Lost Sight, Found Strength

The path is so dark and dim, but Julie keeps walking. She is scared, yet her adrenaline makes her look back several times, urging her to walk faster with each step. She wonders why she can't move faster and then realizes it's just her thoughts getting wilder the longer she's on the road. She shouldn't have chosen this path—terrified and confused. She's already halfway through. It sucks. The only way is to adapt, over time. She has one more block, two more, and again she convinces herself it's just one more step to her destination. She's no longer afraid when she starts looking at the sky instead of the road. The evening feels scarier when it's right in front of our eyes, but when it's above, the stars are beautiful. The cold air on her skin feels warmer as her mind grows calmer. Gently, she realizes that she's no longer worried. In fact, she's arrived, in no time. -- I think loneliness comes from the mind. It's not about being surrounded ...
Do you know why it's hard to say goodbye? Because we afraid if our memories might not be able to remember them, rightly. The fact is, goodbye means good. No matter how hard.
~Aurora Esterlia

Classic Time

Ini pakai bahasa Indonesia karena mungkin lebih nyaman, bahasa Inggris gue lagi ngawur, jadi, mending pakai bahasa ibu saja.

Cerita ini klasik, karena jadul banget.

Veronica adalah Ratu dari Kerajaan di tahun-tahun kerajaan. Veronica sejak awal bukanlah seorang pewaris kerajaan, ia adalah anak dari ayahnya, yang seharusnya menjadi pewaris kerajaan, namun karena ayahnya menikahi ibunya yang dilarang oleh kerajaan, ayahnya pun undur dari kerajaan dan menjadi rakyat jelata. Adik ayahnya, Paman Bastille, ia menjadi pewaris kerajaan selanjutnya. Namun, ternyata Paman Bastille itu menikah hanya tidak mendapat anak. Paman Bastille sakit parah, dan ia tahu sejak awal sudah seharusnya kakaknya yang mendapatkan tahta ini. Ketika Paman Bastille meninggal, ayah Veronica sudah meninggal. Veronica pun naik tahta namun ibunya tetap tidak boleh masuk ke dalam kerajaan. Ibunya melepaskan Veronica yang masih kecil karena mereka hidupnya sangat miskin dan baiknya Veronica hidup menjadi seorang Ratu karena darah birunya sudah pasti memang memintanya untuk di sana. Veronica pun tumbuh dengan lupa akan ibunya. Ia hidup dengan dianggap sebagai anak dari Paman Bastille. Ibunya sekarang adalah istri Paman Bastille, Ratu Muranne.

Ratu Muranne sangat menyayangi Veronica dan ia benar-benar mengasihi Veronica seperti anaknya sendiri karena sejak awal Ratu Muranne tidka bisa memiliki anak. Ratu Muranne benar-benar membesarkan Veronica menjadi calon pewaris tahta kerajaan yang sangat dihormati banyak orang dan dicintai masyarakat. Namun, darah bangsa ibu asli Veronica tetap ada di dalam dirinya. Veronica memiliki keinginan yang berbeda dari keinginan yang diharapkan Ratu Muranne kepada Veronica. Veronica bukan hanya ingin menjadi pewaris tahta tapi juga ingin menguasai seluruh kerajaan, bahkan membuat bangsa-bangsa yang lemah menjadi miliknya. Ratu Muranne awalnya tidak sadar, sampai Veronica mengetahui dirinya yang sebenarnya, ia marah kepada Ratu Muranne dan untuk balasannya, ia membawa bangsa ibunya dan ibunya masuk ke dalam kerajaan. Ibunya bernama Madam Reiss.

Semenjak itu, Ratu Muranne merasa Madam Reiss menjadi punya banyak kepentingan dan memanipulasi semua keputusan Veronica dalam menjalankan kegiatan kerajaan. Ratu Muranne pun mulai ragu untuk Veronica menjalani kerajaan. Ratu Muranne pun mulai merancang pernikahan Veronica dengan Pangeran Rupert, dimana Pangeran Rupert sejak awal sudah jatuh cinta kepada Veronica, dan Pangeran Rupert juga disayangi oleh Ratu Muranne. Sayangnya, Pangeran Rupert sendiri juga merasa Veronica berubah.

