben.
Ben pun membalas, “Kau sudah memenangkan
hatiku, Gwen.” Mereka tetap berdansa dan begitu senang.
Shea melihat lelaki dan perempuan di
sebelahnya menari. Shea seperti terkaget tak percaya. Shea pun memegang tangan
Bob. Bob yang muram, ia seperti melepaskan tangan Shea. Shea mengira Bob tidak
mengerti. Shea kembali memegang tangan Bob, namun Bob malah melepaskan dengan
kasar, “Aku tidak mau menari. Itu sangat memalukan.” Shea menjadi kesal dan
memaksa tetap. Bob dan Shea menjadi pegangan tangan dengan saling tarik
menarik.
Dari
jauh, Pin dan Bill memberi ucapan, “Dansa yang aneh.”
Bob berteriak dan mendorong jauh Shea,
“Tidakkah kau lihat tanganmu sendiri, Shea? Aku baru saja menebas tanganmu. Dan
kau masih mau berdansa denganku?” Shea mendengar itu, ia pun terdiam. Shea
memandang wajah Bob yang terlihat tertunduk. Seakan ia tidak mau melihat wajah
nya. Shea melihat di sekelilingnya, semua terlihat berdansa dan hanya mereka
yang tidak berdansa. Lalu, Shea dengan marah mengambil batu runcing di tanah,
Bob terkaget, lalu Shea segera menebas tangan nya. Bob kesakitan, “Apa yang kau
lakukan?” Lalu Shea segera melempar jauh batu itu. Ia kemudian menunjukkan
tangannya yang tertebas. Bob yang kesakitan, sesaat melihat, apa yang Shea
lihat. Ia seakan telah kehilangan harapan ketika Shea terus berjuang untuknya.
Dari semua peserta, Sour dan Yale adalah
yang pernah bertanding sebelumnya, tepat setahun kemarin, dan masuk juga ke
dalam Muse Hall. Mereka telah
mencapai umur 21 tahun, dan mereka tidak akan melakukan kesalahan yang sama.
Mereka memenangkan tiap pertandingan dengan mudah, karena mereka pernah
memenangkannya sebelumnya. Termasuk, bagian dansa ini. Sour dan Yale adalah
kawan karib yang dikatakan sama-sama memiliki ketangkasan dan kepintaran yang
sangat tinggi. Mereka sangat tahu pertandingan ini bukan hanya sekedar dansa. Muse Hall sebenarnya yang harus
dikhawatirkan. Para Warriors yang memiliki kekuatan, mampu mengendalikan
batu-batu itu. Dan, berdansa di antara batu-batu besar tidaklah mudah.
Semua orang terkaget dengan tiba-tiba
gerakan batu-batu keluar dari dinding bunker. Mereka tiba-tiba menyebar dan
mengelilingi masing-masing dari mereka yang menari. Lalu, batu-batu itu saling
berbenturan. Batu-batu itu berbenturan dan beritme, memberikan musik. Namun,
musik hanya dapat didengar oleh masing-masing pasangan, karena mereka berada di
dalam keliling batu-batu itu. Dan, mereka terjebak. Yang lebih dahulu keluar
dari jebakan bebatuan itu, mereka menang.
Tapi, yang tahu itu hanya Sour dan Yale,
dan dengan mudah, mereka keluar dari bebatuan itu. Mereka keluar dan sampai
pada salah satu gua pada dinding-dinding bebatuan. Ben dan Gwen, juga terkejut
dengan bebatuan disekeliling mereka berdua dan mengeluarkan ritme lagu.
Ben mengatakan, “Kita tidak boleh jatuh,
Gwen. Itu akan sangat memalukan,” bebatuan yang mereka pijak dan mereka terus loncati
membawa mereka naik dan naik, “Kemana kita harus berjalan?”
Gwen yang melihat dengan jelas Sour dan Yale mampu keluar dari
bebatuan yang mengelilingi mereka dan mereka loncat ke arah dinding bebatuan di
luar sana, “Ada. Aku melihatnya.”
Ben dan Gwen saling berputar sambil
meloncati bebatuan dan Ben tahu apa yang dimaksud oleh Gwen. Keduanya dari
pertama hanya loncat mengikuti bebatuan yang ada di dekat mereka, kali ini
mereka mengubah arah loncatan mereka. Mereka loncat turun melawan arus bebatuan
itu terbang. Dari mereka yang menari di tengah hingga mereka mulai menepi
mendekati dinding bebatuan, mereka saling melindungi satu sama lain dan dengan
cepat menghindari segala bebatuan yang terbang yang mencoba menjebak mereka.
Hingga, keduanya telah berada di depan salah satu lubang gua besar, dimana
mereka segera meloncat keluar dari bebatuan yang terbang dan berakhir di gua
itu. Mereka berdua juga berhasil keluar dan menang menuju level
berikutnya.
Peserta yang tertinggal adalah Bob dan
Shea, Joan dan Moore, dan Sweet dan Line. Bob dan Shea masih bersih keras
berada di bawah lapangan dan tidak ada bebatuan di sekitar mereka yang terbang
membawa mereka ke atas. Dolora melihat kedua pasangan lain telah mulai
melakukan hal yang sama dan mungkin dapat dengan mudah menang. “Apakah kita
membuat pertandingan ini menjadi sangat mudah, Wandina?”
Wandina membalas, “Muse Hall tidak pernah memberikan pertandingan yang mudah. Kau
lihat pasangan yang masih di bawah itu, mereka sedang menari, kau tahu, tarian
yang mampu menarik Muse Hall memberi
kekuatan lebih.”
Dolora teringat, “Apakah mereka tahu kalau
mereka sedang melakukan tarian itu?” Wandina membalas, “Aku tidak yakin. Antara
mereka akan terpelanting tinggi atau mereka akan menghantam kedua pasangan lain
yang sedang menari dengan bebatuan tenang itu.”
Bill dan Pin mendengar hal itu dan
mendekati Patch dan Adam, menanyakan apa yang dimaksud. Patch menjawab, “Dolora
dan Wandina sudah begitu lama di Muse
Hall ini. Mereka membuat kode-kode, kau tahu?”
Adam
menambahkan, “Tarian aneh itu, tarian salah satu kode mereka.”
Pin
bertanya, “Kode untuk apa?”
Patch dan Adam hanya saling berpandangan.
Sebelum mereka menjawab, King dan Queen mulai tertawa. Tawa mereka mengusik
suasana, Queen membalas, “Kode mematikan?”
King
mengikuti, “Oh! Mereka mulai!”
Bob dan Shea saling tarik menarik dalam
tariannya. Bob kesal dengan Shea memaksakan. Bob ingin sekali menjelaskan bahwa
memang dirinya ingin kalah. Shea tetap memaksanya menari. Keduanya berdiri
dengan kedua tangan saling tarik menarik. Bob pun menjawab, “Aku tidak akan
menari dan batu-batu ini tidak akan membawa kita terbang.” Shea mulai kesal
dengan apa yang ia dengar. Shea pun menghentikan diri. Bob hanya berdiri tegak
di depannya. Kedua tangan mereka yang memiliki luka meneteskan darah, karena
mereka terlalu banyak saling tarik menarik dengan tangan mereka. Bob melihat
rambut Shea yang baru saja ia potong. “Kita berhenti disini saja.”
Shea menggelengkan kepala. Lalu, Shea
mengepalkan tangan kanannya di depan muka Bob dan menggangkat jari telunjuknya,
“Sekali lagi?” Shea mengangguk. “Kau ingin sekali ini menang? Kau akan menyerah
untuk empat pertandingan lainnya?” Shea mengangguk. Shea menunjukkan arah di
sekitarnya, bahwa dari semua ujian yang mereka telah jalani, pertandingan ini
paling mudah dan ia tidak mengalami penyakit Burns. Shea lalu memegang kedua
tangan Bob.
Bob mengerti, jika memang itu keinginan
Shea. Ia memandang ke atas dan melihat kedua pasangan lain sudah berada di
teratas. Kali ini, Bob dengan mudah menaruh salah satu tangannya pada pinggang
Shea. Dan satu tangan lagi memegang tangan Shea. Salah satu tangan Shea
diletakkan pada pundak Bob. “Lalu apa yang harus kita lakukan?” Bob memandang
wajah Shea. Shea sebenarnya cukup gugup. “Apakah ini pertama kalinya kau
berdansa?” Shea mengangguk. “Bodoh.” Bob pun memimpin gerakan. Mereka mulai
melangkah ke kanan, lalu mundur ke arah Bob, dan maju ke arah Shea. Dengan
mudah, bebatuan di sekitar mereka mulai terangkat. Mereka mulai naik. Shea
melihat dan mulai tersenyum, “Fokus. Atau kita akan terjatuh.” Shea pun kembali
memandang wajahnya pada Bob. Mungkin terlihat rabun, namun Shea dapat merasakan
nafas Bob yang berada di depannya. “Tenang saja, aku akan menjagamu.” Lalu,
bebatuan lain mulai berusaha menutup langkah mereka, dengan mudah Bob menarik
Shea untuk loncat keluar dari kumpulan bebatuan tersebut, dan mereka mulai
terus mencari bebatuan lain ke atas. “Aku rasa, kita terlalu jauh, Shea. Lihat.
Kedua pasangan itu sudah mendekati dua gua yang tersisa di atas sana.” Shea
hanya mendengar, ia tahu Bob ingin dirinya kalah. Bahkan pasangannya sendiri
ingin dirinya kalah.
Shea pun memeluk Bob. Hal ini menghentikan
mereka untuk menari. Lalu, batubatu disekitar mereka mulai runtuh jatuh. Bob
kaget, “Apa yang kau lakukan, Shea?” Shea menaruh kepalanya bersandar pada
pundak Bob, “Kita tidak boleh berhenti.” Lalu, batu yang mereka pijaki, cukup
besar, layaknya lift, jatuh ke bawah. Keduanya terlepas dari pijakan batu itu,
dan mereka pun saling berpelukan, di tengah udara, meluncur jatuh ke bawah.
Semua yang melihat itu terkejut.
“Apa mereka ingin bunuh diri?” Teriak Phil,
“Patrol! Tangkap mereka di bawah!” Para Patrol bagaimana pun juga tidak bisa
masuk dalam lingkaran pertandingan. Muse
Hall akan menolak mereka semua. Bebatuan di bawah sana terlempar ke arah
mereka, “Dolora! Wandina!” Teriak Phil. Dolora dan Wandina hanya tidak
bergeming. Phil tidak mengerti, lalu Phil segera mengirimkan pandangan ke dalam
pikiran keduanya.
Snow dan Fire tahu kalau ada binding Mata
yang menggunakan kekuatannya.
Keduanya saling berpandangan dan bukan diantara keduanya. Keduanya
segera berteriak,
“Phil berusaha
menolong mereka!”
Gliss yang berada didekat Phil segera
menarik Phil untuk menghentikan pandangannya mengarah kearah kedua pasangan
itu, namun terlambat, Phil sudah masuk ke dalam pikiran, “Snow! Fire!”
Snow dan Fire segera memasuki pikiran Phil,
seakan-akan, mereka mampu membawa Phil kembali. Dan, benar, Phil segera
kembali, karena dalam pikirannya, Fire membakar salju-salju Snow dan
menghasilkan luapan air yang besar menerpa Phil yang sedang melakukan sesuatu.
Phil tenggelam dan ia pun terbangun.
King dan Queen yang melihat itu segera
menanyakan, “Apakah pertandingan masih sah?” Tanya mereka. Alex dan Sharon
berada di antara mereka, memandang ke arah Dolora dan Wandina, mereka tetap
tidak bergeming, keduanya sebentar lagi akan menubruk. Seluruh Warriors hanya
memandang.
Dari salah satu gua, Gwen berteriak,
“SHEA!” Gwen tidak berani melihat ia segera memeluk Ben. Bob dan Shea jatuh
dari ketinggian yang sangat tinggi sejak batu-batu itu membawa mereka naik,
saat mereka terbentur, keduanya akan mati dan bahkan tulangtulang mereka dapat
remuk. Lalu, terdengar suara siulan. Seakan-akan siulan itu begitu panjang.
“Kodenya, terpecahkan.” Ucap Wandina. Yang terjadi, Bob dan Shea melayang di
udara Muse Hall. Bob sendiri yang
menutup matanya, siap untuk mati, membuka mata, Shea menutup mata dan bersiul.
Siulan itu seperti menggema di seluruh Muse
Hall lalu seluruh batu lain runtuh. Kedua pasangan lain tidak sampai pada
gua, mereka semua terjatuh. Hanya Bob dan Shea yang saling berpelukan, melayang
di udara. Kedua pasangan lain saling ketakutan dan berusaha meloncati semua
batu di dekat mereka agar tidak terjatuh.
“Siulan
ini, tidak mungkin.” Ucap Humm, didekat Gliss.
Alex menanyakan, “Apa yang terjadi?
Bagaimana mungkin seluruh batu dapat runtuh?”
Humm
mendatangi Phil, “Apakah kau memberitahukannya?”
Phil menangis, “Aku tidak melakukan
apapun.” Ia sendiri mendekati pinggir podium, memandang Shea yang bersiul dan
melayang bersama Bob.
Snow menerangkan, “Phil berusaha memasuki
pikiran mereka namun Muse Hall
sendiri telah menawan kekuatannya melewati kekuatan Dolora dan Wandina.”
Fire menambah, “Karena Phil lebih kuat dari
kami, kami pun menenggelamkannya dengan ilusi terpaan air.”
Dolora memegang tangan Wandina, “Sudah lama
kita tidak mendengar siulan ini, bukan?”
Wandina
tersenyum, “Ia tidak pernah meninggalkan kita.”
Olds dan Joe menanyakan apa yang dimaksud,
lalu Keys dan Fish hanya membalas, “Siulan yang selama ini kami terus
cari.”
Moon
dan Luna ikut membalas, “Harapan yang selama ini hilang.”
Patch dan Adam ikut menjawab, “Kode yang
lama tak kembali.” Joe, duduk disebelah Sharon, Sharon hanya memandang tak
bergeming dengan apa yang terjadi di antara Warriors.
Bob berkata, “Kita melayang, Shea. Apa yang
kau lakukan. Seluruh bebatuan runtuh tanpa mengenai kita.” Shea lalu membuka
matanya. Kali ini, hal itu terjadi lagi, Shea memandang Bob namun seakan Shea
tidak melihat dirinya. Shea melepaskan pelukannya dan masing-masing dari mereka
melayang.
Sour dan Yale dari tempat mereka melihat
itu dan segera takjub seakan mereka tidak pernah melihat itu sebelumnya. Sweet
dan Line berhenti loncat, keduanya berhenti pada satu batu besar yang jatuh dan
berharap mereka masih dapat hidup di bawah sana. Shea kemudian memandang batu
dimana Sweet dan Line melewati mereka, Shea kembali mengalirkan siulan dengan
nada berbeda. Batu itu berhenti. Batu itu perlahan-lahan turun dan sampai ke
bawah. Sweet dan Line saling berpelukan seakan hidup mereka terselamatkan.
“Moore!” Ternyata, Joan
dan Moore juga hampir sampai pada depan goa namun
Moore tidak sempat
loncat dan ia terjatuh. Joan berteriak dari gua teratas. Moore terjatuh dengan
cepat dan melewati dimana Bob dan Shea melayang. Dengan mudah, Bob, menentang
hukum gravitasi, seakan saat melewati Bob, Moore jatuh dengan lambat, Bob
segera menangkapnya. Bob memegang erat tangan Moore, karena Bob dapat berdiri
di tengah udara sedangkan Moore tetap berada pada gravitas jatuh.
Bob hanya memandangi Shea. Lalu, Shea memandang
Bob untuk memegang tangannya. Bob mengikuti. Shea mendekati Bob, dengan
pandangan yang seakan itu bukan Shea. Shea segera melepaskan tangan Moore yang
memegang tangan Bob di salah satu tangannya. Moore segera berteriak, Moore
terjatuh kembali ke bawah. Namun, Moore sama seperti yang lain, ia jatuh
perlahan hingga sampai di dasar. Bob dan Shea saling menggengam kedua tangan
mereka dan Shea mulai berputar di tengah udara. Mereka kembali menari namun
dengan berputar. Bob mengikuti lalu keduanya kembali terbang ke atas. Semua
orang memperhatikan. Kedua kaki mereka seperti berpijak namun mereka melayang.
Mereka terus berputar dan entah kenapa putaran mereka berhenti, karena kaki
mereka telah sampai pada gua kosong dan menapak.
Shea berhenti bersiul, sesekali ia menutup
matanya, ia tersenyum. Ia membuka mata dan ia memandang Bob. Ia menghela nafas
karena ia melihat telah berhasil memenangkan pertandingan yang satu ini. Shea
memandang Bob dan berharap Bob juga senang. Namun yang ia dapat, Bob melepas
kedua tangan Shea dan menunjukkan rengutan muka, “Siapa yang menolongmu, Shea?”
Dolora dan Wandina pun mengumumkan,
“Seharusnya ada empat pasangan yang berhasil lolos. Namun, kami akan
menggugurkan pihak Joan dan Moore karena pasangannya satu terjatuh. Dengan demikian,
tiga pasangan yang berhasil lolos ke pertandingan berikutnya.”
Lalu, tiba-tiba Bob berteriak, “Kami
mengundurkan diri!” Semua mendengar. Sharon saat itu berdiri dari tempat
duduknya dan mendatangi Dolora dan Wandina, membisikkan sesuatu. Bebatuan yang
jatuh kembali terbang dan menjemput para pemenang. Semua menaiki bebatuan yang
menjemput mereka, termasuk Joan. Semuanya mendekati di tempat Warriors
berada.
“Dalam
pertandingan Muse Hall tidak ada
yang dapat mengundurkan diri,” ucap Sharon, “Seperti yang diputuskan Dolora dan
Wandina, Joan, kau gugur bersama pasangan mu.” Joan dengan bebatuannya turun
perlahan ke dasar. Para Patrol menjemput mereka yang gagal dan keluar dari Muse Hall. “Selamat kepada Sour dan
Yale, Ben dan Gwen,
dan Bob dan Shea. Tiga pemenang. Empat pertandingan.”
Bob
segera menyela, “Kami memilih mengundurkan diri.”
Lalu, sesaat,
Phil mendatangi ke depan Bob dan Shea, “Apa kau ingin mundur?” Phil tidak
memandang ke arah Bob, ia bertanya pada Shea. Shea terkejut. “Apa kau ingin
mundur?” Shea pada akhirnya berhadapan dengan Phil, orang yang selama ini
memutuskan untuk dirinya tidak dimasukkan kedalam Detown, orang yang selama ini
Shea harap dapat
bertemu dan berbincang. Shea pun menggelenngkan kepalanya. Phil lalu memandang
Bob, “Keempat orang ini tentu akan bersedia menggantikan posisimu berpasangan
dengan nya.”
