Lost Sight, Found Strength

The path is so dark and dim, but Julie keeps walking. She is scared, yet her adrenaline makes her look back several times, urging her to walk faster with each step. She wonders why she can't move faster and then realizes it's just her thoughts getting wilder the longer she's on the road. She shouldn't have chosen this path—terrified and confused. She's already halfway through. It sucks. The only way is to adapt, over time. She has one more block, two more, and again she convinces herself it's just one more step to her destination. She's no longer afraid when she starts looking at the sky instead of the road. The evening feels scarier when it's right in front of our eyes, but when it's above, the stars are beautiful. The cold air on her skin feels warmer as her mind grows calmer. Gently, she realizes that she's no longer worried. In fact, she's arrived, in no time. -- I think loneliness comes from the mind. It's not about being surrounded ...
Do you know why it's hard to say goodbye? Because we afraid if our memories might not be able to remember them, rightly. The fact is, goodbye means good. No matter how hard.
~Aurora Esterlia

Draft: Kuliah Jarak Jauh, Bagus Ga Ya?

FOKAL EDISI AGUSTUS 2013: Keuntungan dan Problematika Kuliah Online | Fokal - Faktual, Objektif dan Kontekstual http://www.fokal.info/fokal/2013/08/keuntungan-dan-problematika-kuliah-online/ via @fokaldotinfo

(ini draftnya)

Berhubungan dengan tema bulan Agustus sebagai bulan kemerdekaan rakyat Indonesia, baik kita jangan menutup mata. Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung membutuhkan biaya yang sangat mahal dan pemerintah masih belum bisa menyelesaikan permasalahan anak-anak yang putus sekolah. 

Kemerdekaan bagi rakyat Indonesia bukan sekedar terbebas dari penjajahan, tapi juga terpenuhinya hak dan kewajiban sebagai masyakat secara penuh dari negara yang pada akhirnya menaikkan derajat dan martabat manusia. Khususnya dalam pendidikan, kebutuhan terpenting dalam manusia selama hidup ialah belajar, bukan?

Mari kita melihat salah satu solusi dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang merata di Indonesia.

Adakah muda-mudi tahu mengenai pendidikan judulnya, “Kuliah Jarak Jauh?” Mungkin kalian sudah bersahabat dengan kata homeschooling, dimana peserta belajar mendapat sertifikat kelulusan pendidikan yang sah dari pembelajaran guru datang ke rumah. Kuliah Jarak Jauh ini lebih ekstrim, baik siswa dan pendidik bahkan tidak perlu bertatapan muka.

Kuliah Jarak Jauh merupakan pembelajaran dengan siswa dan dosen terpisah, menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi selama pembelajaran yang akhirnya mendapat sertifikat kelulusan yang sah juga. Bagi kita yang sering bermasalah dengan “bangun pagi”, ide pembelajaran ini sangat menarik untuk disimak, bukan?

Tujuan diselenggarakannya Kuliah Jarak Jauh tertuang jelas dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada Perguruan Tinggi, yaitu sebagai bentuk pendidikan tanpa perlu tatap muka tanpa mengurangi kualitas pendidikan dan meningkatkan perluasan juga pemerataan akses terhadap pendidikan bermutu dan sesuai kebutuhan.

Kuliah Jarak Jauh ini tergolong pendidikan tinggi yang mengeluarkan biaya murah secara peserta belajar tidak perlu mengeluarkan uang untuk datang ke tempat pusat belajar, hanya dengan menggunakan media komputer dan internet, peserta sudah dapat melaksanakan perkuliahan. Praktik Pendidikan atau Kuliah Jarak Jauh di Indonesia contohnya seperti pendidikan tinggi Universitas Terbuka. 

Biasanya, Kuliah Jarak Jauh ditujukan bagi mereka yang ingin kuliah sambil bekerja, berada di wilayah Indonesia terpencil atau jauh dari pusat pendidikan, dan alasan khusus lainnya. Hal ini tentu menjawab salah satu permasalahan pemerataan pendidikan di Indonesia.