Madam Reiss tahu kalau Pangeran Rupert menghalangi kepentingannya, sehingga Madam Reiss memanipulasi Veronica bahwa Pangeran Rupert setelah nanti menikahinya akan merampas seluruh kekuasaan yang dimiliki Veronica. Veronica menjadi tamak, ia pun memerintahkan Pangeran Rupert untuk jangan pernah ikut campur dalam masalah kerajaan. Pangeran Rupert mengasihi Veronica, namun ia melebih itu sangat mengasihi Ratu Muranne, jadi ia tidak mau Ratu Muranne menjalani kehidupan kerajaan ini sendirian, apalagi kalau sampai Pangeran Rupert gagal menikah dengan Veronica, sudah pasti Pangeran Rupert tidak dapat lagi berada di kerajaan.

Ada masa dimana Veronica ditipu muslihatkan bahwa Ratu Muranne hendak ingin mengusir Madam Reiss dari kerajaan, Veronica memukul Ratu Muranne dan Pangeran Rupert melihat itu, ia segera menolong dan marah. Pangeran Rupert pun mengatakan, "Almarhum Paman Bastille tentu sangat menyesal akan dirimu Veronica. Dia pasti mengharapkan ia memiliki anak selainmu." Veronica hampir marah, tapi ia merasa ada yang salah dengan dirinya. Ia punya perasaan dengan Pangeran Rupert dan itu yang membuat dirinya masih mau memaafkan Pangeran Rupert akibat perkataannya.

Ratu Muranne yang sedang bersedih menceritakan kalau ia sempat bermimpi kalau ia akan memiliki seorang anak perempuan, namun hingga sekarang anak perempuan itu tidak pernah datang, bahkan bukan Veronica. Pangeran Rupert bilang kalau dirinya juga mengharapkan orang yang ia akan nikahi adalah orang yang benar ia cintai, bukan orang lain. Hari itu, Veronica mendatangi Pangeran Rupert malam hari. Mereka berdua berbincang seakan Veronica menjadi dirinya sendiri. Pangeran Rupert tahu Veronica ingin memberikan yang terbaik untuk kerajaannya tapi ia pun harus tahu siapa yang harus ia percaya. Veronica pun ditantang untk memilih Ratu Muranne atau Madam Reiss. Veronica marah dan balik menantang Pangeran Rupert. Pangeran Rupert bilang kalau sejak awal Veronica tidak punya hak untuk mendapatkan tahta pewaris karena berdarah campuran. Sejak awal, kerajaan ini memang sudah menjadi milik Pangeran Rupert sebagai kerabat kerajaan yang memiliki hak pewaris kerajaan. Pangeran Rupert bilang pilihan Veronica akan membuat perpecahan dalam kerajaan. Veronica pun masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar, Veronica menghancurkan semua perabotan, ia melihat di depan cermin dan mengingat terus perkataan Pangeran Rupert bahwa ia bukanlah pewaris tahta yang pantas. Veronica begitu marah dan terlintas ia ingin membunuh Ratu Muranne dan Pangeran Rupert. Saat itu juga, Veronica tersentak dengan halilintar dari luar jendela istananya. Semua orang terbangun dan melihat hal itu, Veronica tersambar.

Esok harinya, para ajudannya masuk dan melihat seluruh kamarnya berantakan, dan Veronica ada di lantai. Ia segera dibersihkan dan Veronica tidur lelap. Saat bangun, ternyata bukan Veronica yang ada didalam tubuh itu, melainkan seorang anak perempuan bernama Elizabeth, dengan panggilan Libby.

Sejak hari itu, Veronica sudah meninggal. Libby, adalah jiwa yang datang dari dunia masa depan. Libby adalah reinkarnasi dari anak yang dimimpikan Ratu Muranne dan Paman Bastille. Di masa depan, Paman Bastille dan Ratu Muranne memiliki anak, namun anak itu lemah. Anak itu adalah Libby. Libby saat itu akan meninggal dan ia bilang kalau ia terus bermimpi ayah dan ibunya menjadi raja dan ratu di suatu kerajaan yang jauh, ternyata jiwa Libby berpindah ke tubuh Veronica. Sejak saat itu, rambut Veronica yang dulu cokelat tua menjadi hitam legam dan matanya yang dulu biru muda, menjadi abu-abu, seperti Paman Bastille.