Bob pun segera kesal lalu berteriak, “Shea
adalah seorang Burns. Pertandingan ini semua adalah hanya berusaha
membunuhnya.”
Semua tertegun. Tidak ada yang tidak mengetahui
Bob, ia tumbuh dengan memiliki kemampuan membedakan seseorang berpenyakit Burns
dan memang mampu merahasiakannya.
Phil segera membalas, “Proof it.” Shea
memandang Bob yang memberitahukan rahasianya. Shea seperti keringat dingin. Ia
tahu, ia akan berakhir di Detown. Shea tidak habis pikir kalau Bob akan
mengkhianatinya.
Bob segera mengerti, ia segera melihat raut
wajah Shea mengerut dan Bob segera mendorong Shea, keluar dari pijakan batu
itu. Shea merasa terancam dan seketika, dengan mudah Shea seperti memiliki
kekuatan untuk membalas dorongan Bob, dan Bob yang malah terjatuh dari pijakan
batu dan turun ke bawah. Orang yang bukan berpenyakit Burns akan menolong Bob,
namun tangan Shea hanya melepaskan. Penyakit Burns Shea yang melakukannya.
Semua berteriak. Lalu, terdengar suara
hentakan. Kali ini, Bob benar-benar jatuh. Namun, Dolora dan Wandina membawanya
kepada hentakan ringan. Bob hanya pingsan. Semua orang memandang Shea. “Maaf,
Shea. Kau dieliminasi dan segera dibawa ke Detown,” ucap Sharon.
Pin dan Bill segera menentang, “Kami telah
mengetes dan ia terbebas dari penyakit Burns.” Sharon hanya memandang keduanya
balik dan mereka tidak berkutip.
“Kami rasa itu bukan suatu hal yang adil.
Seseorang yang akan mendorong kami pun, kami akan perlakukan sama. Itu bukan
salah satu pengujian ia memang seorang penyakit Burns.” Tiba-tiba Gwen balik
berbicara. Ben memberikan isyarat untuk Gwen jangan ikut campur, namun Gwen
kembali berbicara, “Bukankah masih ada binding Warriors dahi? Uji lagi Shea.”
Sharon membalas, “Lalu kalau sudah diuji?
Ia tetaplah gugur, pasangannya mengundurkan diri.”
“Saya akan menggantikan diri saya
berpasangan dengan Shea. Sejak awal, pasangan saya Ben tidak ingin menjadi
Warriors. Saya akan menggantikan Bob.”
Ben memandang Gwen, wajahnya berkerut
seakan Gwen tidak mengerti apa yang baru saja ia katakan. Gwen juga memandang
Ben memberikan suatu sinyal. Ben pun akhirnya menjawab ke hadapan Warriors.
“Itu benar. Saya juga bersedia mengundurkan diri jika memang Shea berhasil
masuk ke dalam pertandingan berikutnya.” Ucap Ben.
“Jelly dan Rum.” Sharon memanggil. Jelly
dan Rum mendekati, “Siapkan Muse Hall.” Jelly dan Rum segera
menggantikan tempat Dolora dan Wandina. Jelly mulai melakukan sesuatu pada Muse Hall, bebatuan mulai mengeluarkan
cahaya, seperti berlian, saling berkilauan. Rum membuat bebatuan itu melayang
dan membentuk suatu dataran besar di tengah udara. Batu Shea berpijak bergerak
dan mengarah ke dataran batu berkilau itu. Shea tahu, semua tahu, bebatuan itu
membentuk seperti scanning seseorang adalah Berpenyakit Burns atau tidak. Jelly
dan Rum saling berpandangan, tepat saat Shea mulai berpijak di dataran berkilau
tersebut. Shea mulai menangis, karena ia merasa bersalah dengan apa yang ia
lakukan pada Bob. Shea tidak berhenti berjalan di tengah. Ia pun memutuskan
untuk terus melangkah dan sampai di ujung batu, ia loncat dari dataran itu.
Shea ingin menyusul Bob.
“SHEA!”
Teriak Gwen, kembali.
Entah kenapa, hal itu terjadi lagi. Dolora
dan Wandina tidak melakukan apapun dan mereka takjub. Shea tidak bersiul, namun
ia melayang. Kali ini, ia tidak melakukan apapun, Shea berharap ia dapat jatuh,
namun ia tetap melayang. “Muse Hall
menyelamatkannya,” ucap Rum. Rum memandang Jelly, “Bukankah ini sudah jelas
jawabannya?”
Jelly mengerti. “Apapun yang dipilih Bob
biarlah ia memilih demikian. Anak itu bukan berpenyakit Burns. Ia hanya tidak
bisa berbicara.” Ucap Jelly. Jelly memandang ke arah Phil, “Kau bahkan sudah
tahu jawabannya. Terimalah kebenarannya.”
“Apa maksudmu, Jelly?” Tanya King.
“Bagaimana mungkin ia diselamatkan oleh Muse
Hall? Muse Hall tidak akan
pernah menyelamatkan siapapun yang belum pernah sekalipun masuk ke dalamnya
atau mereka yang bukan Warriors.”
“Shea adalah seorang Warrior.” Ucap Phil
keras. “Ia memiliki kekuatan adikku, Air. Siulan itu adalah siulan Air sejak ia
pertama kali menjadi seorang Warriors. Dolora dan Wandina yang memintanya untuk
bersiul, kode kelembutan. Tidakkah kalian menyadari, inilah yang kutakutkan.
Bagian dalam Air ada pada Shea.”
“Bukankah ini menjadi tidak adil?”
Terdengar suara dari salah satu peserta, Sour, “Jika memang Shea adalah seorang
Warrior, bukankah sebaiknya dia dieleminasi?”
Yale menambahkan, “Biarkan kami memenangan
pertandingan ini dengan benar. Kami berusaha, ini ketiga kalinya kami.”
Ben dan Gwen hanya saling berpandangan,
mereka menganggap ini suatu yang tidak pernah bayangkan. Gwen menanyakan, “Apa
kebijakan Warriors? Kami menerima semuanya.”
“Sesuai dengan perjanjian. Jelly dan Rum
telah menyatakan Shea lolos ke pertandingan sebelumnya. Siulan yang ia dapatkan
dan perkenanan Muse Hall tidak
menjadikan dia seorang Warrior, bahkan jika memang benar Air telah memberikan
kekuatannya kepada Shea, ia bukan seorang Warrior. Dan kalian, kau tahu mengapa
dibuat pertandingan-pertandingan ini? Seorang Warrior adalah satu-satunya
pekerjaan dalam The Whaledome yang memiliki kekuatan diluar manusia biasa dan
mereka diperbolehkan untuk berkelahi layaknya The Patrols. Sebelum ia diberikan
suatu kekuatan, kami dan Old Voyages harus mengetahui bahwa seorang manusia
normal tersebut memang layak mendapatkannya. Kami tidak akan segan memberikan
pertandingan seberat mungkin untuk menghasilkan yang terbaik.”
Alex segera melanjutkan, “Pertandingan
berikutnya, Rock dan Rain?” Lalu muncullah, pasangan suami isteri. Keduanya
sangat tampan dan cantik, meski sudah berumur mendekati 30 tahun, keduanya
terlihat sangat bugar dan muda.
Rain mulai menjawab, “Apa yang kulihat tadi
tidak pernah terjadi dalam hidupku sebelumnya. Dan, bukankah seorang Warriors
adalah saling berpasang-pasangan?”
Rock membalas, “Bukankah mereka ingin
memperebutkan kursi untuk dapat berpasangan dengan anak perempuan ini?” Rain
dan Rock menggantikan posisi Jelly dan Rum. Keduanya memandang Muse Hall, lalu tiba-tiba Sour dan Yale
ditarik oleh bebatuan, mereka masuk, berpisah ke masing-masing gua di bebatuan
dan ditutup.
“Apa yang kalian lakukan?” Tanya Chow. Chow
dan Tien mengetahui bukan itu rancangan pertandingan seharusnya dari binding
tangan berikutnya. “Bukankah seharusnya seluruh peserta bertanding di dalam
labirin bebatuan seperti yang direncanakan?”
Rain membalas, “Tentu saja. Tien?” Tien
seperti telah mengetahui apa yang dimaksud. Tien memanggil Patrol Mouse di
dekat mereka, “Bawa kembali anak itu.” Patrol Mouse mengerti.
Lalu Rock menjelaskan, “Peserta Ben, Gwen,
dan Bob. Sesuai dengan perjanjian, Shea akan melanjutkan pertandingan. Namun,
kami ingin pasangan nya yang juga layak menjadi seorang Warrior. Setidaknya,
yang memang berkeinginan menjadi Warrior. Ketiga dari kalian akan dimasukkan
dalam labirin bebatuan Muse Hall.
Siapa yang mampu menyelesaikan labirin ini tercepat, ia dapat lanjut dan
berpasangan dengan Shea.” “Saya tidak ingin berpasangan dengan Shea.” Jawab
Ben. Semua memperhatikan.
Rain menjawab, “Itu bukan keputusan mu.
Seharusnya kamu mundur sejak awal. Muse Hall hanya mengikuti perintah Warriors.
Apa yang telah diperintahkan tidak dapat dilanggar kecuali oleh Old
Voyages.”
Ben membalas, “Yang kuperlukan adalah hanya
kalah, bukan?” Gwen memegang tangan Ben seakan itu menunjukkan Ben untuk
berhenti berbicara.
Rock membalas, “Kau tidak datang hingga
saat ini untuk kalah dengan sia-sia, bukan?” Lalu, dari bawah, seluruh bebatuan
bergemuruh, dari atas, bebatuan mulai berjatuhan, dengan kencang hingga
membentuk suatu dinding-dinding labirin. “Mari pertandingan dimulai.”
Tiba-tiba
pijakan Gwen dan Ben terlepas, hal terakhir yang dapat dilakukan Gwen adalah
memegang erat tangan Ben hingga akhirnya berpisah. Keduanya jatuh ke dalam
labirin di bawah sana. Shea yang melayang di tengah Muse Hall pun demikian, ia jatuh bebas ke bawah sana. Pin dan Bill
bertanya, “Apakah Shea juga bertanding di dalamnya?”
Rock dan Rain membalas, “Tentu saja. Siapakah yang Shea
akan pilih?”
Chapter VI
The
Choice
Bob terbangun dari ketidaksadaran nya dan
ia terbangun di antara dinding-dinding bebatuan Muse Hall. Yang ia ingat, memang ia terjatuh dari atas, ia tidak
mengira kalau ia masih hidup. Ia berusaha memperhatikan sekitarnya dan yang ia
dapatkan adalah dua arah, kemana ia harus pergi. Dinding-dinding bebatuan itu
mengarah lurus ke kanan atau ke kiri. Bob mencoba memperhatikan sekeliling di
atasnya. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia merasa sendirian. Lalu
dari arah kiri dan kanan, dinding-dinding bebatuan mulai bergemuruh, dan
bebatuan itu mulai memisahkan diri dari dinding yang ada, membentuk layaknya
manusia, hanya itu batu.
Bob telah waspada. Bebatuan itu melangkah
mendatangi Bob. Mereka datang dengan
layaknya seorang petinju. Bob pun melakukan hal yang sama, ia mengepal
tangannya dan mulai menghantamkan tinjuan kepada mereka. Yang tak disangka,
bebatuan itu layaknya kulit telur, tiba-tiba pecah hanya dengan tinjuan sekali
Bob. Bob memandang sekelilingnya terdapat serpihan batu itu menjadi debu. Bob
pun dengan kemampuannya terlatih menjadi Patrol, tanpa segan ia meninju semua
batu-batu itu dan semuanya dengan mudah pecah menjadi debu. Sepuluh bebatuan
telah menjadi debu.
Bob kembali sendirian. Bob mencoba menghela
nafas dan membersihkan debudebu di tangannya. Lalu, tiba-tiba terdengar lagi,
suara gemuruh dari dinding-dinding. Manusia-manusia batu itu mulai terbentuk,
kali ini dari sepanjang jalan di kedua arah. Kira, kira ada 40 bebatuan. Bob
pun mengerti kalau ia masih dalam pertandingan.
Bob memilih jalan ke kanan,
dan ia meninju seluruh bebatuan yang ada di sepanjang jalannya. Seluruh bebatuan
itu menjadi debu, namun Bob tahu, bebatuan lain mengejarnya dari belakang. Bob
terus berlari dan ujung jalan itu membelokkannya ke satu jalan ke kanan. Bob
terus berlari. Di depannya, batu-batu mulai bergemuruhan dan mulai terbentuk
manusia-manusia bebatuan itu. Bob lebih cepat berlari dan menendang semua
pembentukan itu hingga kembali menjadi debu. Bob hampir sampai pada ujung jalan
dan terdapat dua arah, kembali. Kali ini, Bob tidak dapat kemana pun. Kedua
arah itu telah dipenuhi oleh manusia-manusia bebatuan. Ketika ia berbalik ke
jalan yang baru saja ia lalui, bebatuan telah kembali berbentuk menjadi
manusia-manusia bebatuan itu. Bob mengadah tatapan nya ke atas. Dinding-dinding
itu terlalu tinggi untuk diloncati. Bob tahu kalau ia masih dalam pertandingan.
Namun, ia tidak tahu pertandingan ini berasal dari binding Warriors apa.
Bob menyadari kalau ia masih dalam
pertandingan, demikian pula Shea. Akhirnya, ia berteriak, “SHEA!” Seakan-akan
bebatuan itu pun berhenti bergerak. Padahal Bob sudah siap untuk menghantam
mereka semua. Lalu, tiba-tiba dari jalan arah kanan Bob, seluruh bebatuan itu
kembali pada dinding-dinding. Bob tahu, itu jalan yang harus ia tempuh. Bob
terus melangkah dan memanggil nama Shea. Seakan-akan seluruh bebatuan itu
memberikan jalan kepada Bob dan membiarkannya berjalan menuju jalan yang benar.
Jalan yang membawanya kepada Shea. Bob
berlari dan tiba-tiba Bob berhenti. Ia melihat ada sesosok wanita di ujung
jalan sana. Bob kembali berteriak, “SHEA?” Ia berlari karena sosok orang itu
pun berlari ke arahnya. Mereka bertemu di tengah, “Gwen?” Ucap Bob.
Gwen
sendiri terkejut. “Apakah kau mencari Shea? ”
Dari atas, seluruh Warriors memandang
keduanya yang saling bertemu. “Inikah guna dari pertandingan mu, Rock dan
Rain?” tanya Alex. Keduanya hanya tersenyum melihatnya.
Phil yang berada di atas memperhatikan
keberadaan Shea. Ia mengkhawatirkan keadaan penyakit Burns itu. Ia
mengkhawatirkan perkataan Sharon bahwa Shea akan dibawa ke dalam Detown.
“Jangan khawatir.” Gliss di sebelahnya mendengar suara hati Phil. Phil dapat
melihat Gwen dan Bob berada di bagian labirin yang berseberangan dengan dimana
Shea berada.
Di bagian lain, Ben mendekat ke arah dimana
Shea berada. Sama seperti yang dialami Bob, manusia-manusia bebatuan itu terus
mengejar dan menghimpit Ben. Ben yang sudah mengenal kekuatan binding tangan,
Ben berusaha juga memukul manusiamanusia itu. Ben terus melewati dan
membelokkan seluruh jalan yang Ben harap itu jalan yang benar. Ben memandangi
dua arah jalan yang lain dan dipenuhi manusia bebatuan itu. Ben hanya kembali
memilih jalan sembarang arah. Memukul orang-orangan itu dan tiba-tiba ia sampai
pada dataran bebatuan Muse Hall
tanpa dinding-dinding. Ben tahu kalau ia berhasil keluar. Ia sudah melewati dan
berlari sekitar 60 belokan. Ben menghitung. Ben melihat ke arah di
sekelilingnya. Ben waspada jika ia harus berhadapan dengan para Binding Tangan
itu sendiri. Dari kejauhan, Shea muncul. Shea sejak tadi menunggu. Dan, ia
berharap itu Bob, ternyata itu Ben. Ben hanya menghela nafas.
Ben menyapa Shea, “Hai, Shea.” Shea memandangi Ben. Ben sesosok anak
muda dengan rambut pirang emas. Ben terlihat sangat gagah meski ia dipenuhi
oleh debu-debu. Mata Shea yang rabun hanya mampu melihat rambut Ben yang jelas
terang. Ben terduduk di bebatuan, “Aku duduk, ya.” Shea mendatangi dan mulai
menepuk debu-debu itu. Ben mulai terbatuk-batuk. “Kau tidak perlu melakukannya,
Shea.” Ucap Ben. “Aku tidak seharusnya menemukan mu terlebih dahulu. Kau tahu
itu?” Shea tidak mengerti. Ia hanya berdiri di samping Ben. “Apakah selama ini
kau berdiri menunggu kami? Duduklah.” Ucap Ben. Ben menarik tangan Shea, dan
Shea ternyata belum bisa mempercayai orang lain memeganginya, akibat Bob yang
saat terakhir membangunkan penyakit Burns nya, ia mengira Ben ingin
menyergapnya sama seperti yang dilakukan Bob.
Shea segera berlutut, mengambil bebatuan di samping Ben lalu memukul
ke arah kepala Ben. Ben yang sigap segera menggunakan kepalan tangannya memukul
batu itu, lalu batu itu berubah menjadi debu.
“Lihat. Ada yang juga berhasil memecahkan
kode kita.” Ucap Rain. Semua melihat Ben tahu semua batu itu adalah debu,
bahkan yang bukan manusia sekalipun.
“Siapakah anak ini?” Tanya Fish. Pin dan
Bill menjawab, “Ben adalah anak biasa dari Sector Lines Fanners. Ayahnya
seorang Purifiers dan ibunya seorang Greeners.” Mereka memperhatikan Ben dan
Shea saling berpandangan. Shea tersadar ia
baru saja mengambil batu dan batu itu berubah menjadi debu. Shea segera
menarik diri dan tersungkur di depan Ben. Ben hanya memandang Shea, ia
berwaspada karena mungkin saja Shea adalah lawannya yang sebenarnya. Keduanya
tidak berkutit beberapa saat.
“Gwen sangat memperhatikan mu, apa kau
mengenalnya, Shea?” Shea tidak memiliki teman, bahkan mengenal Gwen. Ben hanya
terus berbicara, “Gwen selalu memperhatikan mu di Truth Bearer Field . Ia
selalu berharap kau berhasil hingga saat ini. Hanya karena Gwen lebih muda dua
tahun dari mu, ia berharap dapat berpasangan dengan mu. Jika kau mau tahu, Gwen
ingin mendatangimu saat pemilihan pasangan itu. Tapi, aku langsung mengajukan
diri. Kau tahu kenapa? Karena aku tahu kau seorang berpenyakit Burns. Jika Gwen
berpasangan dengan mu, ia akan dianggap Pembelot dan segera juga menangkap mu.
