Reserve

As I sat on the sofa, I leaned against an invisible shoulder.  I walked quickly right toward him. He also came toward me, so quickly that we almost hit each other's heads. We both laughed. The obstacle was that I couldn’t see what was holding me back today. 'I shouldn’t have run toward you. If I had been a little faster, we could have ended up hitting each other,' he said. I didn’t say anything. I thought the funnier this meeting began, the better it would be. Yet, typical him, he just a mind-reader. I only smiled and replied, "Let's just go walk, now." yet I remained frozen in space and time, just me and emptiness. We're walking to the city park and just went around, nothing really far but our steps actually might count like a mile. Restless just with him. I simply sat in silence, lost in my thoughts. It's nothing like there's no other place we can be. It's just I found my complete and I don't need to find anywhere else. "If only our ...
Do you know why it's hard to say goodbye? Because we afraid if our memories might not be able to remember them, rightly. The fact is, goodbye means good. No matter how hard.
~Aurora Esterlia

Putaran Lagu Sendu

Arka membuka layar notebook nya. Rambutnya yang pendek acak-acakan di bagian belakang, matanya sembap, dan ruangan kamarnya masih belum dihidupkan lampunya. Cahaya terang hanya bersumber dari mesin ketiknya. Ia duduk di kursi lipat besi dan Arka mulai merenggangkan sendi-sendi di badannya. Arka menunggu proses hidup layarnya ke dalam Windows. Ia sendiri sedang mengumpulkan nyawa.
Arka menguap sebentar dan di samping notebook nya, Arka mengambil kaca mata bulat nya yang tebal. Ia memakai dan menekan besi tengah kaca mata itu supaya dapat pas tersanggah di hidungnya. Arka mulai memandang layar mesin ketiknya. Ia membuka jendela-jendela aplikasi di dalamnya. Lalu, ia sempat tertawa sebentar. Ia membaca pesan line dari Endina. Arka hanya bergumam,
       "Bodoh."
Lalu, Arka membalas pesan itu. Arka menutup jendela tersebut. Ia membuka jendela Word. Arka mulai segera menekan 'Tab' pada keyboard. Arka menarik nafas dalam-dalam. Ia pun memulai tulisannya.

Sendra dan Hayutra
Sejak kecil tak pernah bertemu
Sejak muda juga tidak
Hingga beranjak dewasa

Sendra dan Hayutra
Bertemu di persimpangan
Laser melesat tanpa arah
Hayutra dikejar penjahat
Sendra keluar dari pintu
Klub malam berlampu neon

Sendra dan Hayutra
Tiga tahun lalu
Tatapan saling menegur
Hari ini seakan lampau
Hayutra berteriak
Sendra dan wanita lain
Sama saat pertama
Sendra berlari
Wanita lain sembunyi
Hayutra memeluk
Pakaian tercabik
Sendra melindungi
Laser tertembak

Sendra dan Hayutra
berlari keluar
Penjahat mendatangi
Sendra memerangi
Hayutra tersudutkan
Ia melihat pahlawan
Dan Sendra menang
Tangis membasahi
Hayutra aman
Waktu seakan cepat
Pertama kali bertemu
Tak kan pernah terlupakan

Sendra dan Hayutra
Tiga tahun lamanya
Sebuah rumah terbakar
Hayutra berteriak
Sendra dan wanita lain
Tak ada yang berubah
Air tak bisa memadamkan
Sendra memohon
Hayutra tenggelam
Lebih kejam dari penjahat
Berlari tetap tertangkap

Sendra dan Hayutra
Saling memandang
Hanya salah satunya
Sudah tidak bernyawa
Seseorang menyesal
Putaran lagu pertama
Terdengar jelas
Kembali dari awal
Seluruh kenangan
Terulang lagi

Sendra dan Hayutra
Siapa yang terbakar
Siapa yang tenggelam
Keduanya mendengar
Putaran lagu pertama
Di akhir kisah cinta
Satu hidup berakhir

Arka memandang layarnya dan suara ketikan keyboard tak terdengar. Arka menekan tombol 'stop' pada keyboardnya lalu ia mulai membuka-buka jendela di desktop dan folder di dalam notebook. Arka dengan cepat menekan-nekan, ia seperti tahu apa yang ia cari. 
Arka mendapatkan lagu berikutnya. Ia pun segera menekan tombol 'play'.

Comments

Popular posts from this blog

I leave it to you

BATMAN V SUPERMAN: Sense for Being Smart

Broken Bells "The After Disco"