Orang yang pertama kali menyadari Veronica berubah adalah Pangeran Rupert. Libby awalnya tidak percaya tapi akhirnya ia tahu kalau ia telah hidup di dunia masa lalu. Libby melihat Ratu Muranne mirip sekali dengan ibunya tapi semua orang bilang ibunya adalah Madam Reiss. Libby pun terbuka dengan Madam Reiss, namun ia tidak menceritakan tentang dirinya yang dari masa depan. Libby percaya dengan semua perintah Madam Reiss, karena dia ibunya. Hal itu mengesalkan Pangeran Rupert, tapi Libby berbeda dengan Veronica, ia terlihat dingin terhadap Ratu Muranne, tapi Libby selalu menyediakan waktu berbincang dengan Ratu Muranne. Pangeran Rupert yang melihat itu menjadi merasa seorang Libby bukanlah sama seperti Veronica. Madam Reiss tidak suka melihat itu, hingga ia pun meminta Libby untuk tidak lagi berbincang dengan Ratu Muranne. Libby pun belajar mengikuti. Tapi ternyata, Libby adalah orang yang tahu mana yang baik dan yang tidak baik. Ratu Muranne dan Pangeran Rupert sempat khawatir ketika mereka tidak dilibatkan lagi dalam keputusan kerajaan, nyatanya Libby mampu menghasilkan putusan yang diharapkan seluruh rakyat kerajaan.

Madam Reiss pun sempat terlihat keluar dari ruangan dengan marah dan kesal. Sedangkan Libby, ia berjalan memandangi Ratu Muranne, meski wajahnya dingin, Ratu Muranne tahu ia tersenyum. Pangeran Rupert tidak peka, hingga Ratu Muranne bilang kepada Pangeran Rupert kalau Libby adalah anak yang selama ini ia mimpikan. Pangeran Rupert tidak percaya. Namun, ternyata Madam Reiss punya rencana lain. Ia mengundang seorang Pangeran yang adalah rival Pangeran Rupert, yang apabila Libby menikah Pangeran itu, Pangeran Rupert tetap tidak bisa memerintah meski nyatanya Pangeran Rupert tidak akan dikeluarkan dari kerajaan, ia mungkin hanya akan menjadi penasehat kerajaan. Pangeran Emeadon. Pangeran Emeadon ternyata memang sangat tampan, pintar, dan lincah lidahnya. Berbeda dengan Pangeran Rupert yang tentu tampan, namun lebih mengikuti apa yang ia percayai ketimbang mendengar. Terkadang itu yang membuat Libby berhenti berargumen dan menghindari Pangeran Rupert. Pangeran Rupert pun cemburu. Ratu Muranne pun memberikan solusi untuk Pangeran Rupert berubah.

Semenjak itu Pangeran Rupert mulai belajar mengenai politik yang sebenarnya. Pangeran Rupert pun menjadi mengerti apa yang selama ini Libby lakukan. Hingga pada satu malam, Pangeran Rupert berhasil menunjukkan pandangan politiknya yang membuat semua orang berpihak kepadanya ketika Libby tetap berada di kubu ibunya, namun pada akhirnya Libby tetap mengutamakan suara terbanyak. Dan, suara terbanyak jatuh pada Pangeran Rupert. Semenjak itu, Pangeran Rupert menjadi lebih pintar dibandingkan Pangeran Emeadon. Bahkan, dengan kemampuan Pangeran dalam berperang, Pangeran Emeadon kalah. Pangeran Emeadon pun tahu Libby memilih Pangeran Rupert, ia pun undur diri.