Aku harus menjaganya, kau tahu itu, kan, Shea?”
Shea mengerti dan ia mulai memperbaiki cara
duduknya di depan Ben. “Aku akan melakukan apapun untuk menjaga Gwen, bahkan
jika itu harus berpasangan dengan mu.” Shea terkejut. “Aku selalu melihat kakek
dan nenekmu bekerja bersama Ayah dan Ibuku. Kurasa, jika kita berdua menjadi
pasangan Warriors, keluarga kita juga menjadi akan dekat. Aku selalu
memperhatikan mu di Whaledome Nose. Aku tahu kau seorang penyakit Burns. Entah
mengapa tidak ada seorang pun yang berani menangkap mu. Jika aku seorang
Patrol, aku pun akan segera menangkapmu.” Shea mulai ingin berkata-kata, “Aku
mengerti bahasa isyarat.” Ucap Ben. Shea pun melakukan bahasa isyarat, “Aku
mempelajari tumbuhan-tumbuhan di Whaledome Nose, apotek hidup. Aku belajar
mengenai penyakit Burns. Aku ingin menjadi seorang dokter.”
Shea lalu berdiri. Ia melangkah di depan
Ben. Shea memberikan bahasa isyarat.
Ben memperhatikan
dan wajahnya mulai mengerut. Ia mengerti apa yang dikatakan Shea. Lalu, bahasa
Shea berhenti, ia menjulurkan tangannya pada Ben.
“Gwen yang ingin berpasangan dengan mu,
bukan aku.” Ucap Ben. Shea pun menunjukkan bahasa isyarat yang lain. Tepat saat
itu, Gwen dan Bob sampai, mereka sendiri tahu kalau semua bebatuan itu berubah
menjadi debu saat mereka meninjunya, satu dinding bebatuan besar, mereka dobrak
dan berubah menjadi debu.
Ben dan Shea melihat kedatangan mereka
berdua. Gwen dengan debu-debu bertebangan di sekitarnya, ia meneriakkan nama
Ben. Gwen menunggu kabut debu mulai menipis, dan saat ia melihat dengan jelas,
tepat saat itu, Ben sedang memegang tangan Shea dan berdiri. Lalu, seluruh
bebatuan itu musnah runtuh. Dari atas, Rock berteriak, “Selamat pasangan pertandingan
baru, Ben dan Shea.” Gwen dan Bob terkejut.
Gwen terutama melihat Ben berpegangan
dengan Shea. Gwen seakan-akan dikhianati. Bob memperhatikan Shea sendiri yang
juga memandang ke arah Bob. Lalu, bebatuan besar mengangkat Ben dan Shea naik
ke atas podium para Warriors dan meninggalkan Gwen dan Bob di bawah sana. Para
Patrol masuk menjemput Gwen dan Bob. Untuk terakhir kalinya, Gwen memperhatikan
ke atas, Ben sendiri memandang ke arah Gwen hingga Gwen dan Bob telah keluar
dari Muse Hall.
Ben akan melakukan apa saja untuk Gwen.
Mereka naik ke atas dan mereka berhadapan dengan Sharon. Lalu, Rock dan Rain
mengeluarkan Sour dan Yale dari gua dan juga dibawah ke dekat podium. “Selamat
para finalis. Mari masuk ke dalam perjamuan makan malam kami.”
Mereka semua naik ke podium dan keempatnya
berjalan melewati para Warriors. Mereka berempat berdebu dan kumuh. Yang
menuntun mereka adalah Rock dan Rain serta Chow dan Tien, mereka memasuki suatu
ruangan lorong panjang. Mereka berempat diminta berhenti dan membiarkan para
Warriors berjalan melewati mereka. Shea mengetahui Phil melewatinya, Phil hanya
sesekali memandang. Mereka berjalan menuju ujung lorong hingga menghilang.
“Kalian harus berberes-beres.” Masing-masing berjalan bersama salah satu
Warriors. Ben mendapatkan Chow, Sour mendapatkan Tien, Yale mendapatkan Rock,
dan Shea mendapatkan Rain. Mereka berempat dipisahkan dan masuk ke dalam
ruangan tertentu. Ben memandang Shea, karena ia masih harus berjalan sedangkan
Shea sudah sampai pada depan ruangannya. Rain membuka ruangan itu dan Shea
melihat kamar tidur.
“Para Warriors tinggal di gua Ancient
Enchant Gifts. Ini kamarku. Kau boleh memakainya untuk membersihkan diri.” Rain
membantu Shea membuka seluruh bajunya dan perban yang ia pakai, luka yang
sangat banyak. “Perkataan pasangan mu memang benar, kurasa ia benar-benar
mengkhawatirkan mu, dibandingkan dirinya dianggap sebagai pembelot.” Shea tahu
yang Rain maksud adalah Bob. “Kau tahu mengapa kami para binding tangan
menemani kalian bersiap-siap, karena kami memiliki kekuatan tangan yang kuat,
cepat, dan kami dapat dengan mudah menjahit semua luka itu tanpa rasa sakit.
Apa kau percaya padaku?” Tanya Rain. Shea hanya mengangguk. Rain membawa nya ke
dalam ruangan basuh. “Aku tahu kau berpenyakit Burns.” Shea tibatiba merasakan
hawa dingin yang mengancamnya. “Untuk itu, kau harus kubuat tertidur...” Rain
seperti memukul tengkuk leher Shea, dan Shea segera pingsan.
Saat terbangun, Rain menunggunya di samping
tempat tidur. Shea sesaat terbangun seperti seluruh badannya ringan, dan
pakaian yang ia pakai ialah pakaian gaun malam dengan berlengan panjang,
elegan, menutupi seluruh luka-lukanya. Shea dapat berdiri dan ia tidak
merasakan sakit dimanapun. Rain tersenyum. “Kau bangun pada waktunya. Ayo, ke
ruang makan.” Keduanya keluar ruangan dan mereka berjalan menuju lorong yang
sama, menuju ke ujung lorong. Pintu itu cukup besar, saat terbuka, udara segar
yang sama Shea rasakan di Whaledome Nose menerpa Shea. Sebuah meja panjang dan
penuh dengan makanan dan minuman. Semua Warriors telah menyantap dengan nikmat
dan berbincang satu sama lain. “Lihat, teman-teman mu sudah datang.” Ucap Rain.
Shea tidak dapat melihat dengan jelas, “Kau akan duduk di sebelah Ben.” Rain
terus menuntun dan berakhir di depan satu kursi kosong.
Ben berdiri dari tempat duduknya dan
menyapa Shea, “Hai, Shea.” Ben memandang Shea dari atas sampai bawah, Shea
benar-benar berbeda. Rambutnya yang selama ini berantakan telah menjadi rapi
dan rambutnya sudah dipotong lebih pendek dari sebelumnya. Bahkan, di atas
bahu. “Apa kau tahu rambutmu cukup pendek sekarang, Shea?” Shea mendengar
perkataan Ben, dan ia segera memegang rambutnya. “Kamu cantik.” Ucap Ben jujur.
Shea tersenyum malu. Ben membantu Shea duduk. “Aku selalu melakukan hal ini
pada Gwen.” Shea mengangguk. “Dia di depanmu,” bisik Ben. Maksudnya adalah
Phil. Phil memandang Shea, demikian juga Shea memandang Phil. “Ia memandang mu
terus.” Shea langsung gugup, ia memalingkan mukanya mendekat pada wajah Ben.
“Kau terlalu dekat, cantik.” Shea menjadi tambah canggung. Ia terpaku tidak
bergerak. “Perhatikan piring di depanmu.” Ucap Ben, dan Shea segera
melakukannya. “Aku biasa diundang ke acara makan high wage scores, keluarga
Gwen. Ini sudah menjadi hal biasa bagiku. Aku akan membantumu mengambil makanan.
Kamu suka makanan apa?” Shea menunjukkan kalau ia ingin sup atau sejenisnya.
Ben pun mengangkat piring Shea dan mencedokkan sup dan juga menambahkan satu
bun. Shea dapat merasakan bau yang tak pernah ia rasakan sebelum, “Semua
berasal dari Whaledome Nose.” Shea mengangguk. Ia segera meraba meja makan, Ben
membantu mengambilkan sendok sup. Shea segera memakan dengan lahap. Ben sendiri
perlahanlahan memakan santapan di depannya. Tapi, sesekali Ben kembali
memperhatikan Shea dan terlihat tumpahan kuah mengenai dagunya, Ben segera
membersihkannya.
“Bukankah orang itu baru saja berkenalan
dengan pasangannya barusan?” tanya Olds.
Dolora berada di sebelah Olds, “Olds, itu
yang selalu kuperhatikan. Apakah menurutmu pasangannya, Gwen dapat memenangkan
pertandingan jika bukan Ben pasangannya?”
Olds hanya tertawa, “Aku masih ingat di
pertandinganku. Anak perempuan itu terus muntah, dan anak lelaki itu tetap
bertahan membangunkannya.” Joe yang mendengar itu tertawa mengingat kembali
kejadian itu.
Wandina membalas, “Tapi lihat cara ia
makan, seperti orang rupawan.” Semua memperhatikan. Lalu, mereka juga
memperhatikan Shea yang terlihat begitu kewalahan memasukkan semua makanan yang
ia ingin makan.
Shea teringat akan pasangan lawannya yang
lain. Shea menepuk pundak Ben dengan tangannya yang kotor. “Euh...” Ben hanya
bergumam, Shea mendengar hal itu dan ia berhenti melakukannya. Ben segera
mengambil kain pembersih tangan, membersihkan pundaknya sebentar lalu memegang
kedua tangan Shea dan mulai membersihkan semua, “Kamu cukup mengkhawatirkan
juga, Shea.” Shea berusaha menelan semua makanan yang ia kunyah. Selesai Ben
membersihkan tangan Shea, Shea segera menunjukkan bahasa isyarat, “Sour dan
Yale? Ia duduk di seberang ujung sana, mereka diapit oleh Rock dan Tien. Dan di
depan mereka adalah Humm dan Sharon.” Shea pun menanyakan keadaan di sekitar
mereka berdua, “Sebelah kita Rain dan Chow, di depan ku ada Gliss, dan di ujung
meja sana, ada Alex. Di sebelah Phil ada Adam.” Shea mulai mengerti. “Apa kau
tidak kenyang?” Shea masih memakan banyak hal di depannya. “Kau tidak ingat
kalau kita akan bertanding lagi?” Shea pun menghentikan makananya. Ben kembali
mengambil kedua tangan Shea, kali ini ia mengambil baskom kecil untuk mencuci
tangan dan menaruh baskom itu di pangkuannya. Ia mulai mencuci tangan Shea.
Selesai itu, ia mengelapnya kembali. “apa Bob pernah melakukan hal ini?” Shea
segera menggeleng. Ben memberikan gelas yang penuh dengan air, “Minumlah.
Tenanglah, aku akan memenangkan mu.” Ben hanya menatap Shea dan Shea meneguk
minuman itu.
Shea
meminumnya lalu sesaat Shea serasa seluruh lehernya menjadi panas. Shea
terbatuk-batuk. Ben terkaget. Ben segera menepuk pundak Shea, tapi tiba-tiba
saja Shea seperti terbangun penyakit Burnsnya. Gliss segera berdiri, “Tidak
mungkin.” Shea yang masih setengah sadar memegang pergelangan tangan Ben begitu
kuat. “Jangan sekarang, Shea. Tetaplah sadar.” Rain di sebelahnya tidak dapat
berbuat apapun. Sekali ia menolong Shea untuk pingsan, itu akan jelas
menunjukkan bahwa Shea adalah seorang berpenyakit Burns. Demikian pula Phil, ia
sudah diawasi oleh Snow dan Fire. Ben
dapat merasakan tangan Shea seperti mencekeram begitu kuat, kukunya seperti
akan mengoyakkan bajunya. Semua orang memperhatikan, “Shea, kau hanya tersedak!”
Ben segera menepuk sangat kencang punggung Shea, lalu Shea pun muntah. Semua
makanan yang baru ia makan semua keluar. Pin dan Bill dari jauh, bahkan Moon
dan Luna pun mengeluarkan suara, “Euh...” Sour dan Yale bahkan segera berdiri
dan menghentikan semua yang mereka lakukan.
Shea sepenuhnya kembali tersadar karena
muntah itu begitu menyakitkan pada leher dan kepala. Ben menepuk-nepuk pundak
Shea, “Muntahkan saja semua. Tidak apaapa.” Mata Shea sampai berair. Tangan
Shea sudah terlepas dan Ben, ia muntah dan akhirnya berhenti.
Seseorang menyodorkan minum, orang yang
duduk disebelah Rain, Keys. Ben menolak, “Terima kasih. Shea sudah punya
minumannya. Ini, Shea.” Ben mengambil minumannya sendiri. She segera meminumnya
dengan lega. “Kamu terlalu banyak makan, jadi begini.” Ben segera mengambil
kain pembersih yang baru dan menyodorkannya pada Shea. Air mata Shea terus
mengalir, Shea berusaha menghapusnya. Rain mendatangi keduanya, “Kurasa kalian
cukup sampai di sini, kalian bisa kembali ke kamar masingmasing.” Ben dan Shea
pun pergi. Keduanya keluar dari ruangan lalu berjalan menuju lorong
kamar-kamar, belum sampai, mereka sudah dipanggil dari belakang. Phil berdiri
sendiri, tiba-tiba Phil berhasil memasuki pandangan Shea. Shea dapat merasakan
kehadiran pikirannya dimasuki seseorang.
Dalam pikiran
Phil, ia berada di tengah ruangan putih. Lalu, Phil melihat dengan kepalanya
sendiri, Shea terduduk dan seseorang berdiri merangkul pundak Shea. “Air!”
Teriak Phil. Phil segera berlari ke arah mereka berdua. “Apa kau selama ini ada
di dalam
Shea?” Air tidak
berbicara. Air hanya tersenyum. “Aku menunggu saat ini tiba. Ternyata memang
benar.” Air kembali tersenyum. Tiba-tiba Shea terbatuk-batuk, lalu Air segera
murung kembali menepuk pundak Shea. Phil lalu melihat sesuatu dimuntahkan oleh
Shea. Shea memandang Phil, lalu Shea menunjukkan, daun berwarna hijau berbentuk
Four Leaf Clover.
Lalu
Phil mendengar suara Shea yang merdu itu, “Sudah kumuntahkan.”
Air menepuk sambil murung. Phil melihat
daun itu segera mengering dan menjadi debu. Seakan-akan ada sesuatu yang
menarik gambaran itu, lalu Phil kembali ke dunia nyata.
Saat ia di dunia nyata, tepat sekali Snow
dan Fire datang. Snow dan Fire melihat Shea berjalan memasuki ruangan kamarnya
dengan Ben seperti berbincang sebentar. Snow dan Fire segera mendatangi Phil,
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Fire.
Snow segera memasuki ingatan Phil. Phil
dengan mudah menyangkal. Snow memandang keberadaan Ben yang terus berbincang
dengan Shea di depan pintu kamar Shea, meyakinkan bahwa Phil tidak berbuat apapun
pada mereka. Ketiganya pun meninggalkan lorong itu.
Yang mereka tidak tahu, Di balik kamar itu,
pandangan Shea seperti mati. Sama seperti saat Bob melihat kalau Shea sedang
tidak melihat dirinya. Namun, Ben membuat keadaan seakan Shea sedang memandangnya
dan Ben hanya berusaha membahas apapun yang terlintas dalam pikirannya.
Setelah Phil keluar dari pikirannya. Shea
masih berada dalam pikirannya sendiri. Ia terduduk dan melihat daun itu
menghilang. “Apa yang harus kulakukan?” Air mendatangi depan muka Shea lalu
berlutut. Ia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Ben. Ia
mengeluarkan sapu tangan putihnya, mengelap wajah Shea dan tangannya. Lalu,
sapu tangan itu ia taruh pada genggaman tangan Shea.
Lalu, Shea terbangun, karena ia mendengar suara
Ben yang memanggilnya, “Shea? Apa yang terjadi?” Shea sesaat dapat memandang
wajah Ben dengan jelas. Matanya biru laut, bulu matanya tebal, dan ia memiliki
poni rambut yang cukup panjang rapi disisir ke kanan.
Entah datang dari mana, Shea mengeluarkan
suara, “Ah...” Ben mendengar, “...uh.” Bahkan Shea bisa mendengar suaranya
sendiri. Ada tekanan di dalam lehernya.
“Kamu sudah melakukan yang terbaik malam ini,
Shea.” Ben tersenyum. Shea masih dapat melihat senyuman itu. “Beristirahatlah.”
Ben melepaskan pegangannya.
“Eh...” Terdengar lagi, seakan Shea tidak percaya, ia memegang
lehernya sendiri. “Adakah yang ingin kau
ucapkan?” Tanya Ben.
Shea mendengar perkataan Ben, Shea pun semakin ingin berkata-kata,
“Ah...Ihhh.” Shea bahkan kembali menangis.
“Mengapa kamu menangis, Shea?” Shea segera
memeluk Ben. Ben tidak tahu harus berbuat apa. Shea terisak-isak, dan isakannya
pun bersuara. Ben pun hanya dapat mengelus rambut pendek Shea. Lalu, Shea
melepaskan pelukan dari Ben, Shea mengelap air matanya sendiri. Shea pergi
masuk ke dalam ruangan. Ben tidak mengerti mengapa anak itu menangis, Ben hanya
kembali berjalan tanpa menengok ke belakang.
Di dalam ruangan makan, sudah tidak ada
lagi para Warriors. Hanya yang membersihkan muntahan Shea dan pembersih meja
makan. Semua Warriors berbincangbincang di ruangan lain. Mereka menikmati
minuman. Sour dan Yale juga ikut. Mereka berbincang dengan Olds dan Joe.
Perbincangan mereka adalah kalau kali ketiga ini mereka gagal lagi, Sour dan
Yale memutuskan untuk menjadi ilmuwan. Dalam hal ini, Pin dan Bill senang
sekali dengan pilihan mereka. Dari semua sibuk berbincang. Gliss hanya terduduk
menikmati minumannya. Humm berbincang dengan Moon dan Luna.
Sharon
datang melewati, “Apa yang kau senyumkan, Gliss?”