Jika dibandingkan dengan kuliah reguler, Kuliah Jarak Jauh hanya diberi kewajiban paling sedikit 2 (dua) kali melakukan tatap muka sebagai perwujudan evaluasi hasil belajar minimal 2 (dua) kali per semester, itu pun jika evaluasi yang dilakukan benar merupakan pengawasan langsung tatap muka.

Jika kita menanyakan orang-orang terdekat kita, pasti jarang yang telah memilih untuk Kuliah Jarak Jauh yang diselenggarakan pendidikan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya standar kualitas dari pendidikan Kuliah Jarak Jauh itu sendiri. Layanan pendidikan kuliah yang bersifat jarak jauh masih tergolong cara pembelajaran yang baru untuk digunakan.

Pengawasan proses pembelajaran didalam kuliah reguler tentunya terlaksana secara nyata dengan garansi tatapan langsung tersebut. Mahasiswa yang tidak puas dengan proses pembelajaran di kelas dengan pengajar/dosen dapat memberikan saran maupun keluhan langsung ke pimpinan pengajar/Rektorat. Sedangkan hal tersebut sulit dilakukan dalam Kuliah Jarak Jauh.

Kuliah Jarak Jauh tidak memberikan garansi akan kejelasan proses belajar mengajar dan dari mana tenaga pendidiknya secara peserta belajar tidak bertemu langsung dengan pengajar. Meski telah diatur dan sah secara hukum, pembelajaran Kuliah Jarak Jauh dapat tergolong penipuan jika kegiatan perkuliahan tidak memiliki standar pengawasan dan penertiban pelaksanaan yang nyata dari pemerintah.

Kemajuan teknologi mampu mendukung pendidikan yang mudah untuk diperoleh dan memberikan estimasi pengeluaran biaya yang murah bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, proses pembelajaran Kuliah Jarak Jauh terbilang instan dan dikhawatirkan lulusan yang dihasilkan tidak berkualitas. 

Lingkungan perkuliahan, interaksi masyarakat, serta soft skill yang diajarkan pada kuliah reguler tidak akan bisa didapat dalam Kuliah Jarak Jauh. Kuliah jarak jauh cenderung membuat seseorang jatuh dalam rutinitas dunia maya/online, yang dapat berdampak negatif seseorang menjadi anti sosial. 

Padahal salah satu dasar tanggung jawab perguruan tinggi ialah mencetak mahasiswa yang sadar akan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian pada Masyarakat. Kuliah Jarak Jauh mungkin dapat memberikan pengajaran yang berkualitas, namun belum tentu dalam pendidikan terutama dalam memberi nilai-nilai sosial dan moral yang nyata.

Kemajuan media komunikasi dan teknologi sekarang juga didayagunakan dalam proses pembelajaran kuliah reguler yang terintegrasi. Dengan sistem student self-learning center atau proses mahasiswa belajar mandiri, mahasiswa berlatih untuk aktif ikut serta dalam kegiatan di dalam kelas dengan telah mempelajari apa yang akan dipelajari terlebih dahulu, baru di kelas didiskusikan bersama.

Pendidikan Kuliah Jarak Jauh ini tentu mendukung terbukanya peluang bagi seluruh rakyat Indonesia dimana pun, kapan pun, dan/atau bagaimana pun kondisinya dapat mengecam bangku kuliah di era kemerdekaan sekarang ini. Namun tidak disarankan diambil bagi mereka yang masih mampu mengikuti perguruan tinggi kuliah reguler.

Model pembelajaran Kuliah Jarak Jauh masih dibutuhkan peraturan yang lebih matang lagi untuk memberikan hasil lulusan yang sama bagusnya dengan lulusan dari perguruan tinggi kuliah reguler. Sebagai anak muda terpelajar, kita wajib menyuarakan saran dan pendapat kita kepada pemerintahan. 


Comments

Popular posts from this blog

People thinking : Gay

Kelly's Night

The Man with The Star