Madam Reiss sangat marah dan menunjukkan apa yang sebenarnya ia inginkan. Libby dengan tegas menolak keinginan Madam Reiss. Madam Reiss yang marah pergi meninggalkan Libby, hingga suatu hari entah tiba-tiba Madam Reiss memukul Ratu Muranne dan menghinanya kalau Libby tetap menganggap Ratu Muranne bukan siapapun di kerajaan itu. Pangeran Rupert melihat hal itu dari jauh dan segera berlari ke sana. Ternyata saat ia sampai, ia melihat Libby yang menampar ibunya sendiri. Libby bilang, "Keluar kamu dari kerajaan ini! Kerajaan ini tidak membutuhkan seorang penusuk dari belakang." Madam Reiss terkejut dan bilang kalau Libby tidak boleh seperti itu kepada ibunya. Libby berbalik kepada Ratu Muranne dan dengan mudah Libby memanggil Ratu Muranne, "Ibu, ini aku, Elizabeth." Seakan-akan Libby memanggil ibunya di masa depan.

Ratu Muranne teringat akan mimpinya kalau anak perempuannya juga memanggilnya, "Ibu, ini aku, Elizabeth." Dan, Ratu Muranne pun memeluk Libby. Saat itu, Madam Reiss benar-benar marah dan ia tidak mau dirinya dikeluarkan, ia pun segera mengambil pedang kecil miliknya menusuk Libby dari belakang, Madam Reiss sambil menangis bilang, "Kamu bukan anakku." Libby yang menahan sakit berbalik dan menatap dekat Madam Reiss, "Mengapa anda baru mengetahui sekarang? Anak anda sudah lama mati." Lalu, Libby pingsan. Pangeran Rupert segera menyuruh pengawal menangkap Madam Reiss.

Libby sekarat. Pedang kecil itu ternyata memiliki racun. Ratu Muranne bersedih, Pangeran Rupert juga bersedih dan marah. Pangeran Rupert pun meminta bangsa Madam Reiss untuk menolong Libby. Tapi, tak ada yang mau menolong. Ratu Muranne hanya dapat berserah. Pangeran Rupert berbincang kepada Libby dan Libby bilang, "Sejak awal, keluarga kami memang sudah tidak memiliki pewaris lagi. Sejak awal memang kau, Rupert, yang mewarisi seluruh kerajaan ini. Dan, kau sekarang mampu." Pangeran Rupert pun menangis, "Selama ini aku menunggu akan siapa wanita yang akan kunikahi itu adalah orang yang benar kucintai. Sekarang, aku tidak ingin kehilangan dirinya."

Malam itu Libby lemah sekali. Pangeran Rupert pun karena mendapat dukungan menjadi seorang raja, ia pun memerintahkan, "Bangsa ini harus memilih untuk selamanya diusir dan sampai seluruh orangnya dicari untuk dibunuh atau Madam Reiss mati." Bangsa itu pun segera mengirimkan pengirim pesan dan memilih untuk Madam Reiss dihukum mati dengan menyerahkan obat penawar bagi Libby. Libby pun selamat.

Di tengah masa pemulihannya, ia melihat sendiri Madam Reiss dipancung. Libby sempat berbincang dengan Madam Reiss dan Libby bilang, "Veronica pasti juga mencintai ibunya, mungkin ia hanya tidak menyadari betapa ibunya lebih mencintai kekuasaan ketimbang diri anaknya sendiri." Libby tidak memberikan pengampunan. Madam Reiss pun dihukum mati.

Setelah itu, kita tahu ceritanya, Pangeran Rupert dan Libby menikah. Namanya tetap Veronica dikenal semua orang, tapi Pangeran Rupert dan Ratu Muranne memanggil nama Libby. Libby menikah dengan sudah mengandung, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki. Libby pun menamainya dengan nama Aram. Pangeran Rupert sempat tidak suka anak-anak, tapi ternyata ia bisa menjadi seorang ayah yang baik untuk anaknya. Mereka memiliki anak kembar perempuan, Anna dan Samara.

Di masa depan, Paman Bastille dan Ratu Muranne yang kehilangan anaknya, mereka berdua pun mendedikasikan diri mereka untuk menjadi keluarga asuh pelajar yang membutuhkan beasiswa, dan mereka pun bertemu dengan Rupert di masa depan.

Comments

Popular posts from this blog

People thinking : Gay

Kelly's Night

The Man with The Star