Gliss menjawab, “Aku mendengar suara yang
merdu.” Gliss mengangkat gelasnya ke udara, “Terima kasih untuk mu.” Gliss lalu
lalu meminumnya kembali. Keys melewati Sharon, “Dan terimakasih untuk mu juga,
Keys.” Ucap Gliss. Keys tersentak dan ia hanya memandang Sharon sekilas lalu
segera pergi menjauh.
Sharon pun mengatakan sebelum ia pergi, “Ia
tidak akan pernah bisa memenangkan pertandingan terakhir. Akui saja.” Saat ia
berjalan, Gliss hanya mengucapkan satu kalimat, “Wanna bet?”
Chapter VII
The
End
Shea memandang arena Muse Hall. Mereka bilang ini hari ke 13. Ada aturan jika
pertandingan ini tidak berakhir pada hari ke 14, maka tahun itu dinyatakan
gagal. Semua orang bilang hingga kini belum ada yang percaya. Namun, hingga
saat ini semua pertandingan selalu berakhir sebelum batas waktunya. Semua yang dilakukan Rain
kemarin malam benar-benar menyegarkan badan Shea setelah ia beristirahat. Muse Hall tetap berbentuk sama, suram
penuh bebatuan-bebatuan. Shea sejak pagi keluar dari kamarnya dan telah
bersiap. Shea bertemu dengan Patch dan Adam yang juga sudah berada di podium
Warriors.
Patch
mengucapkan selamat pagi dan tiba-tiba Shea berguman, “Mmmh..”
Keduanya
tersenyum dan Adam mengatakan, “Siulan mu kemarin sangat indah.”
Patch
juga menceritakan, “Apa kau tahu siulan siapa itu?”
Shea
kembali berguman, “Aaaieh...”
Patch mengangguk. “Sejak kapan kau mulai
mengeluarkan suara, Shea? Suaramu indah.” Adam menyalami Shea, “Kami mendukung
mu, Shea.” Shea tersipu malu. Keduanya anak muda yang tampan, mata Shea dapat
melihat cukup jelas saat itu. Lalu, muncullah Ben. Sejak tadi Ben mencari Shea
dan ternyata ia menemukannya di podium Warriors. Patch dan Adam kembali
menyalami Ben.
“Apa
kalian siap turun ke bawah?” tanya Adam.
Keduanya mengangguk. Dan, seperti ada angin
mendorong mereka, seketika mereka sudah berada di bawah. Pandangan mereka
seperti bergerak namun kabur, seperti mereka melewati lorong bebatuan yang
tidak mereka ketahui, lalu tiba-tiba mereka sudah berada di lapangan bawah Muse Hall. Patch dan Adam pun sudah
tidak ada lagi.
“Kekuatan yang luar biasa.” Ucap Ben. Shea mengangguk. Ben bertanya,
“Mereka bilang ini hari ke 13. Jika besok dengan waktu tengah hari, kita tidak
ada yang memenangkan pertandingan, bahkan tak ada dari kita yang akan menang.”
Shea mendengar cerita itu. “Itu aturan yang sudah lama sekali sejak dibentuk
pertandingan ini. Belum pernah ada yang terjadi. Apa itu mungkin terjadi?” Shea
mengangguk kembali. “Apa kau khawatir akan hari ini?” Shea hanya kembali menunjuk pada Ben, “Aku? Aku jujur
tidak ingin menang. Aku hanya akan membiarkan Sour dan Yale menang.
Bagaimana dengan
mu?” Shea terdiam mendengar jawaban Ben. Shea kembali menggunakan bahasa
isyaratnya, Ben kembali menjawab, “Kita tidak mungkin menang, kau tahu. Selama
kau masih belum bisa mengendalikan penyakit Burns itu. Aku tidak akan
membiarkan penyakit Burns mu itu masuk dalam pikiran ku.”
Lalu, terasa lagi hembusan angin yang
cepat, dan di depan mereka berdua Sour dan Yale berdiri. “Hai, Ben.” Ucap Yale.
“Dan, temanmu yang kemarin muntah.” Sour tertawa kecil. Shea mendengar itu
kembali malu. “Pertandingan ini menjadi tidak adil semenjak kau masuk jadi
peserta, Shea.” Ucap Yale, “Mengapa kamu tidak mundur saja?” Shea hanya
terdiam.
Sour menambahkan, “Yale, pertandingan ini
hanya cocok bagi mereka yang bukan berpenyakit Burns. Pasti dia akan
kalah.”
Yale kembali bertanya, “Kau dengar itu?
Mengapa kau memaksakan kehendakmu sendiri. Ketika Bob berusaha menghentikanmu?”
Shea kembali teringat kejadian terakhir dengan Bob. Bob dan Gwen keluar dari
bebatuan namun, Shea yang tidak tahu, ia telah memilih Ben sebagai partnernya.
Ia belum mengucapkan kata-kata ataupun memberikan pandangan apapun terakhir
pada Bob, hal itu mengganjal dalam dirinya. Ben tiba-tiba mendatangi Sour dan
Yale.
“Kalian bukan pengecut kan? Kalian sendiri
takut kami memenangkan pertandingan ini. Sector Centros dikalahkan oleh Sector
Fanners. Bukankah itu menyenangkan untuk didengarkan semua orang?” Ben
memandang Yale dengan tajam, “Tidak salah kalian selalu kalah pada dua tahun
ini, bagian kalian hanya kembali pada Centros.” Semua orang tahu kalau selama
12 kali pertandingan, jika di babak final Sector Centros masuk dalamnya, mereka
selalu menang. Selama dua tahun ini, Sector Centros dikalahkan oleh Sector yang
tidak pernah memenangkan pertandingan satupun, yaitu Moon dan Luna, dari Sector
Lighters dan Patch dan Adam dari Sector Pedagang, yang tidak ada yang pernah
mengikuti Truth Bearer Field/Warriors sebelumnya. Dan, jika benar Ben dan Shea
memenangkan pertandingan kali ini, maka Sector Fanners memiliki Warriors untuk
pertama kalinya.
“Selamat datang para calon Warriors.” Dari
atas terdengar suara. Alex berbicara, “Kita akan memulai pertandingan ini. Shea
menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan panjang. Ben dan Yale memisahkan
diri. Ben kembali kepada Shea, Ben tidak mengucapkan sepatah kata pun pada
Shea. Dalam diri Shea, ia masih teringat akan Bob, dan pilihannya menggantikan
Bob dengan Ben. Ben, seseorang yang tidak segansegan membunuhnya jika ia
berubah menjadi seorang berpenyakit Burns tak terkendali.
“Bukankah itu lebih baik?” Tiba-tiba Ben
berkata sendiri. Shea memandang Ben, karena ia tidak mengerti apa yang dimaksud
oleh Ben. “Kau harus buktikan kalau kau mampu, Shea. Bahkan jika aku harus jadi
musuhmu.” Shea tertegun mendengar perkataan Ben. “Kau percaya padaku?”
Shea
pun pun bergumam, “Mmmh.”
Seluruh Warriors telah berada di atas
podium dan Alex kembali berbicara, “Pertandingan ini akan dibagi dalam dua
babak. Namun, berkenaan dengan keberadaan pertandingan keempat yang tidak
dilakukan kemarin, maka binding dahi Jelly dan Rum akan ikut serta dalam kedua
babak tersebut. Babak pertama akan dipegang oleh binding balik telinga, Humm
dan Gliss bersama Jelly. Selamat bermain.” Sour dan Yale saling berpandangan karena
selama dua tahun ini pertandingan terakhir tidak seperti itu. Ben dan Shea
adalah anak baru, dan mereka pun sudah berserah sejak awal dengan apapun yang
terjadi.
Muse
Hall tiba-tiba menjadi sunyi. Namun, bagi keempat
para pemain, telinga mereka mendengar begitu banyak suara yang tak pernah
mereka dengar sebelum. Keempat pemain itu mulai kesakitan, berguling di tanah,
memegangi kepala atau telinga mereka, dan Shea, ia tahu kalau suara itu akan
membangunkan penyakit Burnsnya. Tangan Shea segera memegangi tanah yang ia
pijak. Shea tersungkur dan terus menekan bumi. Shea berusaha mencari dimana
Ben, ketika Ben sudah mengeliat di tanah. Shea hampir kehilangan kesadarannya,
lalu Shea teringat akan sapu tangan Ben yang diberikan Ben kemarin. Shea pun
mencoba menggerakkan tangannya dari tanah, namun tangan itu seperti menolak
gerakan Shea. Jika Shea tidak sigap, tangannya akan terlepas dari tanah dan
mulai memukul dirinya sendiri. Shea pun menggeram, “Eeennnh...” Ia memanggil
Ben. Ben terus menggeliat, ketika Shea akhirnya memberanikan diri melepaskan
tangannya untuk meraih sapu tangan di kantung celananya, lalu Shea tidak sampai
menarik sapu tangan itu dan menggenggamnya dengan tangan kanannya, badan Shea
oleng, dan ia jatuh terlentang. Sapu tangan itu terlepas dari genggamannya.
Shea hilang kesadaran, dan tangannya mulai memukul dirinya sendiri.
Suara-suara itu adalah suara-suara ratap tangis, masa-masa perang di
atas bumi, teriakan, bencana, bom, kerusakan hutan, dan hal-hal mengerikan yang
pernah terjadi. Namun, semua itu adalah suara-suara asing bagi penduduk
Whaledome 70 tahun lamanya. Shea mulai hilang kendali dan semakin menjauh dari
Ben. Ben juga mengalami kesakitan pada telinganya, terus dan terus, namun
otaknya berjalan akan pertandingan apa yang sedang dilakukan saat ini. Lalu Ben
melihat sapu tangan putih terbang di depannya, Ben segera menangkapnya. Ben
sambil kesakitan merobek sapu tangan itu dan ia menyumbat telinganya dengan
kain yang ada. Kepalanya pening dan berdengung. Ia tetap mendengar suara-suara
itu hanya mengecil saja. Ben memperhatikan sekitarnya dan ia tahu kalau Shea
sudah tidak berada di sampingnya. Sour dan Yale tiba-tiba telah berdiri di
hadapan Ben, dan mereka tidak lagi kesakitan, namun mereka berdua seperti orang
tak berekspresi. Mereka berdua mulai mengeroyoki Ben. Ben terkena pukul dan ia
terjatuh ke tanah. Pukulan terus datang dan Ben kewalahan. Kepalanya semakin
pusing dan ia tidak dapat fokus. Ben pun segera memegangi kaki panjang Sour
lalu menariknya sehingga Sour terjatuh. Ben pun menarik kaki Sour sekuat tenaga
untuk menendang badan Yale yang mendatanginya. Kaki Sour mengenai perut Yale,
Yale pun segera rebah ke tanah. Yale terbatuk-batuk. Sour yang ditarik kaki
oleh Ben berusaha melepaskan diri, namun Ben segera melepaskan kakinya dan
kepalan tangannya segera memukul wajah Sour. Sour segera kesakitan. Ben
berusaha berdiri dan menjauhi Sour dan Yale yang sedang rebah.
Ben mendatangi terakhir kali ia melihat
Shea. Ben yang oleng-oleng berjalan mendekati suatu gua besar, karena di sana
jejak kaki Shea berada. Ben memasuki gua itu, dan tanahnya lembab dan berpasir.
Ben melihat sesosok bayangan di ujung gua, bayangan itu mondar-mandir dan
memukul kepalanya ke samping-samping dinding gua. “SHEA!” Teriak Ben. Lalu,
Shea berbalik, seluruh darah mengalir di atas kepalanya. Ben juga melihat
lengan tangannya penuh dengan cakaran dan ada gigitan. Bibir dan kukukuku Shea
mengalir darah. Shea melakukan itu pada dirinya sendiri. Ben tak sanggup
melihatnya ia hanya terpaku.
Lalu, Shea dengan cepat mendatangi dan akan
menerkamnya. Ben pun dengan tegas mendatangi Shea, lalu menjatuhkan pundak Shea
ke tanah lembap itu. Tangan Shea dengan mudah mencakar wajah Ben. Ben
kesakitan, namun Ben tetap mempertahankan keadaan mereka berdua di atas tanah itu.
Kedua pipi Ben berdarah oleh tangan Shea, tapi Ben sama sekali tidak beranjak.
Ia menunggu waktu yang tepat, lalu Ben melepaskan tangannya dari pundak Shea,
Shea segera mengangkat pundak dan kepalanya untuk semakin menerkam Ben, tapi
kaki Ben menahan perut Shea, sehingga Shea kembali jatuh ke tanah. Dan saat itu
juga, Ben mengeruk tanah pada lumpur di sekitar kepala Shea, dan Ben
menggenggam dua onggok tanah dan ditaruhkan, Ben menekan lumpur itu masuk ke
telinga Shea.
Kedua tangan Shea sudah menjambak rambut
pirang Ben. Ben kesakitan luar biasa. Kaki Shea yang Ben tindih pun terus
melontar-lontar. Namun, tangan Ben bertahan pada telinga Shea. “Sial...” Ben
sudah tidak tahan lagi, akhirnya Ben memegang kencang kepala Shea, lalu ia
mengangkat kepala itu, ia bantingkan ke tanah.
Lalu,
saat itu juga, Shea kembali. “AHHHHH!!!!” Teriak Shea kencang.
Ben segera melepaskan diri dan menghindar.
Shea pun segera menyadari sekitarnya, luka yang ada di badannya, hingga
keberadaan Ben itu sendiri. Kedua sapu tangan itu terlepas dari telinga Ben dan
Ben kembali mendengar dengan kencang suarasuara itu. Shea seperti terlupa apa
yang baru saja terjadi namun ia sendiri mengalami kesakitan yang parah pada
luka-lukanya. Namun, ia tidak lagi mendengar suara itu. Shea mendatangi Ben
yang bersandar pada dinding gua dan kepalanya ia berusaha benturkan karena
suara itu tidak pernah berhenti menghantui telinganya. Shea menyadari apa yang
telah ia perbuat kepada wajah yang baru kemarin malam ia lihat sangat jelas,
menjadi penuh luka dan berdarah.
Shea pun menangis. Ia seperti jatuh, hilang
arah. Seluruh badannya seperti tidak kuat lagi membendung perasaannya. Shea
menangis dengan apa yang telah ia perbuat kepada Ben. Tangisan Shea telah
terdengar oleh Ben, karena Shea sudah mengeluarkan suara. Suara tangisan itu
membuat Ben memperhatikan ada sosok Shea di depannya, menangis. Ben serasa
menyadari, kalau bagaimana pun juga suara-suara itu tidak akan pernah berhenti
menghantuinya. Itu pertandingannya selama ini.
Ben mulai menutup matanya. Ben terus
terusik dengan suara tangisan Shea, namun itu yang membuat ia tahu bagaimana ia
dapat mengalahkan suara-suara itu. Ben lalu menghembuskan nafasnya lebih dalam,
dan seakan-akan ada yang membuatnya terduduk tegap. Ia mencoba mencari
alternatif lain untuk menahan suara-suara mengerikan itu. Ben kemudian
memikirkan rasa sakit di wajahnya. Rasa sakit itu membuat kesadarannya semakin
pulih. Lalu, dengan perlahan-lahan ia membuka matanya, dan ia yang memutuskan suara
mana yang ia dapat dengar, dan ia mendengar suara tangisan Shea. “Shea, jangan
menangis lagi.” Ucapnya tegar. Shea memandang Ben, “Ini aku, apa kau ingat?”
Ben berkata dengan lambat karena seluruh suasana di sekitarnya tetap terasa
berat oleh suara-suara itu. Namun, Ben berusaha mencapai fokusnya.
Shea
kemudian berseru, “A~Ah...Aaa~A!” Shea meminta maaf.
Ben mulai semakin kembali pada fokusnya.
Ben segera berusaha berdiri. “Shea, ayo! Jangan menangis lagi.” Ben berdiri
sambil memegang tangan Shea, lalu Shea yang masih menangis hanya menggeleng.
“AYO!” Teriak Ben. Ben berusaha memandang keluar gua, “AYO, KELUAR!” Teriak Ben
lagi. Shea pun dengan cepat menarik tangan Ben, membantunya berdiri. Shea masih
menangis dan terisak. “Tuntun aku keluar.” Ucap Ben.
Shea pun memegang tangan Ben begitu kuat
karena ia tidak tahu apa yang dapat memaafkan dirinya sendiri yang telah tanpa
sadar diri menghancurkan wajah partnernya sendiri. Shea menyanggah erat tangan
Ben, karena Ben berjalan lambat. Mereka pun kembali terlihat keluar dari gua.
“Apa yang terjadi di dalam sana?” Semua
Warriors memandang ngeri dengan apa yang terjadi pada wajah Ben dan badan
Shea.
Sour dan Yale sejak tadi seperti orang tak
berekspresif, berjalan kesana kemari. Keduanya dikendalikan oleh sesuatu, dalam
diri mereka masing-masing, keduanya berteriak dan berjuang keluar dari tubuh
mereka sendiri. Lalu, keduanya memandang Ben dan Shea. Sour dan Yale melihat
mereka berdua dan tersadarlah, Sour, mungkin itu jalan keluarnya. Sour
membiarkan dirinya yang dikontrol itu berjalan mendekati Yale, lalu seketika
Sour pun menyerang Yale itu sendiri. Sour mencekik leher Yale. Yale terjatuh ke
tanah dan tangan Yale pun mulai menyerang leher Sour. Dalam diri Yale, ia tidak
tahu mengapa Sour menyerangnya, lalu seakan-akan ada kemarahan Yale bahwa Sour
ingin mencelakainya. Yale pun tiba-tiba terlepas dari kendali itu, dan memukul
wajah Sour dengan kepalan yang sangat kencang. Sour segera terpelanting ke
samping Yale, dan Yale mulai bernafas, ia kembali seperti semula. Suara itu
kembali terdengar. Yale kembali bergeliat. Sour sendiri juga kembali semula.
Dan suara itu kembali mendatangi telinganya. Namun, Sour segera berdiri, dan
Ben dan Shea mendatangi keberadaan mereka. Sour ketakutan dan ia tidak dapat fokus.
L alu, Ben menatap Sour, “Rasakan.” Ben masih punya tenaga, ia memukul kembali
wajah Sour dari arah berlawanan dari yang telah dilakukan Yale. Sour pun
tersungkur pingsan.
Ben dan Shea mendatangi Yale yang bergeliat
di tanah, lalu Ben hanya melewatinya. Shea mulai berhenti menangis, ia hanya
memegang erat Ben. Ben terus berjalan dan entah berjalan kemana di sekitar Muse Hall. Lalu, ia berhenti. Ben
mengadah ke atas, “Di atas sana, cahaya itu, Whaledome Nose.” Ucap Ben lambat.
