Lost Sight, Found Strength

The path is so dark and dim, but Julie keeps walking. She is scared, yet her adrenaline makes her look back several times, urging her to walk faster with each step. She wonders why she can't move faster and then realizes it's just her thoughts getting wilder the longer she's on the road. She shouldn't have chosen this path—terrified and confused. She's already halfway through. It sucks. The only way is to adapt, over time. She has one more block, two more, and again she convinces herself it's just one more step to her destination. She's no longer afraid when she starts looking at the sky instead of the road. The evening feels scarier when it's right in front of our eyes, but when it's above, the stars are beautiful. The cold air on her skin feels warmer as her mind grows calmer. Gently, she realizes that she's no longer worried. In fact, she's arrived, in no time. -- I think loneliness comes from the mind. It's not about being surrounded ...
Do you know why it's hard to say goodbye? Because we afraid if our memories might not be able to remember them, rightly. The fact is, goodbye means good. No matter how hard.
~Aurora Esterlia

Ibadah yang Sejati

Mazmur 50: Allah adalah Hakim sekarang dan selama-lamanya.
1. Mempersembahkan korban tapi dengan pikiran yang salah, ayat 8, Tuhan menggambarkan bahwa orang Yahudi mempersembahkan korban bakaran dengan pikiran bahwa Tuhan butuh persembahan korban itu, namun Tuhan ingin menegaskan bahwa Tuhan tidak membutuhkan korban karena Ia miliki semua yang ada di dunia. Pada zaman itu, orang Yahudi hidup bercampur bersama dengan orang-orang bangsa lain, pikiran hal ini yang menyimpang. Suatu ritual yang rutin dilakukan malah menjadi formalitas dan tidak memberikan pengaruh/perubahan dalam hidup. 
Contoh pikiran yang salah: 
A. Datang  ke gereja tiap Hari Minggu brarti sudah beribadah (hidup kita ialah Ibadah, tiap hari, tiap waktu), hari ketujuh merupakan hari Manusia hidup setelah hari keenam mereka dibentuk, hari ketujuh hal pertama yang dilakukan manusia ialah Sabath,yakni bekerja menyembah Tuhan)
B. Masih untung datang ke gereja, berarti sudah gereja (isi pikiran kita ialah ibadah kita. Pandangan tersebut brarti tidak fokus, tidak mengerti, bahkan tidak menghayati makna kita butuh Tuhan. Kita datang kepada Tuhan karena kita bukan datang untuk minta diberkati lebih melainkan karena kita secara penuh membutuhkan Tuhan dan memuji memuliakan Tuhan)
C. Liturgis penyembahan dari suatu gereja adalah yang benar  (liturgis yang benar dan Clear adalah revelation-respons/God reveals Himself-respons God words, respon kita nyanyi,doa, menyalami orang di sekitar kita. Bukan karena liturgis maka ibadah kita sah. Kita semestinya harus bisa ibadah, TETAP BISA MENYEMBAH TUHAN, bahkan bila tanpa liturgis, atau musik, karena kita yang datang ke hadapan Tuhan. Diri kita yang paling penting, diri kita yang datang kepada Tuhan, seluruh hidup kita tanpa perlu formalitas apapun. Hati kita yang Tuhan lihat benar menyembah dan memegahkan Tuhan)
D. Kebaktian tanpa anak-anak demi mendapat liturgis yang kusuk/peaceful (Nyatanya kebaktian bersama keluarga merupakan Family Altar. Masa anak-anak bersama didalam kebaktian untuk mengajarkan  respect akan beribadah kepada Tuhan, sama seperti di rumah/pergi ke gereja Orang Tua membaca Firman Tuhan dengan membuka Alkitab dan membaca dengan suara agar anak-anak melihat)

2. Kemunafikan, ayat 16-21, hidup kita tidak sesuai dengan Ketetapan Tuhan. Yang paling tragis orang-orang fasik itu merupakan bagian dalam Rumah Allah. Ayat 14, persembahkan syukur yang memang benar bedasarkan Iman yang Hidup, yang benar melakukan Firman Tuhan, ketulusan kepada Tuhan bukan karena tujuan yang lain. Pikiran yang lurus kepada Tuhan. 

Kalau hati kita lagi kacau dan mrasa tidak layak masuk ke hadirat Tuhan, jangan pernah berpikir untuk tidak datang kepada Tuhan. Datang kepada Tuhan dengan pikiran lurus kepada Tuhan.

Comments

Popular posts from this blog

People thinking : Gay

Kelly's Night

The Man with The Star