“Pikirkan hal tenang, Shea.” Ben memegang erat tangan Shea lebih lagi. Shea pun
melakukan hal yang sama. Seakan-akan keduanya berdiri tegak di tengah Muse Hall, menikmati cahaya yang
menyinari Muse Hall.
“Orang ini gila.” Ucap Jelly. “Ia mampu
mengendalikan dirinya sendiri. Rasa sakit dalam dirinya. Orang ini gila.”
Humm
membalas, “Kurasa kita telah menemukan pemenangnya.”
Gliss memandang ke arah Ben dan Shea di
bawah sana, “Setiap tahun, kita selalu menemukan orang-orang menarik yang
pantas menjadi Warriors.”
Sesaat suara-suara itu segera menghilang,
dan Ben sambil tetap memandang ke atas, ia berurai air mata.
“Selamat, Ben dan Shea, kalian telah
berhasil melewati pertandingan ini.” Para Patrol masuk ke dalam Muse Hall dan membawa Sour dan Yale
keluar. Keys dan Fish segera mendatangi Humm dan Gliss,
“Pertandingan
apa tadi?” Tanya Fish.
Humm pun menjelaskan, “Kami melakukan
seperti yang kalian lakukan. Membuat semua orang saling melawan satu sama
lain.”
Jelly menambahkan, “Kami membuat mereka
semua merasakan suatu keadaan seperti berpenyakit Burns. Mereka tidak dapat
mengendalikan diri mereka sendiri.”
Gliss berkata, “Kami menggunakan kenangan
masa perang di atas bumi yang asing bagi telinga mereka. Dan lihatlah, kita
menemukan sendiri siapa pemenangnya.”
Ben segera tersungkur dalam pelukan Shea.
Ia begitu lemah. Shea memeluk Ben dan bergumam, “Aaa~Aaa.” Ia meminta
maaf.
“Apa kita menang, Shea?” Kata-kata Ben
sudah kembali normal. “Tidak apa-apa. Aku tidak apa-apa.” Shea tetap bersedih.
“Bukankah kalau kita menang, kita tinggal meminta binding tangan melakukan hal
yang sama seperti kemarin?” Air mata Ben terus mengalir, “Ah, malunya. Aku
menangis.” Ben segera menarik salah satu tangannya menutupi wajahnya.
“Suara-suara itu begitu mengerikan, Shea. Mereka begitu mengerikan. Aku tidak
dapat membayangkan kau juga mendengarnya.” Shea yang melihat Ben menangis makin
membuat Shea terus mengalir air matanya karena terharu. Ben dan Shea tidak
bergerak ke manapun.
Dari jauh, Phil memandang mereka berdua. Phil segera mendatangi Alex
dan Sharon, “Apa yang kalian lakukan? Pertandingan yang terakhir ini, mereka
mau melawan siapa?” Phil segera ingin memasukkan pikirannya kedalam Alex dan
Sharon, hanya sekilas, seketika Sharon mendengungkan detak jantung yang kencang
yang hanya didengar oleh Phil. Phil segera keluar dari pikiran Sharon dan Phil
mencoba untuk mengembalikan detak jantungnya yang baru saja mungkin akan
meledak oleh dentungan dari Sharon.
Tien segera memperhatikan Phil, “Apakah kau
baik saja?” Phil memandangi Tien, “Kalian tahu kalau Shea adalah seorang
berpenyakit Burns. Mengapa kalian tidak menghentikan pertandingan ini. Sudah
jelas, pasangan Shea dan Ben tidak bisa memenangkan pertandingan ini. Apa
permainan yang ingin kalian lakukan?”
Tien
menenangkan Phil, “Tenanglah.” Phil menunggu jawaban Alex dan Sharon.
Lalu, Sharon menjawab, “Seorang yang
berpasangan atau mempertahankan seorang berpenyakit Burns, adalah pembelot.
Hukuman mereka adalah hukuman mati.” Phil segera memucat.
Dolora
bertanya, “Apa maksud mu, Sharon?”
Sharon meminta Alex berbicara, “Kami tidak
akan menghentikan pertandingan ini. Warga The Whaledome harus tahu kalau sejak
awal kita tidak mentolerir orang berpenyakit Burns menjadi seorang
Warriors.”
Rum menengahkan, “Phil, kau harus menerima
kenyataan. Sejak awal, anak itu memang sakit lalu Air menyelamatkannya. Tapi,
yang ia ingini telah melanggar hukum. Ia sampai menjadi pemenang Warriors, dia
telah melanggar seluruh aturan mengenai penyakit Burns.”
Phil segera
membalas, “Dan kalian akan membunuh mereka dengan pertandingan terakhir
kalian?” S haron membalas, “Bukan hanya mereka.”
“Ben!”
Terdengar suara teriakan menggema di dalam Muse
Hall.
Ben membuka matanya, “Gwen?” Terdengar
suara langkah kaki berlari dari kejauhan dan Gwen berdiri di sana.
“Ben!”
Gwen mendatangi Ben dan mereka berpelukan.
Dari belakang Gwen, Bob berdiri. Shea
beranjak dan berjalan. Bob melihat luka di seluruh badan Shea. Bob segera
melangkah cepat dan memeluk Shea, “Apa yang terjadi, Shea?”
Shea seakan lemah, “Ahh~ahhh,” untuk
pertama kalinya Bob mendengar suara itu secara nyata.
“Shea?” Bob melihat dengan kepalanya
sendiri.
Shea bersuara, “Ooow..” Ia memanggil Bob.
Bob menutup matanya dan ia kembali mengingat penglihatan dalam mimpinya, suara
yang sama, yang ia bayangkan.
“Apa yang terjadi pada wajahmu?” Gwen
menitikkan air mata, “Bukankah kita baru saja dipisahkan sebentar?”
Ben hanya mencoba menikmati pandangannya selama mungkin menatap
Gwen, “Aku terus memikirkan mu.”
Gwen menatap Shea dan Bob, “Apakah ini
perbuatan mu, Shea?” Shea berbalik. “Apa yang terjadi?” Gwen mencoba kembali
memperhatikan Ben.
Shea pun hendak mendatangi tapi ia ditahan
oleh Bob, “Ini bukan perbuatan siapapun, Gwen.” Gwen hanya memandang wajah Ben
yang penuh dengan goresan dalam, “Ben, aku tidak mengerti, bagaimana kau dapat
bertahan?”
Ben hanya membalas, “Kau juga harus
memeriksa Shea. Ia terluka parah.” Gwen tidak memperhatikan Shea.
Bob memandang Shea dan ia pun bingung harus
mulai dari mana untuk membasuh luka Shea. Bob segera membuka pakaiannya, ia
robek dan segera membalut tangan Shea, melap luka-luka di kepalanya, dan
demikian juga Gwen. Itu yang mereka lakukan selama para Warriors berunding.
Phil pun mengumpulkan suara bersama dengan
Dolora, Wandina, Pin, Bill, Adam, Patch, Moon, Luna, Olds, Joe, Jelly dan
Gliss, mereka menolak untuk keempat peserta itu dieksekusi mati.
Sharon pun menegaskan, “Apakah kalian juga
mau menjadi seorang pembelot?”
Phil membalas, “Kami bukan pembelot. Kami
hanya tidak mau menjadi main hakim
sendiri.”
Pin dan Bill menambahkan, “Bukankah sudah
dites juga oleh Jelly dan Rum kalau Shea pantas mengikuti pertandingan
selanjutnya.”
Jelly menerangkan, “Sharon, Rum, kalian
lihat sendiri. Ben, anak itu bahkan memiliki kemampuan menyeimbangi Shea.
Apakah kalian semua tidak memikirkan bahwa di bawah sana ada dua calon kuat
untuk menjadi penerus Warriors. Siapapun dia, kita tidak dapat menutup
mata.”
Gliss mendatangi Phil dan berbisik sesuatu.
Phil tiba-tiba tertegun. Humm, Keys, dan Fish mendengar bisikan Gliss. Phil pun
menjadi tenang.
Ia menghadap ke depan Alex, “Lakukan
pertandingan yang sebagaimana kau rancang, undang Old Voyages.”
Humm menjawab, “Old Voyages tidak punya
kepentingan di dalam pertandingan Warriors.”
Gliss memandang Humm, “Oh, ya? Lalu bagaimana pada masa kita, Humm?
Old Voyages yang mengetahui kelayakan kita menjadi Warriors. Aku tahu apa yang
kau lakukan, Keys, kemarin malam.” Ucap Gliss. “Kau menaruh penawar dari apa
yang telah kutaruh pada Shea selama ini. Namun, yang kupertaruhkan bahkan Shea
memang tidak membutuhkan bantuan apapun. Kau tahu apa yang kulihat dalam Shea?
The Cure.” Gliss memandang semua, “Bukankah selama ini itu yang kita harapkan?
Penyakit Burns ini telah memakan begitu banyak warga The Whaledome. Kita
berusaha memisahkan mereka, dan mungkin sejak awal, Air tahu Shea adalah
jawaban dari penyelesaian penyakit Burns ini.”
Phil menekankan kembali, “Undang Old
Voyages. Kami memiliki alasan yang kuat untuk Old Voyages dapat memperhatikan.”
Olds menambahkan, “Kalian tidak dapat
menolak. Old Voyages memiliki hak untuk menerima atau menolak. Itu bukan suatu
larangan hanya mengundang mereka, bukan?”
Sharon membalas, “Old Voyages tidak perlu
tahu kesalahan kita yang membiarkan seorang berpenyakit Burns memenangkan
pertandingan!” Dengungan jantung terkena oleh semua Warriors. Mereka semua
segera menunduk dan bertahan dengan tekanan yang ada.
“Sharon!” Alex menenangkan. Sharon tidak
dapat mengontrol dirinya, “Kita tidak perlu memberitahu mereka mengenai
penyakit Burns itu.” Alex pun berkata kepada semua, “Beritakan kepada mereka
dan kami akan memanggil Old Voyages.” Alex masuk ke dalam ruang Warriors bersama
dengan Sharon. Semua Warriors pun turun.
Dalam sekejab, mereka semua sudah berada di
bawah dan mengelilingi keempat orang itu. Bob dan Gwen berwaspada.
Phil mulai berbicara, “Kalian berempat akan
mengikuti satu pertandingan terakhir. Bukan lagi secara pasangan, namun salah
satu dari kalian akan diuji untuk menjadi Warriors. Siapapun yang akan menang,
mereka akan dipasangkan.
Ben yang setengah bertenaga masih dapat
bertanya, “Apakah itu adil? Bob dan Gwen sudah gugur, bukan?”
Chow pun mendatangi Ben dan Gwen, “Apakah
kalian tidak tahu, siapapun yang menyembunyikan atau mempertahankan keberadaan
seorang berpenyakit Burns, mereka akan dihukum mati?”
Ben segera panik, “Apa yang kalian maksud?
Gwen sudah gugur, kalian tidak dapat mengikutsertakan Gwen. Biarkan Gwen
pergi.”
Gwen
membalas, “Maksud kalian kami berempat akan dihukum mati?”
“Old Voyages yang akan memutuskan,” Ucap
Phil. Phil memandang Bob dan Shea. “Mereka yang akan menentukan hukuman mati
itu.”
Shea pun mendatangi Phil, “Ooowww... Naaa
EEhh..” Shea menunjukkan kepada seluruh Warriors kalau biar dia saja yang
dihukum dan melepaskan ketiga orang lainnya.
Bob melihat itu, “Lalu, jika kami dihukum
mati. Maka, tidak ada pemenangnya?” Shea mendengar itu segera berbalik kepada
Bob, meminta Bob untuk diam saja. Bob pun malah melanjutkan, “Ini semua
salahku. Aku yang membongkar identitasnya.”
Queen membalas, “Dan kami juga tidak melupakan kesediaan Gwen untuk
menggantikan posisimu menjadi pasangannya. Bukankah itu juga bagian dari berdiri
mempertahankan Shea?”
King membenarkan, “Kalian berempat sudah
sepantasnya terkena hukuman. Kalian telah melanggar hal tertinggi dalam The
Whaledome, menyelundupkan seorang berpenyakit Burns dalam pertandingan
Warriors.”
Bob kembali bertanya, “Jika kedua orang
dari kami menang, kedua orang yang kalah bagaimana?”
Rain mendekati Shea, “Kami berharap mereka
dapat menjalani hidup mereka seperti sebelumnya.” Lalu, Bob dan Gwen diminta
menghindar dari Shea dan Ben. Keduanya pun kembali diobati lukanya oleh para
binding tangan, secara cepat, luka-luka dalam badan mereka telah dibalut dan
bersih. “Hanya ini yang dapat kami lakukan.”
Ben sudah dapat merasakan dirinya kembali
kuat, meski ia hanya saling memandang kepada Shea. Shea hanya memandang ke arah
Bob.
Bob mengajak Shea berbicara, “Kita akan
baik-baik saja.” Mata Shea sudah sangat sembab. Shea tidak menginginkan ini
semua. “Kita akan baik-baik saja.” Ucap Bob lagi, “Kau mengerti?” Shea hanya
memandang jauh ke Bob, “Ia juga pasti menolong.” Bob mengingatkan seseorang
yang ada di dalam pikiran Shea.
Shea teringat akan Air. Ia melihat ke arah
Phil, dan Phil juga kembali memandangnya. Lalu, dari atas podium, terdengar
suara, yang semua orang telah kenal, suara Tertua Old Voyages, Alvian Whale dan
Beau Kyoto. Mereka semua datang, Jeremo Falton, Diaro Mona, Rima Omile, Kalama
Souire, Steven Gald, Ruby Jane, Lord George, Amber Strip, Chad Thasia, dan
Maiden Vee. Dua belas Old Voyages hadir.
Para Warriors
segera bergegas ke atas. Mereka semua menghormati para Old Voyages. Beau Kyoto
memulai perbincangan, “Apakah benar yang dibicarakan Alex dan
Sharon, sang
binding Jantung, mereka berempat mengetahui the cure?”
Maiden Vee membalas sendiri, “Ada yang
kalian tidak beritahukan kepada kami?”
Joe, ia memiliki hati yang sangat hormat
kepada seluruh Old Voyages, ia segera menundukkan diri dan mengatakan, “Kami
tidak mengetahui benar atau tidak. Tapi, kami berharap Old Voyages dapat
mengetahuinya.”
Olds pun menjawab, “Apa yang kalian dapat
lihat adalah empat peserta, dua dari mereka sejak awal telah kami eliminasi,
dan masing-masing pasangan mereka telah memenangkan pertandingan terakhir
dengan ujian yang selama ini selalu kami simpan.”
Lord George membalas, “Ujian The Burns, hanya para binding Balik Telinga yang
dapat membuatnya.”
Humm, Gliss, Keys, dan Fish segera
menunduk. Gliss menjawab, “Ini keputusan saya, Humm, dan Jelly.”
Jelly pun ikut menunduk, “Kami percaya kemampuan mereka dapat
melewati ujian tersebut.”
Maiden Vee menjawab, “Berikan kami
gambaran.” Binding Mata, Phil, Snow dan Fire segera mengadahkan tangan mereka
terbuka ke atas, lalu seluruh Old Voyages menutup mata mereka.
Pandangan perjalanan dimulainya mereka
semua bertanding dalam Muse Hall
begitu juga seluruhnya membuat mereka mengerti.
“Air.” Terdengar suara Alvian Whale, ia
segera menyelesaikan dan membuka mata. Alvian berjalan ke pinggiran podium,
“Inikah anak itu?”
Sharon
memperhatikan pandangan Alvian, “Ya, Old Voyage.”
Alvian yang sudah bersuara berat
menanyakan, “Bagaimana mungkin ia bisa melewati sampai pertandingan ini?”
Kalama Souire memperhatikan, “Gwenda
Abboth. Anak dari Leaders Patrols,
Foulcan Abboth.
Bennedict Saul, The Fanners. Dan, Bob, the unclasified Patrol children.”
Beau
Kyoto menambahkan, “From the juvenile.”
Alvian pun berbalik dan mengatakan,
“Lakukan pertandingannya.” Dan, pertandingan pun dimulai.
Para Old Voyages menduduki podium Old
Voyages, yang letaknya mengelilingi Muse
Hall, di antara gua-gua yang ada, tepat di atas level podium podium
Warriors. Para Warriors duduk ditempat mereka masing-masing. Phil, terutama,
adalah yang paling cemas. Ia selalu duduk sendirian, disampingnya selalu ada
bangku kosong.
“Para calon Warriors.” Terdengar ucapan
dari atas. Keempat mereka segera berdiri. Alex berbicara, “Pertandingan
terakhir. Muse Hall adalah kawan
Warriors. Percayalah kepada Muse Hall.”
Lalu terdengar suara dengungan dari bawah tanah Muse Hall.
Seluruh
tanah retak dan gemuruh, Gwen dan Ben yang berpegangan tangan, tibatiba tanah
di Gwen naik ke atas, Gwen tidak sempat mengecangkan pegangannya, ia melepaskan
pegangannya dari Ben. Gwen naik ke atas bersama tanah itu, tanah itu berubah
menjadi batuan tinggi.
Gwen berteriak, “Ben!” Ben terjatuh ke
tanah dan ia melihat Gwen terus naik ke atas.
Bob dan Shea yang melihat itu memperhatikan
tanah di sekitar mereka. Dan, terjadi. Bob segera memegang Shea erat, tanah di
sekitar mereka seperti terjatuh dan runtuh. “Pegang erat, Shea!” Lalu tanah
yang mereka pijak naik ke atas, Bob mendapatkan Shea yang lemah terus memeluk
dirinya erat. Bob tahu ia telah melakukan kesalahan membongkar penyakit Shea,
dan ia hanya takut jika Shea akan terjadi sama seperti ayah dan terutama,
sahabatnya.
Sama seperti Gwen, mereka menjadi berdiri
di atas bebatuan tinggi dan berseberangan tidak jauh dengan dimana Gwen berada.
Shea melihat Gwen sendirian dan Shea menyadari Ben tidak ada bersama Gwen. Gwen
berteriak ke bawah, dan Shea pun ingin melihat ke bawah, ia melepaskan
pelukannya dari Bob, namun Bob tetap memegang erat tangan Shea. Shea melihat
Ben di bawah, hanya bayangan kabur karena begitu jauh.
Lalu, Bob berteriak, “GWEN, AWAS!” Gwen
melihat dari belakangnya, ada bebatuan lebih tinggi daripada yang lain dan
jatuh akan menimpa ke arah Gwen.
Dari bawah, Ben juga histeris, “TIDAK!” Hal
itu terjadi begitu cepat. Lalu, Gwen pun melihat ke belakang, dengan cepat ia
berusaha loncat kepada bebatuan Bob dan Shea. Bob segera meraih tangan Gwen,
hal itu tidak sengaja membuat tangan Bob melepaskan tangan Shea. Shea pun tak
sempat menguatkan pegangannya, Bob terlalu meraih Gwen hingga dapat, namun
keduanya pun terjatuh.
Shea segera bersiul. Lalu, terjadi kembali
keduanya melayang. Seluruh Old Voyages tercengang. Bob dan Gwen melayang dan
semua gerakan bebatuan yang ada menjadi melambat. Bob memegang Gwen dan ia
melihat Shea, dengan perlahan keduanya seperti berjalan di atas udara menuju
kembali pada Shea. Dari bawah, Ben melihat itu, ia sendiri tercengang.
Ketiganya kembali pada bebatuan dan Shea berhenti bersiul. Seluruh bebatuan
kembali bergerak semula. Shea diperhatikan oleh seluruh Old Voyages.
Alvian Whale seakan melihat keajaiban, “Ia
seorang Warriors, ia memiliki kemampuan mengontrol Muse Hall secara alami.” Beau Kyoto tidak bergeming sama sekali.
“Beau, ini adalah penemuan baru.”
Steven Gald yang duduk di sebelah Beau
Kyoto pun berkata, “Ia seorang Burns.”
Rima Omile duduk disebelah Steven Gald
segera membalas, “Selesaikan dulu mereka bermain. Hari sudah menjelang malam.
Jika mereka tidak selesai sebelum Pukul 6 esok, kita tidak akan mendapat
siapapun.”
Lalu, tiba-tiba Muse Hall kembali bergemuruh. Dari bawah, Ben merasakan tanah yang
ia pijak juga akan bergerak. Namun, ia tidak tahu. Dari kejauhan terdengar
suara mengerikan. Bob, Shea, dan Gwen mendengarkan, dari bagian tergelap Muse Hall, Gwen segera berteriak kepada
Ben yang ada di bawah, “Ben! Lari!” Apa yang Gwen lihat menggetarkan diri Bob
sendiri. Shea tidak melihat, namun karena itu, Bob memeluk Shea begitu erat.
“Ben! Lari!”
Ben berbalik, namun ia tidak melihat
apapun. Ia memandang ke atas dan Gwen meminta untuk lari. Ben pun berlari ke arah
berlawanan dari suara itu berasal. Ia berusaha dengan tenaga yang ia punya.
Gwen segera berbalik pada Shea yang sedang dipeluk Bob. “Bersiul lah! Buat Ben
dapat juga naik ke atas!” Shea segera menggelengkan kepala. “Lihat di sana! Itu
ombak tanah!” Seperti longsor besar akan menelan Ben.
Gwen melihat dengan kepalanya sendiri,
tidak ada yang bisa menolong Ben. Ben melewati bebatuan tinggi mereka. Tak ada
yang bisa dilakukan, Ben sendiri tidak memiliki kekuatan untuk memanjat
bebatuan tinggi itu. Ia hanya terus berlari lalu luapan tanah seperti ombak
raksasa itu melewati bebatuan tinggi
mereka dan dari kejauhan, mereka semua melihat Ben terlahap oleh longsor
tersebut. “BEN!!!” “Tinggal tiga lagi.” Ucap King.
Semua tercengang melihat gugurnya Ben. Terutama
Jelly. Phil memandang Gliss. Gliss hanya menggelengkan kepala. Phil mengerutkan
kepalanya. Alex memandang Sharon, bukan karena ada yang ingin disampaikan
melainkan karena Sharon sendiri menggenggam erat tangan Alex. “Tenanglah,”
bisik Alex kepada Sharon.
Patch
dan Adam bergumam, “Apakah ini sudah keterlaluan?”
Keys membalas, “Kalian masih muda. Kalian
tidak melihat apa yang telah para Burns lakukan pada masyarakat Whaledome
sebelum terdapat Detown. Menurut kalian ini hal yang mudah untuk
diperbolehkan?”
Fish hanya memandang ke arena, “Apa yang
mereka lakukan? Bukankah yang gugur itu anak pilihan Jelly? Apa mereka memang
ingin menggugurkan mereka semua?”
Gwen merasakan perasaan yang
tersayat-sayat. Hatinya hancur, ia merasa Ben bahkan tidak dapat terselamatkan.
Ia hancur berkeping-keping. Luapan tanah itu memang melewati bebatuan tinggi
mereka, namun tidak terlalu tinggi untuk ikut menelan mereka yang ada di atas.
Air mata Gwen mengalir deras dan ia terus menyerukan nama Ben. “Apa yang telah
kau lakukan?” Tiba-tiba Gwen menarik Shea dari pelukan Bob dan memukul wajahnya
keras, “Apa yang kau lakukan membiarkan Ben mati?” Shea terpukul sangat
kencang, bibirnya berdarah.
Bob segera menengahi mereka. Ia melindungi
Shea, namun tangan Gwen bertahan pada leher Shea, Shea pun akan menerima pukul
yang kedua kalinya, “HIIAAAH... AAAA...IIHHH!” Ucap Shea.
“Cukup,
Gwen! Cukup!” Teriak Bob.
Gwen
tetap menangis, “Kamu membunuh Ben!”
Shea kembali memandang Gwen dan meraung dengan suara yang sama,
“UEE....” Gwen tidak mau dengar, “DIAM
KAMU!” Akhirnya Gwen memukul kedua kalinya.
Bob melihat itu segera mendorong Shea
terlepas dari pegangan Gwen, Bob yang menampar Gwen. Gwen berteriak, “Dia tidak
menolong Ben!” Bob segera memeluk Gwen. Gwen menangis keras.
Shea memegangi lehernya. Dengan suara yang
ia dapat keluarkan, semua itu berkat Ben.
“Kenapa
dia tidak menolong Ben?” seru Gwen lagi.
Shea mengingat momen singkat bersama Ben dan ia tahu dirinya tidak
bisa bersiul, ia sendiri tidak tahu. Shea tahu kalau ada di dalam dirinya yang
masih dikontrol oleh penyakit Burns.
Lalu terdengar gemuruh lagi. Kali ini,
batu-batu dari dinding-dinding berjatuhan ke arah mereka. Shea seperti tidak
bergeming atas rajaman bebatuan itu. Penyakit Burnsnya telah kembali. Sedangkan
Bob dan Gwen segera berlindung, turun dan berlindung di balik bebatuan tinggi
itu.
“Shea!” Teriak Bob, namun Shea membelakangi
Bob, ia hanya terus memandang terakhir Ben ditelan oleh tanah itu. Shea
kemudian memandang ke arah podium Warriors, ia memandang tajam dan ia seakan
dikontrol oleh hal lain.
Shea
kembali mulai bersiul.
Seluruh bebatuan itu menjadi mengelilingi
Shea membuat putaran di sekelilingnya. Lalu, tiba-tiba saja bebatuan itu dengan
sangat cepat jatuh dan masuk ke dalam longsoran tanah tadi. Mereka terjun
dengan sangat cepat hingga saat menembus tanah, mereka membuat
lubang-lubang.
“Apa
yang ia lakukan?” tanya Snow dan
Fire bergumam, “Apakah ia benar Shea
atau...” Snow mendengar dan ia pun memandang dengan pandangan yang sama.
Pin mulai cemas, Bill melihat itu
menanyakan dan Pin berbisik, “Kau sama sekali tidak tahu apa maksud dari
pertandingan terakhir ini? Mereka akan memantau jantung semua peserta, dan dari
sana mereka akan tahu kebenaran di dalamnya. Jantung seorang berpenyakit Burns
akan berdetak sangat kencang karena meski mereka sedang berada di stadium tidak
mengenal siapa diri mereka, meski mereka terdiam, tapi dalam diri mereka
berusaha melawannya, mereka seperti memiliki dua jiwa dalam satu tubuh, dan itu
menguras detak jantung sangat besar.”
Bill
pun bertanya, “Bagaimana saat ini menurutmu, Pin?”
Pin pun menunjukkan pandangan Moon dan
Luna, “Itu yang paling kutakutkan.” Moon dan Luna sudah saling berpegangan
tangan seakan mereka tahu apa yang sedang terjadi.
Lalu, tiba-tiba Shea mengangkat kembali
bebatuan itu keluar dari tanah. Seluruh Old Voyages tercengang. Bebatuan itu
kembali turun dengan cepat kepada tanah, Shea melepaskan semua nya dan
batu-batu itu jatuh. Seluruh tanah di bawah pun berguncang dan keluarlah tubuh
Ben dari salah satu lubang tanah.
“BEN!” Teriak Gwen. Bob dan Gwen sudah
kembali naik ke atas, dan mereka hendak mendekati Shea. Shea mendengar suara
Gwen. Shea segera memandang Gwen dan segera mendatangi Gwen. Ia mendorong Gwen
keluar dari bebatuan tinggi itu, “SHEA!”
Teriak Bob, Shea dan Gwen menjatuhkan diri mereka ke bawah.
Jantung Gwen seakan mau berhenti, suatu gravitasi jatuh yang sangat
cepat dan Shea berada di atasnya. Gwen memandang Shea dan untuk pertama
kalinya, Gwen melihat diri Shea yang sedang dikuasai oleh penyakit Burnsnya.
Tatapan pembunuh.
Lalu berteriaklah Alex dari podium
Warriors, “Sharon!” Tiba-tiba Sharon berdiri dari tempat duduknya dan
mengarahkan tangannya ke arah mereka jatuh. Tanah dari bawah mereka segera naik
dan menangkap mereka berdua membentuk bebatuan tinggi yang baru. Tapi ada tanah
lain yang segera meninju Shea menjauh dari Gwen, dan Shea terlempar ke arah
lain. Shea pun tidak terjatuh keras ke bawah, karena Muse Hall melindunginya.
Gwen berusaha menenangkan dirinya di atas
bebatuan itu. Ia memandang ke sekelilingnya. Lalu, Gwen melihat dimana Shea
berada. Shea sudah berdiri di bawah sana. Ia berlari. Ia berlari ke arah podium
Warriors.
Lalu, terdengar suara parau, “SHEA!” Teriak
Bob. Shea segera terjatuh, dalam dirinya menyadari ia telah kembali dikontrol.
Namun, penyakit Burns itu pun membakar kepalanya. Shea mulai memukulkan
kepalanya ke tanah. Bob yang melihat itu, memandang apa yang pernah dialami
oleh sahabatnya. Bob segera mencari cara untuk turun. Tapi, bebatuan itu
terlalu tinggi. Bob mulai frustasi.
Lalu ia teringat perkataan awal,
“percayalah kepada Muse Hall.” Bob tidak mengerti, tapi ada didalam dirinya
harus melakukannya. Bob sendiri loncat dari bebatuan tinggi itu. Semua
terkejut. Bob hanya melakukan hal yang sama dengan yang Shea baru saja lakukan.
Sharon tidak sempat menolongnya. Sesaat saja Bob sudah terjatuh ke tanah.
“Apa
ia ingin bunuh diri?” Teriak Chow.
Lalu, dengan pandangan berat, Bob membuka
matanya. Ia takut ketinggian, ia cukup mual dengan apa yang baru saja ia
lakukan. Tapi, ia tidak merasa sakit sama sekali. Ia berdiri dengan tegap. Muse Hall tidak akan membunuh satupun
dari mereka. Bob memandangi dirinya sama sekali tidak terluka. Adrenalin, ini
maksud dari pertandingan terakhir ini. Bob segera berlari kepada Shea.
“Kau berbuat curang, Sharon.” Seru Phil,
“Kau tidak ingin mereka tahu kalau Muse
Hall tidak akan membunuh mereka. Kau membuat seakan-akan Shea akan
membunuh Gwen!” Semua Warriors mendengar.
Sharon menjawab, “Aku tidak melanggar
apapun. Setidaknya aku tidak menolong mereka.” Sharon hanya terus memandang ke
arena. Phil seakan ingin marah, namun ia kembali memperhatikan arena karena Bob
berteriak memanggil Shea.
“Shea!” Bob sampai pada Shea. Shea terus
menggeliat di tanah. Ia mengerang dengan suaranya yang merdu, bagi Bob. “Shea,
berhentilah, berhentilah.” Bob segera menarik Shea dan menyadarkan Shea.
“Aaaah!
Iiii!” Ia menunjukkan kepalanya kesakitan.
Bob
memeluk kepala Shea, “Aku bersamamu.”
Gwen masih teringat dengan pandangan yang
dimiliki oleh Shea, ia baru saja berhadapan dengan penyakit Burns yang ingin
membunuhnya. Gwen pun menyadari seakan-akan ia merasa terancam. Ia memiliki
jiwa Patrols, selama ini ia kira menkarantina para penyakit Burns itu tidak
beradab, dan ia melihat sendiri hasilnya. Gwen kemudian melihat apa yang
dilakukan Bob. Gwen melihat juga tubuh Ben yang berada di bawah sana, Gwen
begitu marah pada keputusannya sendiri.
“Shea, ingat Shea, kamu ingin menang,
bukan?” Bob mengajak Shea yang terus mengerang dalam pelukan Bob, “Kalahkan,
Shea. Aku tahu kamu ada di dalam sana. Kalahkan, Shea. Sebentar lagi kita akan
menang.”
Dalam pikiran Shea adalah ia tidak lagi
dapat bertemu dengan orang yang ada didalam pikirannya semenjak kemarin malam.
Rasa sakit ini lebih dari yang pernah ada. Tangannya sampai gemetar, bibirnya
yang berdarah itu pun gemetar.
“Jangan menyerah, Shea! Jangan biarkan
mereka menghukum mu. Kumohon, Shea.” Bob pun berbisik, “Kumohon, siapapun yang
selalu menuntun Shea. Bawa Shea kembali.” Gemuruh lalu kembali datang.
Kali ini, tanah-tanah Muse Hall terbelah. Bebatuan tinggi pun jatuh. Gwen pun ikut
terjatuh. Namun, Gwen berusaha mencari pegangan, hingga akhirnya ia selamat
sampai bawah. Gwen segera berlari pada tubuh Ben. Ia menyelamatkan tubuh Ben
dari belahan-belahan tanah yang berusaha membuat mereka terjerumus.
Bob melihat retakan tanah mendatangi
mereka. Lalu, terbukalah tanah itu. Shea berteriak, “AAAAAAAAA!!!” Lalu, Shea
segera mendorong Bob ke salah satu bagian tanah, Bob seakan tak sempat
melakukan apapun karena Shea tiba-tiba melakukan hal itu dan segera mengagetkan
dirinya. Keduanya terpisah oleh belahan retakan tanah. Mereka berdua tidak
terjatuh, tapi keduanya dijauhi oleh jarak yang keduanya tak bisa loncati.
Bob
memperhatikan Shea yang tersungkur dan menundukkan kepalanya. Shea merasakan
tangan yang baru saja menyelamatkan dirinya dan Bob, ia kembali pada dirinya
sendiri. Shea lalu memandangi dirinya yang baru saja gemetaran melawan penyakit
Burns itu sendiri. Shea seakan dapat merasakan dirinya mampu. Lalu, ia segera
menengok ke arah Bob.
Tepat, apa yang ia lihat, mengejutkan
dirinya sendiri. Gwen memegang batu besar dan memukul kepala Bob dari belakang.
Ia hanya memandang sekilas pandangan Bob yang tidak melihat apa yang ada di
belakangnya. Lalu, kepala Bob mengucurkan darah, Bob merasa pening, dan pukulan
kedua kembali dilakukan oleh Gwen, Bob segera tersungkur. Gwen memandang Shea
dengan terengah-engah. Gwen begitu membenci Shea dan ia menunjukkan dirinya
melempar batu besar itu masuk ke dalam jurang belahan tanah itu. Kemudian, Gwen
menendang tubuh Bob masuk juga ke dalam jurang tersebut. “AAAAAAAA!!!!” Teriak,
Shea.
“Ha...ha...” Terdengar suara tawa Gwen. Ia
membalas apa yang telah dilakukan
Shea kepada Ben. “Kau pikir kau bisa memenangkan pertandingan ini,
Burns?” Seru Gwen. Shea mendengar hal itu dan ia tidak mengerti apakah Gwen
adalah kawan atau lawan. “Sekarang tinggal kita berdua, bukankah seharusnya
pertandingan ini berakhir, bukan?”
Gwen meneriaki para
Warriors di atas sana, “Akhiri pertandingan ini!” Shea merasakan amarah yang
amat sangat. Gwen mulai menantang, “Aku yang akan menjadi pasangan Warriors mu.
Apakah kau masih mau? Ha ha ha!” Tawanya.
Shea mulai meneriaki Gwen, “AAaah! AAAKH!”
Shea seperti panik dan tidak dapat mengeluarkan apapun. Ia tidak mengerti
mengapa Gwen melakukan hal itu. Shea juga kembali memandang ke bawah memanggil
Bob, “OOO! OOO!” Ia berharap Bob dapat mendengarnya. Shea tidak dapat loncat,
mulutnya bergetar untuk bersiul, ataupun memikirkan ini waktu yang tepat untuk
bersiul. Shea meraung-raung.
Gwen kemudian mendatangi tubuh Ben yang
berada di dekatnya. Tawa Gwen berubah menjadi isakan dan cucuran air mata,
“Hai, Ben. Aku memenangkan pertandingan ini. Maukah kau bangun, sekarang?” Ben
sama sekali tidak bergerak. Leher Ben seperti terkilir, dan itu yang membuat
Gwen yakin Ben tidak hidup. “Ini semua salahku. Aku, begitu bodoh.” Gwen
mencium kening Ben lalu bibirnya, “Aku tak akan membiarkanmu pergi sendirian.
Aku tidak bisa hidup tanpa mu.”
Airmatanya membasahi wajah Ben hingga masuk ke dalam mulut Ben.
“Apa maksud anak itu?” Maiden Vee mendengar
perkataan Gwen. Begitu juga para binding balik telinga Warriors.
“Seseorang, hentikan perbuatannya!” Ucap
Fish. Tapi, Gwen tiba-tiba mengeluarkan seperti silet kecil, yang ada pada
salah satu saku di pakaiannya. Ia membawanya sejak ia dipanggil kembali masuk
dalam Muse Hall. Gwen segera
memenebas kedua pergelangan tangannya dengan cepat dan darah keluar begitu
banyak. Tidak ada yang dapat masuk sebelum pertandingan berakhir. Sebelum
tersisa dua pemenang. Para binding kaki, bahkan tidak dapat masuk. “Apa
maksudnya ini, bukankah sudah ditemukan pemenangnya. Gwen dan,” Sebelum mereka
menyimpulkan hal tersebut, Ben terbangun.
Ia terbatuk-batuk akan tanah, mungkin
dikarenakan ada air masuk ke dalam mulutnya. Lehernya memang terkilir, tapi Ben
segera mencoba meluruskan kembali. Ben memandang sekelilingnya dan mencoba
mengembalikan pandangannya. Ia mendengar suara Gwen, “Ben...?” Ben seperti baru
tertidur pulas, hanya itu. Badannya yang terlalu letih akan pertandingan
sebelumnya lalu ia pada akhirnya tertimbun oleh tanah, Ben pingsan, namun
badannya sendiri memilih untuk tertidur pulas.
Ben memandang darah disekitarnya, dan Gwen
terkulai di sebelahnya dengan dua pergelangan tangannya mengeluarkan darah.
“Gwen! Apa yang terjadi?” Ben memeluk Gwen, tapi pandangan Gwen lebih
menakutkan. Ia pucat pasi. Ben melihat ada silet dan Ben tahu Gwen baru saja
melakukan bunuh diri. Ben mepertahankan pandangan Gwen, “Lihat aku, Gwen. Lihat
aku, don’t you dare die for me, Gwen!” Ben segera menekan kedua pergelangan
tangan Gwen dan mengangkatnya ke udara. Lalu, Gwen pingsan.
Shea
melihat semua itu dan ia hanya terpatung.
Para Old Voyages dan Warriors, mereka tidak dapat berbuat apa-apa,
hingga Muse Hall mendengungkan suara
yang mengerikan itu lagi.
Air mata Shea seperti habis. Ia memulai
pertandingan ini dengan Bob, dan Bob tidak ada bersamanya di saat
kemenangannya.
Ben sendiri meneteskan air mata sambil
tetap mengangkat kedua tangan Gwen yang terus meneteskan darah. Ben memulai
pertandingan ini untuk selamanya bersama Gwen, kali ini itu merupakan pilihan
terburuk yang pernah ia ambil.
Selesainya suara dengungan Muse Hall itu. Tanah-tanah yang
terbelah itu mulai kembali, gemuruh itu mengembalikan seluruh batu yang telah pecah
dan rusak, kembali menjadi semula. Demikian juga, yang terjatuh, Bob. Muse Hall menerbangkan Bob dari bawah,
ia pingsan. Tanah kembali menyatu dan Bob tergeletak tidak jauh dari Shea
berada. Shea hanya memandang, ia tak berani mendatangi.
Para Warriors dan para Patrols masuk ke
dalam lapangan dan menolong mereka berdua. Salah satunya, adalah ayah Gwen
sendiri, Foulcan Abboth. Mereka segera menyelamatkan Gwen dan keluar dari
lapangan, demikian pula Bob yang pingsan. Ben sendiri terus bersama Gwen, hingga
ia keluar dari lapangan.
Shea pun didatangi para Patrols, ia sama
sekali tidak bergerak. “Nak,” Patrol Ened, itu yang Shea lihat pertama kali,
tag pada pakaian sang Patrol, “Kau tidak apa?” Patrol Ened mengulurkan tangan
didepannya, “Kau menang, Nak. Ayo, keluar.”
Para medis tidak berani mendatangi atau
menyentuh Shea, karena sudah tersebar kabar ia seorang berpenyakit Burns. Hanya
Patrols yang dapat memegang para penyakit Burns. Tangan Shea masih gemetar,
tapi ia meraih tangan sang Patrol. Dengan tegas, Patrol Ened mengangkat Shea.
Patrol Ened mengambil selimut dari para medis dan melingkupinya pada Shea. Shea
memandangi orang-orang di sekelilingnya.
Pandangannya berubah menjadi jelas. Salah
satu orang medis berkata padanya, “Kau benar-benar seperti baru saja tertimpa
musibah besar.” Seorang medis lain bahkan berkata, “Ia benar-benar
menyelesaikan dan melewatinya. She’s survived.”
Patrol Ened mengajaknya berjalan dan
mengarah pada pintu permata kali Shea datang bersama Bob. Pintu bunker Muse Hall. Shea menyadari ia akan
melewati pintu itu dan hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Dalam hatinya, ia
memanggil satu nama, “...Air, apa kau melihatnya? ”
Chapter VIII
The
Begin
Seluruh luka Shea dibersihkan air steril.
Shea dibisikkan oleh binding balik telinga, Gliss, dan Shea tidak merasakan
sakit apapun. Ia dimandikan, dan dengan kecepatan tangan binding tangan, Rain,
seluruh lukanya seperti bersih tak bercacat. Shea berada di ruangan operasi, ia
tertidur pulas. Namun, ia tiba-tiba saja terbangun, dan sudah berada di ruangan
kamar. Ia memakai pakaian para masyarakat Whaledome pada umumnya. Kain berwarna
hijau. Kamar itu berdekorasi dengan gambaran tumbuhan-tumbuhan dan pepohonan.
Seluruh barang-barang berwarna kayu dan hijau. Ia melihat ruangan itu memiliki
kamar mandi tersendiri. Ia masuk dan ia melihat kamar mandi yang indah seperti
yang dimiliki oleh ruangan Rain. Shea menyadari ia berada di salah satu ruangan
kamar Warriors. Shea mendatangi pintu kamarnya yang tinggi dan terukir gambar
satu pohon besar, dalam hati Shea, ia tahu itu pohon Whaledome Nose. Knob nya
sendiri terukir seperti ada dedaunan yang merambat.
Shea membuka pintu itu dan ia berjalan di lorong Warriors yang
pernah ia lewati. Ia berjalan menuju satu pintu yang ia tahu, podium Muse Hall. Ia terus melangkah dan ia
menemukan ujung lorong yang dihadapannya pintu Muse Hall.
“Apa yang kau lakukan?” suara dari belakang
Shea mengagetkan dan Shea segera berbalik, Phil di sana. Phil sendiri juga
memakai kain hijau, “Kau ingin masuk kedalam Muse Hall. Kamu pikir kamu bisa masuk, Burns?” Shea yang mendengar
itu segera pucat pasi. Entah kenapa, tiba-tiba Phil segera memeluk Shea,
“Syukurlah kau tidak apa-apa,” katanya. Phil memeluk erat tubuh Shea yang
bahkan lebih kecil dari badan Phil. Shea tenggelam dalam harum badan Phil yang
besar itu. Harum badan yang menenangkan.
“Apa yang kalian lakukan?” tiba-tiba suara
Moon dan Luna lewat.
“Euh...”
ucap Luna, “Ternyata, suka daun muda.”
Moon segera menarik Luna, “Ayo, biarkan
saja mereka berdua.” Mereka berdua pergi menuju arah lorong lain, Phil dan Shea
segera melepas pelukan mereka.
Phil segera mengisi kekosongan, “Mereka memang seperti itu.” Shea
hanya memandang Phil karena ia sendiri cukup menikmati pelukan itu. “Apa kamu
sudah bertemu dengan Ben, pasanganmu?”
Pasangan? Itu merupakan kata yang asing
bagi telinga Shea. Ben bukan lah pasangan Shea, Ben adalah pasangan Gwen. “Aku
dapat mengarahkan mu menuju kamarnya.” Shea hanya mengangguk. Kemudian Phil
memimpin perjalanan mereka berdua. “Kau tentu tahu para lelaki Warriors tinggal
di kamar ujung lorong ini. Hal ini, untuk menghargai keberadaan para wanita
Warriors dan melindungi keberadaan mereka.” Shea melewati pintu-pintu kamar
dengan simbol-simbol ukiran yang berbeda, “Ukiran pada pintu untuk memberikan
kenangan pada Warriors akan keberadaan mereka berasal. Sepertimu, Whaledome
Nose.” Shea mengangguk-angguk. “Kau dan Ben adalah pasangan Warriors pertama
yang berasal dari Section Line Fanners. Para Fanners jarang ingin menjadi
Warriors karena keberadaan Fanners sama pentingnya dengan keberadaan Warriors,
bahkan tanpa Warriors lebih baik daripada tanpa Fanners.” Tiba-tiba Shea
membuat bahasa isyarat, “Maaf, aku tidak mengerti.” Phil menghentikan jalannya.
Shea pun berusaha berkomunikasi dengan Phil, lalu ia menunjukkan gestur
kedinginan. “Oh, ya, Selain Fanners, Section Line Icers juga penting.” Shea
mengangguk.
Mereka kembali berjalan dan Shea dapat melihat ujung lorong itu.
Tiba-tiba pintu terbuka, dan Gliss dengan kain hijaunya yang memiliki potongan
berbeda, mendapatkan perhatian Shea, “Ah, Shea.”
Shea memiliki penghormatan yang paling
besar kepada Gliss. Ia yang memberikan banyak bantuan selama ini, yang mungkin
seorang Burns seperti dirinya tidak layak mendapatkannya. Shea memperhatikan
ukiran pada pintu Gliss. Ukiran itu seperti tong sampah dan sapu, namun dengan
artistik ukiran yang cukup nikmat untuk dilihat. Shea tidak dapat membayangkan,
tapi ia tahu Gliss berasal dari Section Line Domers, seksi orang-orang yang
merawat kebersihan dan mesin-mesin pengolah kotoran yang dikeluarkan dari
masyarakat The Whaledome.
“Bagaimana kabarmu?” Tanyanya. Shea tersenyum
lebar. “Senang melihat mu dapat tersenyum. Ah, kau sedang memikirkan Section
Line asalku, ya? Ya, orang tuaku dari Domers. Aku sendiri sempat menggantikan
ayahku ketika ia sakit. Ia seorang Sewagers.” Shea benar-benar takjub dengan
gambaran yang diceritakan Gliss.
“Euh...”
goda Phil. Namun, keduanya hanya tertawa.
Shea segera berbahasa isyarat kepada Gliss.
Banyak hal yang ia ingin ucapkan terima kasih, seperti salah satunya bisikan
yang diberikan pada masanya di Truth Bearer Field. Phil tidak mengerti apa yang
mereka bicarakan tapi Gliss dapat mendengar bisikan hati Shea. Shea merasakan
ia menang dikarenakan Gliss. Gliss menjawab, “Bisikan ku sudah lama pergi,
Shea. Sejak kamu masuk final, semua itu adalah kemenangan mu sendiri.” Shea
terkaget. “Dan, apakah kau ingat suara mu yang kembali, Shea?” Shea lalu
teringat ketika ia minum dan muntah.
Phil mengerti, ia dapat melihat gambaran ingatan mereka berdua, “Apa
maksudnya, Gliss?”
Gliss menjelaskan, “Keys menaruh obat
penawar agar Shea terlepas dari bisikan ku yang dulu. Dan kau tahu siapa yang
berhasil membuatmu bersuara kembali, Shea?” tanya Gliss. Shea berusaha
mengingat, dan ia tahu suaranya kembali karena ia muntah, seperti otot suara
dalam tenggorokannya bekerja kembali. “Ben tahu kau mungkin keracunan dan ia
memukul bagian vital yang dapat membuat mu muntah. Dia memang anak yang
cerdas.”
“Selama
ini kau tahu Shea berpenyakit Burns?” tanya Phil.
Gliss hanya tersenyum, “Aku harap perayaan
hari ini berjalan lancar, Shea.” Lalu, terdengar dari dua pintu tidak jauh,
berseberangan, keluarlah Ben. Semua memperhatikan.
“Shea?” panggil Ben. Ben sendiri sudah
kembali layaknya Ben sebelum final. Seluruh luka dan bahkan wajahnya
sehat.
“Pergilah,”
Ucap Phil dari belakang. Shea segera mendatangi Ben.
“Apa kamu ingin masuk?” Ben mengundangnya
masuk ke dalam kamar. Ukiran pada pintu kamar Ben adalah kipas angin dengan
rambatan-rambatan dedaunan yang indah. Shea membayangkan ayah dan ibu Ben
merupakan gambaran akan ukiran tersebut. Dekorasi ruangan itu hampir sama
persis dengan Shea namun dengan sentuhan yang maskulin bagi pria. Pintu pun
tertutup. Ben hanya berdiri di depan pintu.
Shea yang berdiri di hadapan Ben mulai
berbahasa isyarat. Ben hanya memandang kosong pada Shea. Shea mulai berhenti
bergerak. Tiba-tiba Ben datang mencekik Shea. Ben dan Shea terjatuh ke
lantai.
Ben menindih
Shea dan terus mencekik Shea. Shea benar-benar terkejut dan ia memandang wajah
Ben yang sekuat tenaga ingin mencekik dirinya. Apakah ini
dikarenakan Gwen? Apa yang terjadi pada Gwen? Hanya itu yang ada
dalam pikiran Shea. Lalu, Shea mengalir air mata. Ia memang layak untuk
dibunuh. Ia bahkan telah melupakan keadaan Bob. Bagaimana keadaan Bob saat
ini?
Seperti yang ia perkatakan dalam bahasa isyarat, di labirin bebatuan,
sebelum Ben memutuskan memegang tangan Shea. “Kau bilang aku bisa membunuhmu
jika kau berubah menjadi Burns,” Ucap Ben saat masih mencekik Shea, “Dan aku
tidak lagi mempercayaimu,” Ben melanjutkan. Shea sudah megap-megap, lalu ia
menutup matanya. Kedua tangan Shea hanya memegang lengan kain Ben. Shea sama
sekali tidak melawan. Ia tahu, waktunya sudah tiba. Ia tidak mungkin juga
berpasangan dengan Ben. Jika ia berpenyakit Burns, penyakit itu akan menular
pada Ben. Itu adalah hal paling terburuk yang dapat diberikan kepada Ben oleh
Shea, setelah Shea juga membuat Ben tidak dapat berpasangan dengan Gwen untuk
menjadi Warriors.
Satu tarikan nafas terakhir Shea dari mulut
atau hidungnya, tiba-tiba Ben melepaskan cekikannya.
Shea segera terbatuk dan menarik nafas
sedalam-dalamnya. Shea membuka matanya, dan Ben sudah berdiri. Ben mengulurkan
tangannya. Shea segera mengambilnya dan ia pun berdiri. “Kau baik-baik saja?”
Shea mengangguk-angguk. “Ternyata benar, apa yang mereka katakan. Kau sudah
bisa mengontrol penyakit Burns mu.”
“Aaaa...uhuk!”
Shea terkaget. Ia sambil menghapus air matanya.
“Mereka bilang kau sudah bisa mengontrol
penyakit Burns mu.” Ben segera memberikan kain basah, dingin, “Taruhlah di
leher mu.” Shea mengikuti apa yang Ben katakan. “Duduklah.”
Shea terduduk di sofa tempat tidur. Ia
meremas kain basah itu dan menaruhnya pada memar-memar pada leher. Ben terduduk
di sebelahnya. “Aku, tidak mau menjadi Warriors.” Ucap Ben. “Aku ingin menjadi
dokter dan menyelamatkan orang-orang sakit di Whaledome. Para Warriors adalah
petarung. Ia sama seperti Patrols. Aku bukanlah seorang petarung. Aku hanya
berusaha melindungi orang-orang yang kusayangi. Gwen.” Kata-katanya yang
terakhir membuat Shea ingin menanyakan keadaan Gwen. Shea menanyakan dengan
bahasa isyarat.
“Aku sendiri tidak tahu sudah berapa lama
aku diobati dan tinggal di kamar ini. Kau tertidur cukup lama, Shea. Kurasa
sudah tiga hari setelah kita memenangkan pertandingan. Terakhir aku melihat
Gwen. Ia kehabisan banyak darah, ayahnya mentransfusi cukup banyak. Aku
menunggu hingga para dokter selesai operasi dan mengatakan kalau Gwen selamat.
Aku tidak sempat melihat Gwen bangun. Para Patrols sudah membawaku lebih dulu.”
Shea hanya memikirkan Ben lebih beruntung dibandingkan dia yang sama sekali
tidak mendatangi Bob yang pingsan di tengah lapangan Muse Hall sebelum ia dibawa oleh para Patrols. “Kudengar, hari ini,
Gwen dan Bob akan datang pada perayaan.” Shea tahu dari perkataan Ben, Bob
selamat. Itu cukup melegakan.
Ben memandangi Shea, “Maafkan aku, Shea.”
Shea hanya memandang Ben. “Aku tahu kau menginginkan hal ini. Tapi, kau tahu
kan, Warriors, dua tubuh, satu jiwa. Aku mencintai Gwen.” Shea mengerti. Shea
kembali lagi berbahasa isyarat, lalu Ben tertegun dengan perkataannya. “Kau bersedia
mengundurkan diri?” Shea mengangguk-angguk. “Ya, kita bisa kembali bekerja di
Whaledome Nose dan kita bisa menjadi teman.” Senyum Ben. Shea tersenyum
mendengarnya. “Maafkan aku telah mencekik mu.” Shea tertawa, ia masih menepuk
memar-memar merah di lehernya dengan kain basah. “Kurasa sudah menghilang
merahnya.” Ben memberikan kain putih, sapu tangannya. Tangan Shea basah, Ben
pun spontan segera membersihkan air-air pada leher Shea. “Aku senang kau
berhasil melawan penyakit Burns mu, Shea.” Shea hanya memandangi Ben yang
menyeka lehernya. “Aku percaya padamu. Bahkan ketika kita menjadi Warriors,”
ucapnya, “Tapi, aku takut Gwen tidak bisa menerimanya. Aku harap kamu
mengerti.” Ben selesai menyeka leher Shea.
Shea segera bersuara, “Aeiii... UUUuu.” Ia
menunjukan bahasa isyarat kalau ia percaya juga kepada Ben, bahkan ketika ia
dicekik tadi. “Beeuuaaaa...eees.” Shea ingin mengatakan kata janji. Ia tahu
janjinya pada Ben, hanya Ben yang mampu membunuhnya tanpa ada keraguan. Itu
yang membuatnya percaya pada Ben. Karena, hingga saat ini saja, Shea tidak
mempercayai dirinya berbahaya atau tidak bagi orangorang di sekitarnya.
Shea memberikan bahasa isyarat mengatakan:
jangan pernah berubah. Dan, Ben menjawab, “Ya.” Lalu, terdengar suara derakan
dari luar. Para Patrol telah datang. Mereka menjemput para Warriors untuk
dibawa ke anjungan Truth Bearer Field. Salah satunya mengetuk pintu. Ben segera
membuka dan Patrol Ened disana. Shea segera berdiri dari sofa karena ia
mengenal Patrol itu. Ben dan Shea pun keluar.
Para Warriors ditemani satu Patrol berbaris
dan berjalan melewati mereka. Alex, Sharon, Humm, dan Gliss sudah berada jauh
di depan. Shea mendapatkan senyuman dari Rain, tatapan hangat Dolora dan
Wandina, tatapan Phil memperhatikan leher Shea, lalu mulai dari Keys, Fish,
hingga King dan Queen sama sekali dingin memandang mereka berdua, dan Pin yang
sempat memberi jabatan tangan pada mereka berdua sambil kembali menyatakan
kalau binding dahi sangat mengharapkan mereka memilih binding itu, lalu Chow
dan Tien yang menunduk sopan, Moon dan Luna yang selalu misterius, dan terakhir
Patch dan Adam. Mereka berhenti dan menyalami.
“Pikirkan ini seperti arak-arakan,” Ucap
Adam. “Kita akan berjalan sepanjang lantai 50 The Whaledome. Dimulai dari kita
keluar dari Centros dan berjalan terus hingga pada Truth Bearer Field. Disana,
keluarga dan sanak saudara kalian akan menyambut kalian beserta Old Voyages.
Bukan hal yang sulit, bukan?” Keduanya mengerti dan mereka pun mulai ikut
berjalan di belakang Patch dan Adam bersama dengan Patrol Ened.
Lorong itu sama seperti lorong-lorong The
Whaledome pada umumnya. Daerah Warriors tinggal dan Muse Hall adalah daerah paling ujung, mendekati lantai Dunia Bawah
Tanah, Detown. Namun, Detown adalah bagian bawah tanah lain dari The Whaledome.
Mereka pun masuk ke dalam lift, lift itu hanya cukup bertiga. Patrol Ened ikut
masuk disana, “Setelah ini kita akan langsung keluar di bagian Centros
Departemen Dek. Para Warriors bekerja disana memperhatikan seluruh bagian The
Whaledome memimpin para Patrols, Pangers, dan dokter maupun ilmuwan.” Ben
memperhatikan hal itu. “Menjadi seorang
Warriors, ia harus memimpin keempat bagian itu. Mereka memiliki kekuatan dari
Ancient Gift Stones, itu yang membuat mereka dihormati. Kalian akan berbeda
dari diri kalian yang sekarang. Bukan hanya menyatunya jiwa kalian, tapi
seluruh pikiran dan ingatan kalian akan melebih dari manusia biasa. Kalian
sudah pasti melebihi Patrols dan dokter maupun ilmuwan.” Lalu, pintu lift
terbuka.
Patrol Ened berjalan memimpin, Shea
menunggu Ben bergerak. Ben seperti terdiam sebentar. Namun, ia kembali
berjalan. Para Pangers di sana memberi tepuk tangan, dengan ketukan yang sama.
Mereka tidak berbicara dan mereka hanya bertepuk tangan. Udara di sekitar
menjadi dingin, karena pandangan mereka seperti tidak bersahabat. Banyak
layar-layar, baik Shea dan Ben memperhatikan layar-layar itu menyorot aktifitas
kehidupan seluruh lantai Whaledome. Mereka tetap berjalan menuju pintu keluar,
lalu dari sana, terdengarlah suara sorakan besar-besaran. Masyarakat The
Whaledome riuh berteriak dan memanggil kedua nama mereka.
Para Patrols telah membentukan pagar
sehingga para Warriors dapat berjalan. Ben dan Shea hanya terus berjalan namun
mereka tetap mendapatkan sorakan yang meriah. Shea mengenal jalan-jalanan ini.
Ia biasa berjalan bersama Sang Nenek atau Kakek Penjaga Hutan, menemaninya
untuk datang ke Truth Bearer Field. Di antara para penyorak itu mungkin
teman-teman sepermainannya, yang selama ini selalu menjauhinya. Shea sekarang
disorak-soraki, namun dengan pengertian berbeda, ia kini disanjung.
Lalu, entah datang dari mana, ada yang
melempar Shea dengan bubuk putih. Namun, Ben segera tahu ada yang mendatangi
Shea, dengan cepat Ben bergerak menarik Shea dan memeluknya. Punggung Ben yang
terkena bubuk putih itu. Itu adalah bubuk makanan. Semua terkaget. Patrol Ened
segera berteriak untuk orang yang melempar itu ditangkap. Semua ribut. Namun,
mereka dengan cepat menemukannya. Shea mengenal sang pelempar. Hanya saja, ia
tidak pernah mengenal nama orang itu. Keluarganya adalah yang terkena penyakit
Burns. Ia tidak pernah menyukai keberadaan Shea di Whaledome Nose, karena ia
satu-satunya anak yang cacat namun tidak pernah ditangkap. Sedangkan tiga
anaknya mengalami perubahan bentuk pada badan mereka, mereka semua
ditangkap.
Orang itu hanya berteriak, “Detown!
Detown!” Lalu, para Patrols menarik orang itu menjauh dari kerumunan hingga
tidak terlihat lagi. Para masyarakat kembali menyoraki dan menyalami.
Seakan-akan mereka tidak menganggap hal itu baru terjadi.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Ben. Shea
mengangguk. Patrol Ened meminta mereka untuk bergegas. Mereka pun berjalan
cepat. Para masyarakat tahu mengenai rumor Shea merupakan anak yang berpenyakit
Burns. Namun, mereka semua diberitakan sesuai dengan standar pertandingan
Warriors, bahwa semua yang berhasil di pertandingan Warriors ini adalah yang
memiliki kebebasan dari Penyakit Burns. Yang Shea tahu, karena pertandingan
Warriors inilah ia mampu mengendalikan penyakitnya, bukan terbebas.
Sampai lah mereka di pintu gerbang Truth
Bearer Field. Terakhir kali Shea melihat ialah pada The Gala, King dan Queen.
Terakhir kali ia disini, ia bersama Bob. Dimanakah Bob berada? Mereka memasuki stadium, yang sama seperti
Gala. Namun, terdapat bagian tempat duduk, podium, dan disana para Old Voyage
berada.
“Ayah, Ibu,” ucap Ben. Ben segera berlari
ke suatu arah. Ayah dan Ibu Ben menyambut Ben di dalam lapangan. Dari kejauhan,
Shea melihat dua sosok bayangan yang juga berada di dekat Ayah dan Ibu Ben.
Shea tahu itu Nenek dan Kakek Penjaga Hutan. Shea segera berlari kencang dan
mendapatkan pelukan mereka berdua.
“Selamat,
Nak. Selamat.” Ucap Sang Kakek.
“Terima
kasih, kau selamat.” Ucap sang Nenek.
Shea menangis di pelukan
mereka berdua. Sang Kakek bahkan mencium kening
Shea, “Jangan
pernah lupakan rumah mu, Nak. Hutan Whaledome selalu menerima mu.”
Shea
mengangguk, lalu ia berbicara, “EAaaa.”
Sang Nenek dan Sang Kakek takjub, keduanya
ikut terharu. “Kau bisa berbicara, Nak. Kau berbicara.” Shea terus mengeluarkan
suaranya dengan kencang dan mereka bersuka ria bersama.
Di dalam lapangan tidak ada masyakarat yang
boleh masuk. Mereka semua terduduk di kursi penonton yang mengelilingi Truth
Bearer Field. Shea memandang Ben dan mereka berdua sama-sama tersenyum satu
sama lain. Namun, senyuman Ben segera hilang, Shea tidak mengerti. “Shea?”
Shea mendengar suara di balik punggungnya.
“ooo!” Shea segera beranjak dan memeluk Bob.
Bob memeluk lebih erat lagi, “Kau
berhasil.” Bisik Bob, “Kau hebat.” Shea mengangguk, “Aku percaya kamu akan
menjadi seorang Warrior yang hebat.” Shea tidak memberikan tanda tentang
kesepakatannya dengan Ben. “Aku akan masuk Patrol, dan aku akan menjagamu,
Shea.” Shea hanya memegang wajah Bob dengan tulus, “Aku harap kita masih dapat
banyak bertemu Shea.” Shea mengangguk kembali, Shea ingin memberitahu mengenai
kemampuannya yang baru dapat mengontrol penyakit Burns. Namun, Bob tidak
mengerti, ia hanya tertawa, “Kurasa aku harus banyak belajar bahasa isyarat.”
Shea hanya tersenyum. Mereka kembali berpelukan. Bob memperhatikan Ben di belakang
Shea mendatangi mereka.
Bob menyalami Ben, Shea diantara mereka
berdua. “Selamat, Ben.” Ben mengangguk. "Aku mempercayakan Shea pada mu.”
Ben hanya memandang Bob, “Demi Gwen, Ben. Lakukan demi Gwen.” Shea tidak
mengerti.
Lalu,
Ben bertanya, “Dia tidak datang ya?”
Bob menjawab, “Tidak, dia ada di barisan depan. Dia, hanya tidak mau
berjumpa dengan mu dan Shea.” Shea mendengar hal itu, “Maafkan aku, Shea.” Ucap
Bob. Shea hanya tidak enak dengan keadaan itu. Shea pun memandang Ben dan ia
menunjukkan pandangan kalau ia tetap pada pendiriannya. Sesuai dengan janjinya. Ben seperti menerawang, ia memikirkannya.
Lalu, para Patrol mengamankan Ben dan Shea. Bob, keluarga Ben, dan
kedua kakek nenek Shea segera dikeluarkan dari lapangan, mereka ditempatkan
pada tempat duduk khusus, tempat duduk para keluarga Warriors. Sang Kakek
melihat di sekelilingnya. Cukup banyak orang tua dan beberapa orang berumur.
Namun, seorang perempuan muda, berambut cokelat dan pendek potongannya, ia
duduk sendirian, tepat di sebelah Sang Kakek. Nama perempuan itu, Woe, seorang
buruh di Sector Lines Resources. Ia memandang kedatangan Sang Kakek dan Nenek
begitu dalam. Sang Kakek pun memberikan tangan untuk bersalaman, namun Woe
segera memalingkan muka tidak berbicara. Tepat ceremony itu pun dimulai.
Setiap tahun,
Jadi nanti pas lagi ceremony diperkenalkan
seluruh Sector Lines dan Warriors, hingga terakhir Old Voyages. Lalu, diputar
video Burns. Itu yang membuat Ben memilih untuk menerima. Gwen disitu patah
hati banget. Gwen percaya Ben harusnya ga akan ambil. Bob senang banget karena
dengan itu Shea bisa terlepas dari jeratan Detown.
Ceremony nya di depan seluruh masyarakat
The Whaledome. Di situ, Gwen benarbenar benci banget dengan Shea apalagi
Detown. Gwen pun sebenarnya tahu siapa-siapa yang merupakan Detown. Ben tahu
Gwen berubah tapi dia memilih untuk Shea, ditanyalah mereka mau binding apa,
lalu Ben bilang, “Mata.”
Yang kesenangan Phil dan Shea. Saling berpandangan segala macam, pas
selesai, karena Shea punya double portions, Ben pun juga dapat kekuatan yang
lebih. Seketika itu juga, Ben tahu siapa Shea dan orang dibalik Shea.
Epilognya: Press Conferrence untuk
launching buku Another Past. Beberapa menanyakan pengertian dari Another Past.
Dari salah satu kursi penonton, ada Ened di sana. Gwen pun menceritakan tentang
pandangannya akan reinkarnasi. Gwen bilang itu mungkin seperti dongeng, tapi
bagi Gwen dia dapat menggambarkan nya seperti kisah ini. Lalu ada yang
menanyakan gender yang berbeda dengan namanya digunakan. Gwen hanya tertawa dan
mengatakan ia mengikuti perkembangan zaman dimana pemeran heroin wanita sangat
diharapkan. Tapi ada yang menanyakan apakah Gwen seorang homo. Gwen menjawab
tidak. Gwen menjelaskan ia tidak terpikir sampai sana. Semua tertawa, tapi Gwen
menegaskan ia selalu melihat selalu ada sisi feminim dan maskulin dalam tiap
orang. Gwen tertarik dengan karakter Ben dan ia menyebutkan bahwa Ben akan
menjadi peran penting di installment kedua. Lalu akhirnya ada yang menanyakan
bagaimana perkembangan karakter Shea. Lalu, Gwen mulai terdiam. Si penanya
menanya lebih lanjut, apakah karakter Shea memang begitu spesial. Gwen hanya
terdiam. Sang moderator mencoba menolong. Gwen entah kenapa ia menutup mata,
lalu terlihat sekilas bayangan yang terjadi di installment kedua. Moderator
menanyakan keadaan Gwen tapi Gwen akhirnya menjawab, itulah yang ingin
disampaikan dari kisah ini. Bukan adanya karakternya, bahkan karakter Gwen pada
akhirnya bukan hal penting. Karakter Shea akan membawa para pembaca mengerti
dunia The Whaledome sebenarnya. Lalu terlihat kilas balik suara Shea berteriak
kepada Gwen yang akan menembak. Gwen pun hanya tersenyum sambil mengerutkan
dahinya. Dan si penanya menanyakan mana yang lebih penting, terlihat ada dua
pemeran utama wanita. Lalu Gwen memandang Ened. Ened sudah berjalan akan pergi.
Gwen menjawab, “Aku berharap Gwen yang dapat kalian cintai, tentunya.” Semua
tertawa. Ened terlihat menggeleng kepala lalu pergi. Lalu ada yang menanyakan,
“Mungkinkah ini diangkat ke layar lebar?”
Karena di another present. Monolog: Gwen
menangis-nangis. Ia berada di depan mesik ketiknya. Gwen melempar semua barang
dan berharap ia dapat melepaskan semua kesesakan di hatinya. Ia sedang berada
di musim dingin, salju. Gwen mencoba untuk membuka jendela dan ia tahu udara
dingin masuk menusuk hingga ke tulang-tulangnya. Nafasnya berembun tebal. Ia
mendapat telepon dari Elena, dimana menjadi mailbox dan suara Elena sama persis
dengan suara Shea, di dalam pikiran Gwen. Elena menanyakan kabar di tempat
dingin itu, bagaimana salju. Elena lalu bilang ia berharap Gwen dapat kembali
ke daerah pantai tropis itu. Gwen segera mendatangi handphone nya sebelum Elena
mematikan. Gwen bilang, “Aku membunuhnya.” Elena pun membalas, “Apakah sudah
sampai sana?” Gwen membalas, “Apakah yang kulakukan benar?” Elen menjawab, “Kau
sudah melakukan yang terbaik, Gwen. Mungkin kau dapat membicarakan hal ini
dengan Ened.” Gwen mencoba menghapus air matanya. Elena melanjutkan, “Ened
bilang ia akan datang besok.” Gwen lalu menjawab terima kasih sudah
memperhatikannya selama ini tapi Gwen membalas jangan menelepon dirinya lagi.
Elena terdiam. Gwen menjawab, “Jika aku menjadi kau, seharusnya sejak awal kau
sudah membenciku.” Lalu telepon ditutup. Gwen melihat ke bawah. Seorang tukang
kebun membersihkan saljusalju di taman. Dan Gwen memandang menutup mata, ada
Ben di sana.
Openingnya baru tuh Gwen nyeritain betapa
ia mencintai Ben tuh bahkan sampai detil Ben tuh ngerti banget banyak hal
setelah menjadi Warriors. Ia yang paling dicalonkan menjadi pemimpin Warriors.
Tapi yang paling membuat Gwen sedih adalah ia tahu persis bagaimana ingatan
Shea akan Ben yang selalu memperhatikan Gwen dari jauh, berusaha membenci Gwen
karena jahat terhadap Burns, tapi tetap mencintai Gwen. Ben tidak pernah
memberitahu efek dari binding dengan Shea. Ben selalu menutupi, namun Shea
memang benar telah mampu mengendalikan. Masalahnya, Ben yang belum bisa
mengendalikan. Nanti diceritain tentang video Teye Hangen dan hilangnya Air.
Ketika Ben menyelidiki kehidupan Detown, Shea menyelidiki rahasia di hari Air
menghilang. Disini, Shea menjadi dekat dengan Phil karena Phil memang berharap
ia bisa berbicara dengan Air dalam mimpi Shea/ penglihatan Shea. Bob di lain
pihak berada di posisi berusaha menjadi tangan kanan Gwen. Bob menjadi
mata-mata bagi Ben. Di sini konfliknya itu Ben dengan Old Voyages, rahasia Old
Voyages selama ini. Shea bermasalah dengan Resources, orang-orang di luar
Whaledome, nanti Shea berkenalan dengan anak perempuan bernama Woe. Woe adalah
orang yang tahu kejadian yang sebenarnya tapi ia menyimpan segalanya. Katanya,
ada bagian The Whaledome yang sudah dihasut untuk kembali pergi ke atas.
Nanti Ben nya dicenangkan memiliki kemampuan yang sama dengan Air.
Ini terkadang membuat Fire cemburu. Snow dan Shea berteman. Shea membangun
hubungan dengan Bob. Phil cemburu. Semua mengira dengan penglihatan yang ada,
Air masih hidup. Sampai nanti ada apa gitu, Ben mati di hadapan Shea, Gwen, dan
Bob. Tersadarlah Shea, Air sendiri juga sudah mati. Hanya sebagian jiwanya
masih berada dalam alam pikiran Shea. Menolong.
Di Another Future, Gwen lah yang membunuh
Ben sendiri. Itu yang menyakitkan. Ia merasa jahat banget. Padahal intinya Gwen
terjebak dalam rencana ayahnya, Old Voyages, dan Another World sendiri. Di
Another Future, lebih menjelaskan tentang Another World itu apa. Hingga
endingnya, Gwen sendiri yang naik ke atas bumi. Bob yang sejak awal berusaha
menolong Shea juga gugur bareng Shea. Old Voyages semua mati, Sharon, Alex,
Olds, Rain, Rock, Moon, Luna, Kings dan Queen, Jelly, Pin dan Bill. Yang tertinggal
hanya Joe, Rum, Adam dan Patch, Fire dan Snow, Humm dan Gliss, Phil, Dolora dan
Wandina, Key dan Fish, Chow dan Tien. Mereka semua di atas bumi melihat keadaan
yang mengerikan. The Whaledome tertimbun di bawah. Mereka pun mengeluarkan
semua orang dari The Whaledome. Karena merekghjgrciuytvuhgjkh a tahu tidak ada yang adil merengut
sinar matahari dari mereka semua.
Lalu, Gwen yang mendapat kekuatan Shea, ia
melihat sendiri betapa Ben mencintainya. Dan ia melihat semua ingatan Shea,
hingga Gwen tidak tertahan lagi. Terakhir, Gwen ingin kembali ke Muse Hall. Di sana, Phil mengejar dan
berteriak kalau ia ga mau Gwen juga pergi. Gwen pun hanya menyentuh, lalu, ia
berharap itu bisa menyelesaikan segalanya. “Tell, tell our stories. Warn them.”
Epilog: Gwen memandang tempat yang dimaksud akan terjadi kejadian
semua itu. Entah kenapa, dari belakang, ada seorang perempuan, Benedicta. Benedicta penggemar tulisan Gwen. Benedicta
hanya mengajak Gwen berbicara, “Bukankah kita bisa menikmati hari ini?” Gaya
yang sama seperti yang dilakukan Ben pada Gwen.
...Happy
Ending.
Comments
Post a Comment